Chapter 11
Di ruang tengah sana, terlihat seorang pria yang tengah duduk menikmati berbagai acara televisi. Beberapa kali ia memindah-mindah channel televisi itu. Alasannya, acaranya tidak ada yang bagus. Acaranya tidak bermutu. Pororo, kartun kesukaannya juga sedang tidak tayang. Namun, pria itu sama sekali tak tampak seperti itu. Pria itu, lebih terlihat sedang gelisah. Seseorang telah membuat hatinya tak tenang.
"Yaya ... kemana?"
Ia melirik jam dinding yang bertengger di atasnya, "Ini sudah sore, kenapa belum pulang juga?"
"Bahkan aku rela cepat-cepat pulang dari kantor untuk menemuinya."
Gumaman-gumaman kecil terlontar secara tidak langsung dari mulut Boboiboy , pria itu. Ya, ternyata Boboiboy tengah menunggu seorang wanita yang ia panggil Yaya itu. Selang beberapa menit setelah Boboiboy menyibukkan diri meracik kopi, pintu depan terbuka. Memperlihatkan sosok wanita cantik berbalut kemeja shifon dengan memikul ransel besar di punggungnya. Wanita itu berjalan lesu ketika memasuki rumah. Kebiasaan mengucap salam saat pulang pun menghilang.
"Hei nona cantik, mengapa raut wajahmu seperti itu?" sela Boboiboy begitu melihat istrinya masuk dengan wajah yang masam, "Bagaimana kuliahmu hari ini?"
Berkali-kali Boboiboy bertanya pun isterinya tetap bungkam. Lebih memilih diam daripada harus bercerita yang akhirnya malah terjadi pertumpahan air mata. Boboiboy mendekati Yaya yang meringkuk di atas sofa ruang tengah. Diusapnya perlahan helai tudung isterinya dengan sayang.
"Ada apa lagi, Sayang?" tanya Boboiboy melirih, "Apa ada masalah dengan kerjamu ?"
Yaya masih saja diam, menutup mulutnya rapat-rapat. Boboiboy tak bisa diam begitu saja, ia mendudukkan Yaya yang terkulai lemas itu. Kedua tangannya menyentuh bahu isterinya sembari menatap manik mata cokelat dalam. Tatapan Yaya begitu lemah, sendu terasa mengalir dalam desiran darah Boboiboy . Ia merasakan kekecewaan pada istrinya.
Boboiboy membuka mulutnya lagi, "Katakan saja padaku. Aku tak akan marah."
Yaya menggeleng, seakan tak ingin memberitahu yang sebenarnya pada suaminya.
"Baiklah... aku akan menunggumu sampai kau mau bercerita. Aku akan ke kamar." ucap Boboiboy seraya menurunkan kedua tangannya dari pundak isterinya .
Tap!! Belum sampai Boboiboy melangkahkan diri, kaosnya tersangkut sesuatu. Boboiboy menoleh ke belakang, rupanya tangan mungil Yaya yang menarik kaosnya. Boboiboy tersenyum, direngkuhnya tubuh Yaya dalam dekapan hangatnya. Memeluknya seperti ini, ingin rasanya Boboiboy menghentikan waktu sekarang juga. Sudah lama ia tak mendekap tubuh kecil istrinya paska memenangkan lelang saham perusahaan minggu lalu. Setiap hari selalu berangkat pagi dan pulang malam. Boboiboy pulang, Yaya sudah terlarut dalam indahnya gelombang mimpi. Selalu, selalu seperti ini. Boboiboy menyadari rasa kecewa Yaya dengan baik.
"Baiklah... aku akan menemanimu kerja ." kata Boboiboy sambil membelai lembut tudung sang istri.
Boboiboy melepaskan pelukannya dan menuntun Yaya ke meja kerja yang ada di dalam kamar. Jongin segera menyiapkan berkas-berkas kerjanya, sedangkan Yaya mulai mengambil satu per satu buku tebal miliknya.
"Sayang , kau ingin aku ambilkan cemilan?" tanya Boboiboy dengan suara yang meredam.
Yaya hanya mengangguk lemah dengan diiringi senyuman ringan. Boboiboy berdiri dan mengelus pipi istrinya singkat sebelum benar-benar beranjak meninggalkan tempat itu.
Boboiboy segera meraih pegangan kulkas yang ada di pojokan dapur dan kemudian membukanya. Matanya jeli menelusuri sudut-sudut kulkas. Tangannya lihai memilih serta mengambil cemilan yang disukai Yayadan dirinya.
***
Boboiboy kembali melenggangkan kakinya menuju kamar dengan gembira. Kedua tangannya telah penuh dengan cemilan kesukaannya dan tentu saja juga kesukaan isterinya . Namun, tawa gembira dan langkah kakinya yang cepat tergantikan oleh senyuman manis dan langkah yang sangat hati-hati. Ia melihat Yaya diam tak bergerak dengan kepala yang tersandar pada meja kerja. Yaya tertidur.
Dihampirinya wanitanya itu dengan langkah perlahan. Melihat wajah istrinya yang damai saat tertidur menjadi hobi yang paling menyenangkan untuknya akhir-akhir ini. Boboiboy menanggalkan tudung kepala milik Yaya dengan perlahan, disingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah cantik Yaya dengan jari telunjuknya.
"Apapun sesuatu itu yang membuat wajah cantikmu memudar, bagiku... kau tetap cantik. Selain ibuku, kau satu-satunya wanita yang dapat membuatku khawatir, dapat membuatku terus memikirkan dirimu, dapat membuat hati ini sesak karena penuh dengan namamu."
"Aku-mencintaimu-selalu ... Yaya."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro