Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Watashi no Hikari [Kise Ryouta]

Pernahkah kalian membayangkan seorang pelukis buta?

Seorang pelukis sangat memerlukan penglihatan mereka untuk melihat objek yang akan mereka lukis dan menorehkan warna-warna yang indah di atas kanvas mereka. Namun, bagaimana jika seorang pelukis kehilangan penglihatan mereka? Tidak bisa dipercaya memang namun hal seperti itu memang benar adanya.
.

.

.

Watashi no Hikari

[Kise Ryouta x reader]

(F/N) = fullname

(F/N) = first name, mungkin akan kuganti jadi (Y/N) = your name soalnya sama-sama F/N sih :'v

(L/N) = last name

(H/C) = hair color

(E/C) = eyes color

(H/L) = hair length

Dll :'v

Angin berhembus perlahan, menerbangkan beberapa surai (H/C) (H/L) milik seorang gadis. Gadis itu memejamkan matanya sembari menikmati angin yang begitu menyejukkan.

Senang rasanya ketika dapat meluangkan waktu untuk menenangkan hati dan pikiran.

Gadis itupun duduk di bangku taman yang masih kosong. Sesekali bersenandung kecil sambil menikmati sore hari yang indah ini.

"Permisi," ujar seseorang yang berdiri di samping gadis itu. Orang itu memakai pakaian aneh, hey siapa yang mau memakai syal, topi, mantel, yah pokoknya tertutup di musim panas seperti ini? Dia alergi sinar matahari kah? Atau takut kulitnya terbakar?

Gadis itu menoleh ke sosok(?) aneh tersebut, "Ya?"

"Bolehkah aku duduk di sebelahmu ssu?" Tanyanya dengan sopan.

Gadis itu terdiam sejenak kemudian tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan orang aneh itu.

Orang itu tersenyum lebar, "Arigatou ssu," ia pun langsung duduk di samping gadis itu.

Canggung? Ya.

Gadis itu sedikit risih karena orang di sampingnya sedari tadi tidak dapat diam. Ia mendengar orang itu bergumam, dari nadanya mungkin dia sedang jengkel dan kesal. Oh tak lupa dengan dia yang mengibas-ibaskan tangannya sebagai kipas alami.

"Panas ssu," gumamnya.

Mendengar itu, sang gadis pun angkat bicara, "Jika merasa panas, Anda seharusnya tidak menggunakan pakaian yang biasanya dipakai di musim dingin."

Orang itu tersentak lalu menoleh ke gadis tersebut, "Ah ya, seharusnya sih begitu ssu. Gara-gara fansku ssu, aku jadi tidak bisa menikmati liburanku ssu," jawab orang itu dengan mempoutkan bibirnya.

Sang gadis tertawa, "Ahahaha, begitu kah? Fansmu terlalu senang bertemu denganmu."

Orang itu mengangguk, "Um begitulah ssu. Pernah ketika SMA aku diserbu fans-fansku ssu hingga aku jadi telat latihan. Akhirnya latihanku dilipatgandakan, hiks hidoi ssu!"

Gadis itu tertawa lagi. Mendengar gaya bicara orang di sebelahnya ini, entah kenapa mirip sekali dengan anak kecil dan well orang ini mudah diajak bicara.

"Oh iya, memangnya Anda siapa?" Sang gadis bertanya.

Pertanyaan yang diajukan sang gadis membuat orang itu melongo. Ia pun berdiri di hadapannya dan melepaskan syal, topi, kacamata hitam, serta mantelnya. "Kau yakin tidak mengenaliku?" Tanya orang itu lagi untuk memastikan.

Sang gadis mengangguk.

"Hidoi ssu, padahal aku sering muncul di majalah-majalah!" Orang itu nangis bombay seperti anak kecil-- oh bukan, anak alay :P

"Kau seorang model kah?" Tanya gadis itu lagi.

"Kau tidak mengenali wajahku ssu? Lihat wajahku ssu!" Entah kenapa orang itu malah geram sendiri.

Gadis itu terkekeh pelan kemudian berdiri dari bangkunya, ia tersenyum lembut lalu iris (E/C)nya bertemu dengan iris berwarna madu milik orang itu. "Maaf, aku memang tidak dapat melihat," ujarnya namun masih menunjukkan senyuman lembutnya.

"He?"

"Nani ssu?!"

Orang itu langsung gelagapan dan membungkuk-bungkuk meminta maaf. "Maaf maaf, maaf ssu, aku benar-benar tidak tahu ssu. Maaf menyinggungmu ssu! Maaf maaf maaf!" Entah kenapa ia sekarang malah mirip seorang shooting guard dari Academy Touo.

Tiba-tiba seorang pemuda bersurai cokelat muda bersin-bersin tanpa sebab yang jelas-- oke abaikan.

Gadis itu pun menjadi salah tingkah juga, "Eh iie, tidak apa-apa kok. Tidak perlu meminta maaf terus seperti itu," ujarnya sambil menyuruh Kise untuk mengangkat wajahnya, "Oiya, model ya? Namamu?" Lanjutnya.

Orang itu menghentikan aksi meminta maafnya, "Kise Ryouta ssu!" Jawabnya bersemangat.

Gadis itu memasang pose berpikir sambil menatap ke arah lain, "Hmm, Kise Ryouta ya."

"Pernah mendengarnya ssu?"

Gadis itu tersenyum lalu kembali menatap Kise, "Tidak."

"Heee hidoi ssu!"

Tawa gadis itu lepas, "Hahahaha, iya iya, aku hanya bercanda kok. Aku pernah mendengar namamu dari seorang temanku dan kebetulan dia salah satu fans beratmu."

Kise pun langsung bergidik ngeri, membayangkan lagi fans-fansnya yang terbilang brutal-- tidak semua sih--

"Ngomong-ngomong, siapa namamu ssu?"

"(F/N) desu, yoroshiku ne, Kise-san."

•••

"Wah, seorang pilot, sugoi ne!" Seru (Y/N) tersenyum lebar. Ternyata Kise Ryouta, model majalah yang sangat terkenal itu sekarang telah berprofesi menjadi seorang pilot. Bukan hal yang mudah untuk menggapai impian tersebut. Bahkan sekali-kali Kise meluangkan waktunya untuk menjadi seorang model. Bukankah sungguh berat? "Itu berarti kau pernah melihat keindahan berbagai negara, Kise-san?" Lanjutnya.

Kise mengangguk penuh semangat, "Yap, tepat sekali (L/N)-chan. Dan (L/N)-chan sendiri?" Tanya Kise balik.

(Y/N) menunjuk batang hidungnya sendiri, "Aku? Pekerjaanku memang tidak terlalu berat sih. Aku hanya seorang pelukis," jelas (Y/N).

Kise kembali terdiam. Dia tak mampu berkata-kata atau bahkan merespon penjelasan dari (Y/N). Kise berpikir keras, mencari kata-kata yang tepat untuk kalimat yang akan ia utarakan.

Dengan sedikit gugup ia berkata, "Um-"

"Heran 'kan?" Potong (Y/N).

"Eh?"

"Kau pasti berpikir, bagaimana bisa seseorang yang buta melukis? Dia saja tidak bisa melihat, bagaimana ia tahu objek yang akan digambarnya? Begitu?" Jelas (Y/N) tanpa melihat Kise.

Kise terbungkam, entah kenapa ia jadi merasa tidak enak walau hanya sepintas terbersit pemikiran yang seperti itu. Gugup dan merasa bersalah. Itulah yang ia rasakan.

"Pfft, tak apa, sudah biasa bagiku. Kau tak perlu sampai merasa bersalah seperti itu, santai saja," ujar (Y/N) untuk menenangkan Kise.

Kise mengangguk perlahan dan memandang ke arah lain, sedangkan (Y/N) mendongak ke atas sambil memejamkan matanya. "Kise-san?"

Merasa terpanggil, Kise pun mengalihkan pandangannya pada gadis itu, "Yaa ssu?"

"Maaf lancang, tapi bolehkah aku mendengar perjalananmu ketika menerbangkan mesin itu, membawa orang-orang menuju tempat yang mereka inginkan?" Tanya (Y/N) antusias.

Kise terdiam sejenak lalu tersenyum, "Tentu, (L/N)-chan!"

Kise menceritakan semua pengalamannya dari saat pertama kali ia menjadi pilot hingga sekarang, ia bahkan menceritakan pengalamannya ketika melihat pemandangan dan tempat-tempat indah yang belum pernah ia lihat kepada gadis itu. Sang gadis hanya mendengarkan cerita Kise, sesekali ia menanggapi ceritanya dengan semangat dan senyuman yang tak pernah hilang dari wajahnya.

Terus saling bercerita membuat mereka lupa waktu. Langit-langit sudah berwarna oranye yang mulai menggelap.

"Sudah hampir malam ssu," ujar Kise memberitahu (Y/N).

(Y/N) mengangguk, "Aku tahu kok, Kise-san." Ia pun segera bangkit dari bangku taman dan mengambil tongkat kecil yang sedaritadi ia senderkan pada bangku tersebut, "Terima kasih sudah banyak bercerita tentang pengalamanmu, Kise-san. Itu membuatku merasa sangat senang," lanjutnya.

Kise mengangguk-angguk, "Sama-sama, (L/N)-chan!"

(Y/N) membungkuk sopan kemudian berjalan meninggalkan pemuda surai pirang tersebut. Pemuda itu memandang punggung (Y/N) dari kejauhan dengan tatapan sendu. Merasa sedih? Entahlah, ia hanya merasa sedikit sesak di dadanya. Ia memejamkan matanya sambil menghembuskan napas panjang kemudian membuka matanya.

Seketika ia tersadar, "BEGOO SSU! KOK GAK GW ANTER SIH SSU! KASIHAN (L/N)-CHAN SSU JALAN SENDIRIAN, MANA HAMPIR GELAP SSU! GOBLOG BANGET SIH SSU!"

Kise berteriak histeris tak lupa dengan menggoblog-goblogkan diri sendiri--kealayannya kumat-- ia pun segera berlari menyusul gadis itu namun nasib baik tidak berpihak kepadanya, ia kehilangan jejak gadis surai (H/C) beriris (E/C) itu.

Ia berdiri di trotoar sambil mengacak-acak rambutnya, "Argh sial!"

Di sisi lain

"Kenapa senyum-senyum gitu, dek?" Tanya pemuda bersurai cokelat pada gadis bersurai (H/C) di sampingnya.

Sang gadis terkekeh geli, "Gapapa kok bang, cuma ketemu orang yang lucu aja."

Sang pemuda menghela napas ringan dan memutar matanya, "Terserah lu lah dek. Pokoknya hari ini lu jadi aneh."

Sang gadis langsung cemberut, "Jahat banget sih ama adek sendiri bang! Pokoknya nanti beliin kanvas ama cat yang baru ya! Aku tidak menerima penolakan!" Yee si (Y/N) malah jadi kek baginda cebol dari Rakuzan. Eh bang juroh, maap bang! Eanj! Bawa gunting kebun buat apaan bang?!

R.I.P. Haruna//canda doang elah

•••

Satu minggu telah berlalu semenjak pertemuan dua orang itu. Kise yang hari ini sedang cuti pun pergi jalan-jalan ke taman kota, tempat mereka bertemu sebelumnya. Kise berpikir, Mungkinkah aku bisa bertemu dengannya lagi di sana ssu? Tanpa ia sadari senyumnya kembali merekah. Ia pun berlari kecil-kecil menuju taman.

Baru saja berharap di dalam hati. Kise menghentikan langkahnya ketika iris madunya menangkap sosok gadis yang sangat ia kenali, gadis yang baru saja ia kenal seminggu yang lalu. Gadis itu berdiri menatap langit yang mendung, surai (H/C)nya diterbangkan oleh angin. Wajah Kise serasa memanas. Ya, ia terpesona oleh gadis tunanetra itu.

"(L/N)-chan!" Panggil Kise dan segera menghampirinya.

Gadis itu menoleh, "Kise-san?"

"Apa yang sedang kau lakukan sendirian di sini ssu?" Tanya Kise heran.

"Aku sering menyendiri di taman ini hanya sekadar untuk mencari inspirasi," jawab (Y/N) dengan senyuman.

"Wah, kau ingin membuat lukisan apa ssu?" Tanya Kise penasaran.

"Um, sebentar," gadis itu melangkah menuju bangku taman dan mencari sesuatu di dalam tasnya. Setelah menemukan sketchbooknya, ia pun langsung menyondorkannya ke Kise, "Baru sketsa sih, tapi aku ingin tahu pendapatmu," ujarnya.

Kise melihat beberapa sketsa yang dibuat (Y/N), ia terkesan. Luar biasa, begitulah.

"Aku ingin mengikuti salah satu event, doakan aku agar bisa menang ya!" Seru (Y/N) dengan senyuman lebar.

"Tentu saja, (L/N)-chan!"

"Dan terima kasih atas tempat-tempat indah yang kau ceritakan dulu, itu sangat membantuku untuk membuat sebuah lukisan. Aku memang tidak bisa melihatnya atau bahkan tidak mungkin bisa namun kau telah membantuku agar dapat melihat semua itu, terima kasih!" (Y/N) tersenyum manis.

Deg

Wajah Kise benar-benar memerah, melihat senyuman serta semangat dari gadis itu membuat jantungnya berdetak kencang. Bibirnya pun jadi ikut gemetar, "A-ah, y-ya, douita ssu."

"(Y/N)! Ayo pulang, sebentar lagi hampir hujan! Kau sudah selesai dengan keperluanmu 'kan?" Seru kakak (Y/N).

(Y/N) segera mengemasi barang-barangnya dan membawa tasnya, "Kakakku sudah memanggil. Aku pergi dulu ya, Kise-san! Matane ssu!" Pamit (Y/N) dengan menirukan logat Kise.

"Hei, itu logatku ssu!" Sahut Kise kesal namun dihiraukan oleh sang pemilik surai (H/C) itu. Kise tersenyum sekilas, "Semoga kita bisa bertemu lagi, (L/N)-cchi!"

Kise's PoV

Satu bulan berlalu. Terakhir bertemu dengan (L/N)-cchi mungkin dua minggu yang lalu. Entah kenapa tiba-tiba saja dia menceritakan tentang masa lalunya. Semenjak SMP ia harus pindah ke luar negeri karena pekerjaan ayahnya.

Hm, maka dari itu dia tidak mengenaliku ssu.

Ia kehilangan penglihatannya ketika ia duduk di bangku kuliah. Ia begitu terpukul karena hal yang disukainya selama ini adalah melukis, bahkan ia mengambil jurusan seni. Bukankah hal yang sangat fatal ketika seorang seniman kehilangan kemampuan melihatnya? Ia pun frustasi. Beberapa bulan kemudian, ayahnya pergi meninggalkan keluarganya untuk selamanya. Ia merasa kenapa kesialan selalu menimpanya.

Selama beberapa minggu ia bolos kuliah. Ia mencoba untuk menggambar, awalnya ia tidak bisa. Rasanya ingin sekali menangis. Ia pun terus mencoba dan mencoba, membiasakan diri. Menggambar dengan dibantu indera perabanya. Melihat keadaannya sekarang, kecil kemungkinan dapat melukis seperti sebelumnya, 'kan? Namun, jika terus berusaha dan berdoa, hal yang mustahil itu bisa saja dilakukan.

Beberapa hari setelahnya, ia memberanikan diri masuk kuliah. Di saat itu temannya menceritakannya sebuah kisah pelukis buta namun dapat menghasilkan karya yang sangat luar biasa dan disegani oleh seniman-seniman lain. Untuk pertama kalinya setelah kejadian itu, dia tersenyum. Ia pun mencoba bangkit kembali dan bertekad agar tidak mudah menyerah.

Selesai ia bercerita, aku tanpa sadar telah menangis. Ia malah tertawa melihatku dan mengataiku, Kau cengeng sekali, Kise-kun, hei ayolah! Siapa yang tidak sedih ketika selesai mendengar kisahmu!

Kau tahu, matamu juga berkaca-kaca saat itu. Ingin sekali kumemelukmu dan mengatakan, Kau gadis yang tegar, (L/N)-cchi, tetapi aku mengurungkan niatku. Ingat, aku hanya teman yang baru saja ia kenal 1 bulan yang lalu, tak lebih.

Third Person's PoV

"Aku ingin sekali melihat wajahmu, Kise-kun," ujar (Y/N) memecah keheningan.

Kise yang duduk di sebelah kirinya pun langsung tersedak teh yang ia minum.

"Maksud (L/N)-cchi gimana ssu?"

Gadis itu gugup, ia memainkan jari-jarinya, "Maksudku, um yah...."

"Katakan saja, (L/N)-cchi. Aku tidak akan marah ssu."

"Bolehkah aku menyentuh wajahmu?" Tanya (Y/N) dengan wajah memerah.

Wajah memerah (Y/N) begitu lucu. Kise tak sanggup lagi, ia pun mencubit kedua pipi (Y/N) sambil tawanya. "Hahahaha, (L/N)-cchi lucu sekali~"

(Y/N) cemberut, "Swakit, Kiswe-kun. Lagyipulwa aku seryiuws!" Ujarnya kesal.

Kise segera menarik tangannya dari kedua pipi (Y/N), "Boleh kok. Jangan sampai ngefans ya ssu."

"Idih, yang ada entar aku ngejauh karena dirimu jelek!"

"Hidoi ssu~"

(Y/N) mendekat ke Kise. Kini wajah mereka hanya berjarak mungkin sekitar 5-10 cm? Entahlah, masa gw harus di tengah-tengah mereka sambil ngukur pakek penggaris. Gamau jadi nyamuk! //Dirajam gunting

Melihat wajah (Y/N) yang dekat membuat Kise deg-degan, wajahnya sudah memerah seperti rambut Akashi.

"Kise-kun, bisakah kau berhenti gemetar? Aku tidak semenakutkan itu kok."

Ugh, ini menakutkan bagi jantungku ssu!

(Y/N) menyentuh kedua pipi Kise, "Kulitmu halus ya, kau pasti sering melakukan perawatan wajah. Awalnya kupikir kau oplas," entah kenapa Kise merasa tertohok gitu.

Ini alami ssu! Batinnya menjerit.

Kemudian batang hidung, "Kukira kau pesek," ujarnya terkekeh geli, Kise pun sweatdrop. Niat aja (Y/N) mau ngejahilin si alay Kise.

Setelah itu rambut pirang Kise, "Warna rambutmu apa, Kise-kun?"

"Coba tebak warna yang cocok untuk diriku ssu!"

"Em, pink?"

"Aku bukan Momo-cchi ssu!"

"Hm apa ya, hitam?"

"Bukan ssu."

"Baiklah aku menyerah!"

"Hee, tidak seperti (L/N)-cchi saja. Baiklah ssu, rambutku pirang dan irisku berwarna kuning madu," jelas Kise.

"Ooh oke!" Seru (Y/N) begitu antusias.

Kise pun terheran-heran, "Buat apa kau menanyakan itu ssu?"

(Y/N) membalasnya, "Tidak apa-apa, hanya penasaran saja."

Bulan demi bulan berlalu. Mereka terlihat semakin akrab saja walau hanya bisa bertemu di hari Minggu atau Sabtu dan hanya di taman kota-- kadang juga jalan-jalan di tempat lain sih.

Kise terduduk di sofa kesayangannya, menatap sebuah kotak merah kecil yang sedaritadi ia genggam. Sekali-kali ia tersenyum lembut menatapnya. Ia menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan.

"Yosh! Ganbatte ssu!"

Kise bergegas pergi ke taman kota, tempat janjian mereka berdua. Untuk kali ini, Kise berpenampilan sebaik mungkin, tak lupa dengan senyuman yang terus menempel di wajah tampannya. Bahkan fans-fans yang melewatinya pun seketika pingsan oh ada yang langsung mimisan.

Sesampai di taman kota, lagi-lagi (Y/N) sudah terlebih dahulu sampai di sana. Kise sangat yakin bahwa ia sampai 10 menit sebelum waktu janjian. Jadi, kenapa (Y/N) selalu datang begitu awal?!

Kise berlari menghampirinya, "(L/N)-cchi, maaf membuatmu menunggu ssu."

"Eh enggak kok, aku baru saja sampai," balas (Y/N)

"Apa yang ingin kau sampaikan, (L/N)-cchi?"

"Tunggu sebentar," (Y/N) berjalan mengambil sebuah benda yang tertutup kain hitam.

(Y/N) berjalan perlahan mendekati Kise sembari mengatakan, "Kau tahu Kise-kun, aku tidak bisa melihat, melihat warna, atau bahkan cahaya," (Y/N) memejamkan matanya.

"Terkadang aku rindu sekali melihat mereka : cahaya, warna, bahkan indahnya negeri luar," mata (Y/N) perlahan membuka, "Lalu, kau datang dalam kehidupanku. Aku merasa, aku seperti bisa melihat cahaya lagi, begitu hangat, aku seperti bisa melihat senyummu dan aku pikir itu sangat menawan. Kau membantuku melihat dunia luar, kau sering bercerita banyak hal hingga aku merasa bisa melihat mereka semua."

Perlahan (Y/N) membuka kain hitam yang sedaritadi menutup benda itu. Ia pun tersenyum, "Aku mencoba membayangkan wajahmu dan terima kasih juga kau telah membantuku untuk melihatmu hehe. Kuharap kau menyukainya, Kise-kun."

Sebuah lukisan di kanvas dengan background langit biru yang cerah. Terlihat seorang pemuda bersurai pirang dan berseragam pilot tersenyum hangat sambil membawa topi pilotnya.

Air mata Kise perlahan jatuh membasahi pipinya. Kata-kata yang (Y/N) lontarkan dan lukisan di depannya membuatnya diam seribu bahasa, tak ia sangka gadis itu akan melakukan ini. Bibirnya bergetar, ingin mengatakan sesuatu namun lidahnya kelu.

"Kau terisak, Kise-kun."

"T-tidak s-ssu hiks," sanggah Kise.

(Y/N) berjalan mendekati Kise lalu mengusap pipinya lembut walau harus berjinjit, "Mou, nakanaide, Kise-kun. Maaf sudah membuatmu menangis."

Grep

Mata (Y/N) terbelalak, Kise tiba-tiba memeluk dirinya dan menenggelamkan wajahnya di antara kepala dan bahu (Y/N).

(Y/N) tersenyum lalu mengusap kepala Kise, "Sudahlah."

"(L/N)-cchi."

"Hm?"

"Kalau begitu, izinkan aku menjadi matamu dan izinkan aku untuk selalu bersamamu, melindungimu, dan membuatmu bahagia."

"Apa yang kau katakan, Kise-kun?"

Kise mengangkat wajahnya dan menatap wajah (Y/N), "Aku ingin kau menjadi pendamping hidupku, aku mencintaimu, (Y/N)-cchi,"

"Eh?"

"Are? Sekarang ganti (Y/N)-cchi yang menangis ssu."

"Tidak bisa Kise-kun. Aku buta kau tahu itu kan. Bagaimana bisa aku membahagiakanmu, bagaimana bisa aku menjadi pendamping hidupmu, aku tidak akan bisa melakukannya, Kise-kun," jelas (Y/N) disertai tangis, "Lebih baik kau memilih di antara fansmu itu atau bahkan temanku," lanjutnya.

Kise terkekeh, "Aku tidak kenal mereka ssu, yang aku kenal hanyalah dirimu. Kau tidak bisa membahagiakanku? Omong kosong. Buktinya, sekarang aku sedang bahagia dikarenakanmu, (Y/N)-cchi. Bisa bertemu denganmu saja sudah membuatku bahagia, apalagi ditambah melihat senyummu, semangatmu, dan kelakuanmu itu," jelas Kise sambil menyeka air mata (Y/N) dengan tangannya.

"Aku benar-benar mencintaimu, (Y/N)-cchi."

Grep

(Y/N) memeluk erat Kise, menenggelamkan wajahnya di dada Kise, "Aku juga. Aku juga mencintaimu, Ryouta!"

Ne, dan tetaplah menjadi cahayaku, Ryouta....

.

.

Fin

(A/N)

Ff sampah lagi pemirsah. Gila sih 2800 words, terlalu banyak buat one-shot woi! Haha, sampe begadang, pengen banget namatin langsung. Hueeee Kise, suki daaaa!!!

*Nama disamarkan* : Oi Mak, bang juroh dikemanain?

Oiyaya, maap bang!

31 Agustus ya? Otanjoubi omedetou Aomine Daiki. Suki daaaaa!!

*Nama disamarkan* : Mak, inget Mak.

Oiya, waktu nonton DBL ada yang makek tekniknya Aomine pas ngeshoot, dari SMAku lagi. Gila sih, aku langsung melongo di tribun. Pengen njerit gitu, bisa liat secara langsung itu sungguh ga bisa dibayangkan :')

Sekian bacotan dariku. Lagi nyoba bikin chara x reader sih. Lain kali bakalan ku dikitin wordsnya.

Matana~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro