Destiny [Sabito]
Modern!AU
Langkah demi langkah sudah gadis surai (h/c) itu lalui. Berbagai jalan sudah ia telusuri. Yap, dia tersesat. Seharusnya sekarang ia bersama dengan anggota club volinya yang akan melakukan sparring atau latih tanding. Ia terpisah dari rombongan karena ingin membeli minuman, sungguh nasib buruk. Ia juga menyalahkan dirinya sendiri karena teledor, meninggalkan ponselnya di tas yang ia titipkan pada temannya.
Diteguk sebotol air mineral di genggamannya. Panas. Gadis itu mulai lelah, kakinya pun hampir serasa ingin patah. Ya, itu mungkin terlalu berlebihan.
Tidak mungkin kalau pulang 'kan? Aku manajer mereka, batinnya bergelut.
"Argh sial!" Gadis itu melempar botol kosong itu ke sembarang arah. Tidak boleh ditiru ya.
Botol kosong terlempar tepat di kepala pemuda surai peach. Dirinya meraba-raba di sekitar kepalanya kemudian menunduk dan menemukan botol kosong milik gadis tersebut. Diambilnya botol itu. Sepasang matanya mengamati seluruh tempat itu untuk menemukan siapa yang berani membuang sampah sembarangan.
"Hei kau!" Panggil sang pemuda sambil berlari kecil-kecil menghampiri sang gadis.
Sang gadis menoleh, "Ya? Saya?"
"Iya. Nona, seharusnya kau tidak membuang sampah sembarangan, itu dilarang," nasehatnya sambil menyondorkan botol kosong milik sang gadis.
"Oh maaf. Aku reflek melemparnya karena kesal hehe," jawab sang gadis sambil tertawa gugup.
Gadis itu berjalan ke tempat sampah, tanpa disadari sang pemuda mengikuti langkah gadis surai (h/c) itu.
"Ada masalah, nona?"
"Hm?" Gadis itu menoleh. Netra (e/c) bertemu dengan netra lavender milik sang pemuda. Sadar akan itu, mereka pun sama-sama memalingkan wajah dengan sedikit semburat merah di pipi mereka.
"M-maksudku, aku hanya ingin membantumu saja. Wajahmu terlihat begitu kebingungan," balas si pemilik surai peach.
"Sejujurnya aku sedang tersesat sekarang. Aku terpisah dari rombonganku," jelas sang gadis dengan wajah sendu.
"Oh begitu. Kalau boleh tahu, nama tempat tujuanmu, nona?"
"Eh, kau serius ingin membantuku?" Sang gadis terkejut.
Sang pemuda mengangguk mantap, "Tentu saja!"
"Rombonganku akan pergi ke SMA X."
"Ohh tempat itu. Aku tahu kok, lagipula tujuanku denganmu searah," balas pemuda itu.
Senyum gadis itu kembali merekah, "Wah! Oiya ngomong-ngomong siapa namamu? Aku (Fullname)!" Seru gadis itu antusias lalu mengulurkan tangannya.
Sang pemuda tersenyum, "Sabito desu. Yoroshiku ne, (l/n)-san," ujarnya sambil menerima jabat tangan (y/n).
Mereka berdua berjalan beriringan. (Y/n) dengan antusias menceritakan bagaimana bisa dia tersesat, sedangkan Sabito hanya mendengarkan sesekali menjawab pertanyaan yang (y/n) berikan. Ia terus bercerita tanpa memberikan Sabito kesempatan untuk menceritakan dirinya. Huh, dasar.
Sabito terus memandangi gadis di sampingnya ini. Kedua ujung bibirnya tertarik ke atas, membentuk sebuah senyuman tipis di wajah tampannya.
Lucu, pikir Sabito. Ya, gadis di sampingnya ini terlihat sangat lucu di matanya. Dia selalu tersenyum. Walaupun suka bercerita, Sabito akan senantiasa mendengarkan apapun yang ia ceritakan. Entah kenapa ia tidak pernah merasa bosan mendengarkan cerita gadis ini.
"Sabito-kun? Sabito-kun, hei!"
Sabito tersadar dari lamunannya.
"Ah maaf."
"Jadi..."
"Jadi?"
"Ngomong-ngomong kok sedaritadi ga sampai-sampai ya?"
"Eh?"
Sabito melihat ke sekeliling. Mampus, batinnya. Sabito salah jalan, seharusnya setelah sampai di pertigaan mereka belok ke kiri, bukannya terus. Sabito hanya bisa menghela napas panjang.
"Maaf, (l/n)-san. Sepertinya kita harus putar balik."
"Um baiklah."
Setelah putar balik, Sabito sudah meyakinkan diri untuk mengantar (Fullname) secepatnya. Jangan ngalamun lagi, jangan ngalamun lagi, batinnya agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Tak lama kemudian, mereka sampai. (y/n) menunduk berkali-kali untuk berterima kasih. Sabito tersenyum lembut, "Tidak apa-apa, (l/n)-san. Aku senang membantu," jawab Sabito.
(Y/n) melangkahkan kakinya menuju SMA tersebut sambil melambaikan tangannya tak lupa dengan senyuman lebar miliknya. Sabito terdiam sebentar. Ia berniat mengangkat tangannya untuk membalas lambaian tangan (y/n) sebelum....
"Semoga nanti kita bisa bertemu lagi, Sabito-kun!"
Percaya atau tidak, perkataan gadis itu sukses membuat wajah pemuda surai peach kepanasan.
•••
"(Y/n) jangan ngegame terus! Bantu Mama mengangkat barang-barang ke rumah!"
"Iya, Ma. Bentar lagi menang!"
You lose
Suara dari konsol game milik (y/n) membuat mood (y/n) amblas. Dirinya menatap malas mobil milik keluarganya yang terparkir di depan rumah.
"Hah...."
Dengan langkah berat gadis itu pergi menuju mobil milik keluarganya. Diangkat lah salah satu kotak berisi barang-barang pindahan mereka. (Y/n) memindahkan satu persatu kotak tersebut ke rumah barunya.
"Cih, si (Brother name) kemana lagi?! Seharusnya barang-barangnya ia pindahkan sendiri!" Gumam (y/n) jengkel.
Tersisa 5 kotak lagi yang harus (y/n) bawa dan kotak yang tersisa itu memiliki ukuran yang cukup besar dan pasti berisi barang-barang yang banyak. Dengan susah payah (y/n) mencoba mengangkat salah satu kotak. Bulir-bulir keringat menetes dari dahinya. Oh astaga, berat sekali!
Tanpa disengaja kotak itu perlahan meluncur dari tangannya. (Y/n) terkejut sampai menahan napasnya, menanti kotak berat tersebut menghantam kaki kanannya.
Syut
"Loh? Tidak sakit?"
Perlahan (y/n) membuka matanya. Iris (e/c) melebar, terlihat dua buah tangan yang terulur menahan kotak itu agar tidak mengenai kakinya. Dirinya mengalihkan pandangannya ke arah sang pemilik tangan.
"Lain kali jika ada masalah, jangan sungkan-sungkan meminta bantuan," sebuah senyuman lembut terlihat di iris (e/c)nya. Sebuah senyuman yang sangat ia kenali.
"Hah, aku sampai menjatuhkan toples kuenya. Untung saja toplesnya dari plastik hahaha," orang itu tertawa.
(Y/n) masih bergeming di tempat sambil terus memandang orang asing tersebut.
"Loh, tetangga baru, kau tidak apa-apa?"
Senyum gadis itu melebar. Kedua tangannya terulur ke atas, bersiap memeluk orang di hadapannya.
"Sabito-kun!"
"Eit," Sabito menghindar karena sedang membawa barang berat, "Lihatlah kedua tanganku sedang membawa ini."
"Maaf," gadis itu terkekeh.
Sabito tersenyum lembut, "Tidak apa-apa. Senang bertemu denganmu lagi, (L/n)-san."
.
.
.
END
(A/N)
YA KENAPA? AKU BUCINNYA SABITO
AOWKWOKWOK /lari/
Inosuke : Author edan
Sebelumnya ini mau kubuat angst, tapi ya gegara diriku ga kuat ya gini deh. Hehe
SABITOKU KENAPA KAMO MOKAD
Tanjirou : Ma ma, sudahlah Yui-san
Aku atit ati :(
Inosuke : Bacot thor
SAMPAI JUMPA DI CHAPTER SELANJUTNYA~~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro