Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

8 - Little Love and Little Simpathy

Muda keluar dari taxi dengan wajah kesalnya. Sejujurnya ia bahkan belum menyetujui pekerjaan yang di usulkan oleh sang ayah. Tetapi entah apa yang terjadi, seluruh pakaian dan perlengkapannya juga sebuah tiket dan beberapa perbekalan yang di butuhkannya sudah tersedia di hadapannya, tepat satu jam setelah ayahnya menawari pekerjaan tersebut.

Apa-apaan semua ini! memang untuk apa Muda kesini? Bekerja saja? jelas tidak, dari pembicaraan ayahnya yang menyinggung-nyinggung Alena, Muda tahu Icha pasti sudah meracuni pikiran ayahnya. Jelas sekali, tertulis dalam jidat pak Haris Iskandar bahwa Muda harus pergi meninggalkan Bandung.

Dan dari seluruh tempat yang bisa di datanginya, kenapa harus Bali?

Memangnya kenapa? Di Bali kan ada Alena.

Argg.. pemikiran itu.

Ya, justru di Bali ada Alena, dan di Bali ada pekerjaannya. Muda hanya takut kalau ada Alena di sekitarnya, ia akan kehilangan konsentrasinya.

Oh, ya? tetapi justru tiga hari ini konsentrasinya hilang karena Alena tidak ada.

APA!

Apa-apaan! Kenapa batinnya malah berperang seperti ini?

Muda menggeret kopernya masuk ke dalam hotel, ia menatap datar Resepsionis yang tengah tersenyum manis ke arahnya.

"Ada yang bisa saya bantu pak?"

Muda menggaruk tengkuknya, "Saya di beritahu kalau saya tinggal masuk saja ke dalam kamar di hotel ini."

"Oh, vip?"

Muda terdiam. Vip? Mungkinkah?

"Saya tidak tahu, tapi atas nama Mushkin Alatas."

"Oh, pak Al ya? baik pak, tunggu sebentar biar saya cek lebih dahulu."

Muda menunggu sebentar, beberapa saat kemudian sang resepsionis tersenyum penuh penyesalan padanya, "Maaf pak, tapi ada permintaan kalau kamar atas nama pak Alatas harus mendapatkan izin dari ibu Alena terlebih dahulu. Beliau baru saja keluar, kalau bapak mau menunggu, silakan tunggu sampai bu Alena kembali."

Oh.. Sial.

Ponselnya bergetar, dengan cepat Muda menggeser panel layarnya dan membelalakkan matanya ketika membaca pesan masuk dari adiknya.

Aduh bang, maapin.. Icha lupa. Itu harus sama persetujuan Alena dulu, tadi Icha belum telpon Alena. Barusan di telpon malah gak di angkat. Maaf ya, hehehe

Arrggg.. dasar adik menyebalkan!

Kenapa harus di hotel ini sih? Jelas-jelas Muda bisa membayar hotel lain, kenapa adiknya itu malah repot-repot? Dan, tolong.. Icha dan ayahnya terlalu kentara sekali. menyuruh-nyuruhnya untuk mendekati Alena.

Memangnya Alena siapa? Dia juga siapa?

Alena seorang wanita menggemaskan yang menghantui hari-harimu.

Astaga.. bisikan dimana itu?

Muda menggelengkan kepalanya. tidak. Mungkin ini efek kelelahan karena berjam-jam di pesawat. HAHAHA dasar pria berlebihan! Perjalanannya bahkan tidak sampai dua jam! Muda menggerutu dalam hatinya.

Melirik jam tangannya, masih jam tujuh malam.

Jadi, kemana Alena pergi? Dan, bersama siapa?

Muda mendekati resepsionis yang tetap setia dengan senyumannya.

"Mbak, Lena pergi bersama siapa?"

Muda ingin tertawa, kalau ada Icha di belakangnya, adiknya itu pasti berteriak 'CIEEE LENA! SO AKRAB LU BANG AH!'

Aduh, seram juga kalau memang Icha ada disini.

"Bu Alena pergi sendiri pak, biasanya jam segini beliau suka ke Café dekat pantai, yang ada Live Musicnya. Dia suka Music soalnya."

Muda menganggukkan kepalanya.

"Saya titip koper saya, boleh?"

Sang Resepsionis mengangguk, setelah itu Muda berjalan keluar dari hotel dan mencari-cari letak café yang di maksudkan tadi.

Suara deburan ombak menyapa telinga nya, Muda jadi ingat salah satu Quotes yang pernah di bacanya. Bahwa Cinta itu seperti ombak, dan manusia seperti pantai. Kemana pun larinya pantai, pada akhirnya akan tetap tersentuh oleh sang ombak.

Astagaaa..

Apa yang terjadi dengan Muda? Apa pramugari mencampurkan sesuatu di minumannya dalam pesawat tadi? Bagus, sekarang ia malah menyeret orang lain dan mempermasalahkannya dalam kepalanya sendiri. kalau begini caranya, datang kesini pun ia tidak akan bisa ber-refreshing dengan damai!

"Dasar sendal nyebelin! Bukan.. pasir nyebelin.. kenapa gak ngertiin aku sih??"

Suara ringisan seorang wanita membuat Muda menolehkan kepalanya, ah ya.. di sana, tepat beberapa langkah di hadapannya ada seorang wanita yang sedang berjongkok seraya memukul-mukul pasir di depannya. Ya tuhan, ada-ada saja.

Muda berjalan mendekatinya, suara dumelan wanita itu semakin jelas ia dengar, dan jantungnya tiba-tiba saja berdebar dengan kencang. Muda mengenali, suara siapa itu.

Ya Tuhan..

Wanita itu mengangkat kepalanya, matanya tertuju tepat pada pupil matanya dan membuat Muda menelan ludahnya, dia Alena.

Baiklah.. tenang.

Ya, Muda ingin tenang sekarang. tetapi begitu menatap Alena yang kini mulutnya terbuka dengan sempurna, Muda tahu bahwa gadis itu terkejut bukan main, dia seperti melihat penampakan menyeramkan di malam jum'at kliwon.

"Haaaa.. aku pasti udah gila." Alena menggeleng-gelengkan kepalanya. sementara Muda malah mengerutkan keningnya. Alena kenapa?

Gadis itu menundukkan kepalanya lagi, memukul-mukulnya seraya menggeleng-geleng pelan kemudian mengangkat kepalanya dan lagi-lagi mata mereka bertemu.

Ekspresi wajahnya yang manis benar-benar menggemaskan! Muda ingin tertawa melihatnya, oh tetapi ia harus menahan dirinya.

Muda mengatur napasnya kemudian berkata, "Kemana saja? saya cari-cari kamu kemana-mana."

Berusaha sewajar mungkin bertanya pada Alena. Padahal dalam hatinya Muda sudah mempunyai serentetan kata-kata yang ia tahan-tahan untuk tidak ia katakan demi menjaga harga dirinya. oh, Tuhan.. betapa malang nasibnya.

"Alena?" Tidak ada sahutan dari gadis itu. Muda mengerutkan keningnya, apa Alena kesakitan ya? makannya berjongkok seperti itu?

Karena tak juga mendapat jawaban dari Alena, Muda menurunkan tinggi badannya dan ikut berjongkok di hadapan Alena.

"Kamu tidak apa-apa? tadi kamu jatuh? Makannya jongkok begini?"

Di luar dugaannya, Alena malah menangis dengan kencang dan menatapnya penuh perhitungan. Oh Tidak.. kenapa Alena malah menangis?

Alena menghapus air mata yang tiba-tiba saja berjatuhan tanpa seijin dirinya. apa-apaan sih! Kenapa harus menangis segala? Alena kenapa memangnya? Dia kan hanya tersandung! Tidak akan sampai membuat kakinya berdarah-darah?

Oh, menyebalkan sekali perasaannya. Alena tahu, apa yang membuatnya menangis.

Iskandar Muda!!

Untuk apa pria ini kesini? Alena sudah jauh-jauh pergi ke Bali, kenapa malah bertemu juga disini?

Alena menenggelamkan kepalanya di atas lututnya. Malu, ia tidak bisa menghentikan tangisnya sementara Muda menatapnya penuh pertanyaan.

Arrgg.. pria ini, bisa pergi dulu tidak?

"Alena? Kamu benar-benar jatuh?"

Mau tidak mau Alena menganggukkan kepalanya. oke, berbohong untuk kebaikan tidak apa-apa. setidaknya ia sudah menyelamatkan dirinya dari sebuah penderitaan malu yang akan di tanggungnya.

Muda menggaruk tengkuknya, jadi Alena benar-benar terjatuh? Kenapa pertemuan mereka harus seperti ini sih?

"Ehm.." Ia berdehem. Mengulurkan tangannya ke hadapan Alena dan berkata, "Bisa jalan?" Tanyanya.

Alih-alih menjawab, Alena malah menangis lagi.

Ya Tuhan, sepertinya gadis itu benar-benar kesakitan. Muda tidak punya pilihan lain lagi.

"Saya bantu." Ucapnya seraya membalikkan tubuhnya untuk berjongkok memunggungi Alena.

Mata Alena terbelalak. Tangisnya berhenti seketika karena laju darahnya yang di luar kendali.

Ini maksudnya apa??

"Naiklah, kalau memang kaki kamu sakit di pakai berjalan. Saya bantu kamu." Ucap Muda lagi.

Alena tertawa dalam hatinya. dasar ganjen kau Alena!! Suruh siapa malah terus menangis dan tak menjawab pertanyaan Muda? Sudah tahu pria pendiam seperti ini selalu salah dalam mengartikan apapun.

Baiklah, kau yang memulai kau yang mengakhiri. Dengan ragu, Alena mendekat pada Muda dan membiarkan tubuhnya terangkat oleh tubuh tinggi Muda.

Astagaaa..

Posisi macam apa ini!!

Alena mengeluarkan suara menghisap ingusnya kemudian memeluk leher Muda dengan erat karena takut terjatuh.

Mulutnya bergerak-gerak, mengumpati Muda dalam hatinya.

Ia sungguh-sungguh ingin berteriak sekarang!

"Ehm.. a Muda, ngapain disini?" Ini suara pertamanya yang keluar setelah tangisannya reda. Dan Alena menyesalinya. Kenapa harus memanggil AA? Kenapa tidak Abang saja atau Anda mungkin? Kan Alena sedang sebal padanya! Bagaimana sih.

"Saya ada kerjaan."

Tuh kan.. jawabannya saja seperti itu.

Alena tertawa garing, "Kirain nyariin aku."

"Saya memang nyariin kamu."

APA??

"Oh, ya?"

"Iya, saya di beritahu Resepsionis kalau saya tidak bisa Check in tanpa persetujuan kamu. Makannya saya cariin kamu."

EEEEEE????

Dasar wanita baper! Kenapa Alena berharap yang tidak-tidak sih?

Alena menutup mulutnya. Ya sudah, ia tidak akan berbicara.

Dan pada akhirnya ia diam dalam gendongan Muda, begitu pun Muda. Pria itu menggendongnya dalam diam, tanpa suara. Bahkan Alena yakin suara nafasnya saja tidak terdengar.. tsk! Sepertinya Alena harus membuat Muda berkeringat agar ia bisa mendengar suara nafasnya. Ya, berolahraga bersama mungkin?

Astagaaa.. olahraga macam apa yang ia pikirkan?!!

******

Semua mata benar-benar tertuju pada mereka berdua saat keduanya sampai di lobby hotel. Resepsionis yang biasanya tersenyum manis menyapa para tamu kini menahan tawa melihat Alena yang berada dalam gendongan Muda.

Alena memelototkan matanya, mengisyaratkan pada semuanya untuk bersikap biasa saja padanya dan kembali bekerja, jangan memperhatikannya!

"Kamar kamu dimana? Saya antar kamu baru ambil koper saya."

Alena menggoyang-goyangkan telapak tangannya, "Jangan! biar nanti mereka aja yang anterin."

Dan Muda tidak menjawab apa-apa.

Mereka masuk ke dalam lift masih dengan keadaan yang sama. padahal kan Alena benar-benar tidak apa-apa. aduh, sandiwara macam apa ini!! untung saja lift nya kosong.

"Kamar aku yang nomor tiga." Alena mengucapkannya begitu mereka keluar dari lift.

"Saya anter sampai dalam atau kamu bisa di depan pintu?"

Sampai dalam! Sampai dalam saja! kalau bisa temani aku tidur karena beberapa hari ini aku tidak bisa tidur.

Batinnya menjerit frustasi tetapi Alena mencoba mengontrol dirinya.

"Gak apa-apa. disini aja,"

Muda mengangguk dan perlahan menurunkannya.

"Makasih ya, a Muda." Ucapnya. Muda mengangguk, "Kalau bisa di urut saja."

"Pasti. Oh ya, kamar a Muda yang di sebelah aku, nomor empat."

Muda mengangguk, dan Alena membuka pintunya kemudian berjalan dengan terpincang-pincang. Lebih tepatnya berakting terpincang-pincang!

Alena memegang dadanya yang bergemuruh. Perasaannya bahkan belum membaik. Acaranya melarikan diri terinterupsi oleh Muda yang memporak porandakan jiwanya.

Cukup.. cukup sudah.

Cukup hari ini saja Alena mendapat perlakuan dan menerima perlakuan seperti ini.

Besok-besok ia harus menjauhi Muda, ya.. ia harus kembali pada jalurnya, Muda orang asing, selamanya akan menjadi orang asing dalam hidupnya. maka tetapkanlah prinsip awalnya.

Lagipula, siapa yang tahu Astrid akan menyusul kesini kan?

Alena tersenyum lemah dan segera menenggelamkan kepalanya pada bantal miliknya.

*****

"Pak Kenzo? Saya Iskandar Muda." Muda menyapa seorang pria tampan yang sedang duduk menikmati sarapannya di restoran hotel. Pria itu tersenyum seraya menganggukkan kepalanya, tangannya terulur untuk mempersilakan Muda duduk.

"Santai saja, kita bisa berbincang sebentar." Ucapnya. Muda menganggukkan kepalanya, sejujurnya ia tidak suka kalau terlalu banyak berbincang dalam proses pekerjaannya.

Muda menatap Kenzo lagi, kalau di taksir dari penampilannya, sepertinya Kenzo beberapa tahun di bawah umurnya. Oh tetapi hidupnya jauh lebih sukses dari dirinya, Muda mempelajari pria ini semalaman. Yah, tetapi Muda juga tidak tahu apa yang sudah pria ini lalui demi mendapatkan semuanya sekarang. masa bodoh, bukan urusannya juga.

Muda mencatat apa-apa saja yang Kenzo ucapkan padanya. Lebar dan panjang lahan, kebutuhan ruang, dan beberapa hal lain untuk pembuatan denahnya.

Pembicaraan mereka berlangsung hampir satu jam, pria di hadapannya begitu antusias ketika menceritakan apa yang ingin di bangunnya.

"Ya, terimakasih. Saya berharap hasilnya benar-benar memuaskan." Kenzo mengulurkan tangannya dan Muda meraihnya lalu menjabatnya.

"Saya akan berusaha se maksimal mungkin. Senang bekerjasama dengan anda pak,"

Menganggukkan kepalanya, Muda keluar dari restoran menuju kamarnya untuk menyimpan catatannya.

Saat ia hendak membuka pintunya, Muda melirik sebentar pada pintu di sampingnya.

Kira-kira, bagaimana keadaan Alena sekarang? apa kakinya sudah baikan?

Semalam Muda hanya mengantarkannya sampai pintu, dan memikirkannya membuat Muda lagi-lagi tak bisa tidur. Sungguh mengkhawatirkan kondisinya saat ini.

Muda berjalan perlahan, hendak memencet bel, tetapi apa yang akan ia katakan pada Alena nanti?

Ah, tidak-tidak.. tidak boleh.

Muda memundurkan kembali langkahnya, ia kini berada di tempat asalnya. Tepat di hadapan pintu kamarnya.

Tetapi sepertinya keadaan Alena belum membaik. Buktinya, Muda tidak melihatnya dimana-mana. Bagaimana kalau terjadi sesuatu?

Baiklah, Muda bergeser lagi dan kali ini ia meyakinkan dirinya untuk memencet bel.

Dan, baru saja tangannya terulur hendak menyentuh bel, pintu di hadapannya terbuka. Menampakkan Alena yang memakai celana selutut dengan atasan yang menampakkan perut ratanya yang putih mulus.

Muda memalingkan wajahnya segera.

"A Muda ngapain?" Tanya Alena. Suaranya sedikit tidak bersahabat tetapi Muda tidak terlalu memikirkannya.

"Sudah baikan?" Tanyanya datar. Ya, datar. Karena orang pendiam seperti dirinya memiliki permasalahan pelik dengan sebuah intonasi.

Alena mengerutkan keningnya, mati-matian ia bersikap cuek pada Muda. Padahal ia ingin menyapa Muda dan berbicara panjang lebar, "Udah.. semalem di urut."

Muda mengangguk.

Alena juga mengangguk. Huh! Memang Muda saja yang bisa mengangguk? Alena juga bisa!

Mereka berdua terdiam dalam posisinya masing-masing. Muda masih mencoba menatap ke arah lain, sementara Alena menatap sepatunya sendiri.

Pada akhirnya, Muda bergeser dari tempatnya berdiri dan mempersilakan Alena lewat di hadapannya. Tanpa berkata-kata.

Alena membalasnya, wanita itu melenggang di hadapannya dengan membisu.

Yah, kenapa mereka seperti ini sekarang?

Muda menggaruk kepalanya, mengangkat bahunya, dan masuk ke dalam kamarnya.

******

"Cieeeee yang semalem di gendong sampe kamar." Alena memutar matanya, baru saja menikmati sarapan menyenangkannya, resepsionis sekaligus temannya―Riri menginterupsinya.

"Berisik Ririi.. gue lagi mau makan." Rengeknya.

"Jadi, dia kesini ngapain Len? Nyusulin lo?"

Untuk kedua kalinya Alena memutar matanya.

"Kalau dia nyusulin gue, gue bakalan telpon mami dan mintain jimat buat lo yang belum juga mendapatkan pasangan."

"Kalau mau jimat, jimat buat lo aja, biar langgeng sama dia."

Lagi dan lagi Alena memutar matanya.

"Dia bukan siapa-siapa ih Riri.. dia itu kakak iparnya si Al, dia kesini mau kerja. Kemarin kebetulan aja dia yang nemuin gue, kalau si Omar OB kita yang nemuin gue, ya pasti gue di gendong sama dia lah Ri."

Riri menganggukkan kepalanya, "Yaa.. liat aja nanti deh. Ya udah, lo sarapan aja ya yang enak. Gue mau balik kerja."

Alena menganggukkan kepalanya seraya menyantap makanan di hadapannya.

*****

Tepat pukul dua siang, Muda merenggangkan otot-ototnya yang kaku karena tubuhnya berada dalam posisi yang sama untuk berjam-jam.

Ah, seandainya ia punya teman diskusi, pasti selalu menyenangkan untuk menggambar rancangannya.

Menggoyangkan lehernya ke kanan dan ke kiri, Muda beranjak dari duduknya.

Siang ini ia memakai celana pendek berwarna hitam dengan atasa Raglan berwarna putih-biru.

Sepertinya bermain Parasailing akan menyenangkan. Kalau tidak salah, Nusa Dua ini bersebelahan dengan Tanjung Benoa kan? yang Muda ketahui, pantai itu tempatnya berwisata air.

Tidak ada salahnya kan, kalau Muda mencobanya?

Baiklah..

Muda meraih kacamata hitamnya dan membuka pintu kamarnya,siapa sangka pintu kamar sebelahnya juga terbuka.

Alena baru saja hendak masuk ke dalam kamarnya ketika Muda sudah keluar.

Wanita itu menatapnya sekilas, "A Muda mau kemana?" Tanyanya.

"Saya bosan, sepertinya mau jalan-jalan."

"Oh.."

"Pernah bermain Parasailing?"

Mata Alena berbinar.

Apa? Parasailing? Wah, itu adalah permainan yang sudah sejak lama di idamkannya.

"Aaaa.. udah lama aku pengen naik parasailing tau A, tapi kata mami gak boleh. katanya kalau sendiri bahaya, kecuali ada yang temenin aku naik itu. dulu ajak mas Reno, dia ribet banget, bawel ini itu, aku gak tahan.. malah kesel duluan."

Muda menahan tawanya. Sementara Alena merutuki dirinya. bodoh! Kan niatnya mau cuek pada Muda, kenapa kelepasan sih? Aaaa, hancur sudah semuanya!

"Kalau begitu, kita berdua saja."

"Ya?"

Maaf, bisa di ulangi?

Ini bukan semacam jebatan batman kan?

Muda juga tidak sedang menelpon kan?

"Are you really?" Alena memastikan. Muda menganggukkan kepalanya, "Saya penasaran, tapi saya juga belum tahu tempatnya. "

"Yeay! Ya udah ayo! Sebentar yah, a.. aku ambil kamera dulu."

"Buat apa?"

"Buat foto dooong.. moment pertama aku main Parasailing. Tunggu disini ya? sebentar kok, gak sampe lima menit."

Muda tidak sempat mengangguk karena Alena sudah berlari masuk ke dalam kamarnya. kenapa gadis itu mendadak antusias sekali sih? Senyuman Muda muncul mengingat suara riang Alena barusan.

Eh, tapi bicara soal ber-Parasailing..

Alena tidak akan mengganti bajunya?

Oh!! Kenapa Muda malah memikirkan bajunya sih?! Suka-sukanya lah Muda, toh tubuh juga tubuhnya sendiri!

"Ayo A!!" Alena berteriak senang di hadapannya, gadis itu memakai kaos kelonggaran berwarna pink sekarang. ah, syukurlah bajunya di ganti.

********

"Mas, silakan pilih lagu."

Muda mengerutkan keningnya ketika baru saja selesai dengan proses pembayarannya.

"Lagu?"

"Iya mas, lagu. Kan mas kesini sama pacarnya kan? disini kami selalu memutarkan lagu untuk setiap pasangan yang memilih paket Parasailing Couple."

Muda menggaruk tengkuknya. Memilih paket yang Couple saja ia sudah kesusahan sendiri, sekarang harus memilih lagu? Whoaa.. luar biasa sekali hari ini.

"Jadi lagu apa mas? Kalau malu, di tulis saja disini." Sang petugas menyodorkannya secarik kertas dan pulpen. Muda tidak punya pilihan lain selain menuliskan lagu yang melintas di kepalanya.

Ia berjalan menuju tempat dimana Alena sudah duduk dengan semua pengamanan yang menempel di tubuhnya.

Muda duduk di sampingnya dan menunggu petugas untuk membantunya, sementara matanya melirik ke arah Alena yang terus menerus menggoyangkan kedua kakinya dan kepalanya ke kanan dan kiri.

Sepertinya Alena senang sekali.

"Tau gak A.. Akhirnya, saat-saat yang aku impikan itu datang jugaaa!! Yeaaaa!!! Aku mau pamer sama semuanya nanti." Alena tersenyum dengan manis sementara Muda hanya bisa menatapnya dan menikmati senyumannya.

Apa?

Hahahaha.. Mudaa.. saat sampai di atas nanti, kau benar-benar harus terjun dan menenggelamkan dirimu di dasar laut! Kembalikan kesadaran dan pertahanan dirimu sekarang juga man!

"Siap ya?"

Alena dan Muda mengangguk.

Kapal yang membawa mereka perlahan maju, sebuah lagu terdengar begitu Alena dan Muda perlahan-lahan naik ke atas.

I'm hurting, baby, I'm broken down
I need your loving, loving
I need it now
When I'm without you
I'm something weak
You got me begging, begging
I'm on my knees

Alena membelalakkan matanya, "Loh.. A.. kok ada lagunya?"

Muda mengangkat kedua bahunya, berpura-pura tidak tahu.

I don't wanna be needing your love
I just wanna be deep in your love
And it's killing me when you're away, ooh, baby,
'Cause I really don't care where you are
I just wanna be there where you are
And I gotta get one little taste

Teriakan Alena semakin kencang ketika mereka naik, dan semakin naik lagi. angin di sekitarnya menerpa dengan sangat kencang karena ia berada di tempat yang lebih tinggi!

Your sugar
Yes, please
Won't you come and put it down on me?
I'm right here, 'cause I need
Little love, a little sympathy
Yeah, you show me good loving
Make it alright
Need a little sweetness in my life
Your sugar
Yes, please
Won't you come and put it down on me?

"YEAAAAA!!! MAMIIIII.. I LOVE YOUUU!!!" Alena berteriak lagi, sementara Muda yang berada di sampingnya hanya berteriak Wow! Whoa.. dan Hyah!

Tetapi setidaknya Muda merasa bahwa dia benar-benar refresh sekali. terlebih jeritan penuh kebahagiaan wanita di sampingnya membuatnya merasa benar-benar segar.

My broken pieces
You pick them up
Don't leave me hanging, hanging
Come give me some
When I'm without ya
I'm so insecure
You are the one thing, one thing
I'm living for

Lagu masih terputar dengan keras, keduanya kadang ikut bernyanyi. Tetapi Alena lebih banyak berteriak, ketika angin semakin besar, tanpa sengaja tangannya memegangi lengan Muda dengan erat, bahkan sampai berkali-kali.

Yeah
I want that red velvet
I want that sugar sweet
Don't let nobody touch it
Unless that somebody's me
I gotta be your man
There ain't no other way
'Cause girl you're hotter than a southern California day

I don't wanna play no games
You don't gotta be afraid
Don't give me all that shy shit
No make-up on
That's my

Selesai..

Alena berhenti berteriak ketika mereka kembali ke daratan.

Rasanya benar-benar menyenangkan sekali!

Dan kalau di pikir-pikir lagi, lagu yang tadi di putarkan.. kenapa dia sekali sih?

Muda sedang mencoba membuka sabuk pengaman yang menahan pinggangnya ketika Alena tiba-tiba saja berkata, "Dari dulu aku sendiri A, dan aku gak pernah membiarkan siapapun mendekati aku. sekarang, pilihlah. Aa yang menjauh, atau aku yang berpura-pura gak kenal sama Aa?"

TBC

YUHUWWWW!!!

EMANG ADA PARASAILING YANG PAKE MUSIK? Jawabannya adalah.. suka-suka aku lahhh :p wkwkwk namanya juga cerita, ya gimana aja caranya biar romantis :3

Sejujurnya aku terbatas banget soal parasailing soalnya aku belum pernah naik itu sih.. bukan takut air, atau takut ketinggian, tapi takut kemahalan HAHAHAHA ATM RENO MANAAA!!!

SI MUSHKIN AMBIGU YA? HAHAHAHAHAHA

Aku lagi mabok kelaparan sih tadi bikinnya. Ya udah ah nanti aja editnya wklwkwk

Eh..eh.. katanya ya, udah banyak yang bilang kalau karakternya Muda itu kayak karakternya author wattpad yang lagi rame di gombalin sekarang hohoho

Aku baru tahu kemarin dan waktu aku liat wall nya diia.. wow!! dia lebih parah dari Muda yaaa.. karena jawabnya Cuma hahaha titik dua kurung buka kan dede gemezzzz.. wkwkwk

Ya sudahlah..

Oh iya, aku baru menemukan sesuatu yang bikin mimisaaan HAHAHAHA mau tau? Nanti di part selanjutnya aku kasih :*

Eh ders kece gak sekarang pake lagu? Kece dong pasti :3 kenapa gak dari jaman shareno aja ya? duh aku kebanyakan meriang /?

Kenapa aku pilih pantai di Nusa Dua? Karena pantai itu menurut pendapat.. paling bersih.. ombaknya tenang, dan kalau berenang juga aman. Disana banyak hotel bintang lima, dan biasanya para pejabat juga nginep disana *udah berasa kayak tour guide blm? XD

Covernya aku ganti lagi yaaa karena udah gak galau.. dan udah pantai-pantaian lagi hihihi

Buat yang nebak kalau Kenzo itu bakal jadi orang ketiga.. TETOOOOTTT Kalian BENAR!!! HAHAHA BENAR-BENAR SALAH!!

Nggak kok ders.. aku cuman kangen abang Kenzo aja. tau kan dia siapa? Iyapp.. dia pacarnya Dhamar haha gak, dia kakaknya Kanza. Yang gak tahu ga usah kenalan, mereka mengkhawatirkan hidupnya, miris beuhhh.. *Elus dada MUDA

Udah yah... berapa jam nih sejak aku apdet tadi?

Ini mah beneran gak akan PHP tapi BESOK GAK ADA UPDATE.. SABTU JUGA.. MINGGU APALAGI hahaha

Jadi sampai bertemu minggu depan yaaa :*

Selamat berbaper riaaa...

Tolong kalau sayang sama aku, kasih aku cowok ganteng satu ajaa.. gak usah banyak banyak. Oke cyin?

Oh ya aku mau ngikutin kak susan arisanti.. kalau gak komentar jomblo lima dasawarsa!! Hahaha masalahnya gue juga jomblo elaaaah -___- jadi gak jadi deh. Karep kalian aja .

Oke, selamat malam duhai kekasih.. sebutlah namaku di dalam tidurmu~

Akuh sayangh kalian :* 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro