Untitled
Claudya menghampiri Austin dan memperkenalkan diri, “Claudya, Om. Salam kenal.”
“Silakan duduk,” timpal Austin berusaha ramah. “Nic, kamu gak main-main kan dengan Ayah?”
Nichole termangu beberapa saat. Ditariknya nafas dalam-dalam tuk persiapan membalas kritik dan hinaan yang mungkin dilempar Austin, orang terkaya kelima se-Indonesia. “Kapan terakhir kali aku tidak serius,” balasnya yakin.
Di sebelahnya tampak Claudya terduduk lesu sembari memintal dress putih gading peninggalan almarhumah ibunda. “Bos,” ucap Claudya perlahan. “Aku ragu.”
“Aman,” Nichole melempar senyum.
“Bos!” teriak Austin, “jadi anak ini sekretaris penggoda yang membuatmu putusin Ayla!” Tunjuk Austin ke wajah Claudya. “Kau tahu seberapa erat hubunganku dengan Shawn! Berapa kerugian yang kau ciptakan! Ia tarik seluruh sahamnya dari perusahan kita! Laporan keuangan kita semuanya pailit! Entah ketololan apa yang ada di tempurung kecil kau!”
“Yah, tenang. Nanti darah tingginya kambuh,” bujuk Nichole.
“Itu kan yang kau inginkan! Buatku stroke dan kena serangan jantung! Bunuh saja ayahmu sekarang!” Nada bicara Austin kian tinggi. Ditepuknya dada kiri berkali-kali. “Semua ini karena wanita jalang!”
“Yah!” Nichole engah tuk menahan luapan emosi yang sedari tadi membara. “Yah, kau boleh hina aku, tapi jangan pernah sekalipun mencaci Claudya. Ia jauh lebih baik dari Ayla dalam segala hal. Aku yang menjalani semua ini, bukan Ayah!”
“Enyah,” ucap Austin perlahan.
“Yuk.” Nichole menarik tangan Claudya, “Maafkan aku, aku sayang Ayah.” Nichole menghampiri Austin dan berusaha mencium tangannya.
“Pergi!” ditepisnya tangan Nichole.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro