Aku adalah selembar kertas putih, bersih tak bernoda.

Aku adalah gambaran dari apa yang kau lakukan kepadaku selama ini. Jika aku murah senyum, mungkin engkau begitu berharga untukku beri senyum. Jika aku mudah marah, mungkin itu adalah respon atas kejahatan yang kau hadirkan kepadaku. Jika aku tidak menyapamu, mungkin engkau tidak begitu sebernilau untuk kusapa, atau bisa jadi jika kita tidak saling kenal, atau hanya sekadar dua pasang insan yang dipertemukan tuk tak saling hadir.

Aku adalah refleksi atas masa lalu yang kualami selama ini. Jika kau anggap aku keras, mungkin aku ditempa sebegitu keras. Namun, jika kau temukan sisi lembutku, anggap saja itu adalah bonus atas penerimaan yang laik kau terima atas segalanya. Terkadang kita tak bisa benar-benar hitam dan putih, bukan? Sekadar indigo diufuk pergantian hari.

Aku adalah bom waktu, yang bisa saja meledak kapanpun kumau. Begitu juga dengan kau, kita tak pernah tau siapa yang akan meledak dahulu? Apakah aku? Atau kau? Setidaknya kita sama-sama belajar, sama-sama perbaik, satu demi satu.

Aku adalah selembar kertas putih, hadirku begitu dinanti banyak orang. Ada yang ingin merawat warnaku seperti sedemikian rupa. Tapi ada juga yang ingin segera menodaiku. Sebagian menganggapku layak tuk diberi warna lain, entah hitam atau dibiarkan putih.

Menurutmu aku seharusnya berwarna apa? Dibiarkan tetap putih, menghitam,atau diberi banyak warna?