7 //. Mission failed (1)
Ray duduk malas di bangku kelasnya, kebosanan melandanya. Yang dia lakukan hanyalah menjatuhkan kepalanya di atas lengannya yang di luruskan.
Pikirannya melayang entah kemana, namun satu nama yang membuatnya mengingat satu nama. Cut Izoura Moully.
Wanita itu, ck. Bikin aku keki saat berhadapan sama dia.
Pikirannya melayang ketika pagi itu dia menyatroni apartemen Ira, entah kenapa ban sepeda motonya mengelinding menuju arah Apartemennya dia.
Kepalang tanggung, akhirnya Ray memberanikan diri naik keatas dan mengetuk pintunya.
Ini bukanlah dirinya yang seperti biasa, tidak biasanya dia kebingungan saat mendekati anak gadis orang. Nalurinya sebagai playboy langsung moden on seketika jika melihat cewek cantik, layaknya layang-layang yaang akan bergerak drngan sendiri jika ada angin. Seperti itu lah Ray jika bertemu dengan wanita cantik.
Tapi, semuanya tiba-tiba mampet tak terkira saat berhadapan dengan Ira. Gadis Aceh blesteran Amerika.
Perpaduan yang aneh bukan.
Tapi keaneham itu lah yang membuat Ira semakin menonjolkan dirinya, bahkan waniya matang itu tak mempan dengan pesona seorang Ray Amur.
Menyebalkan!
Baru kali ini dia seperti ini, mati kutu dihadapan wanita. Sekilas memang tak ada perubahan dari sikap Ray saat berhadapan dengan Ira, karena jauh di dalam dirinya ia merasakan hal aneh saat berdekatan dengan Ira.
"Woi, bro. Ngelamun aja pekerjaanmu." Celutuk Raiz yang langsung duduk di atas meja, tempat Ray meletakkan kepalanya.
"Aiish, menganggu saja kalian." Tukas Ray yang membawa kepalanya tegak kembali.
"Elo kenapa sih? Jadi melow gaje kek gitu?" Tanya Dimas yang duduk di kursi sebelah Ray.
"Ada yang aneh," selorohnya singkat membuat kedua sahabatnya menegakkan badannya. Memandang Ray penuh selidik.
"Aneh apaan?"
"Elo diputisin sama Vannie?"
Ray menggelengkan kepalanya.
"Sama Mega."
"Sama Winda, Gita, Andy."
Hanya gelengan kepala yang mereka terima.
Bersama mereka menghela nafas bersamaan. "Lalu, apanya yang aneh?" Decak Raiz kesal. "Bagi gue yang aneh itu, kalo elo diputisin sama cewek-cewek yang bapernya gak ketulungan sama elo."
Ray menghela nafas panjangnya, kemudian menunjukan dadanya. "Kenapa sama dada lo?"
"Ada perasaan aneh yang tiba-tiba muncul, pas gue ngedeketin dia rasanya deg-degan. Bukannya jurus merayu udah luntu, tapi gue jadi keki pas deketan sama dia."
Dan mereka spechless
"Hah! Fix elo lagi jatuh cinta."
Ding dong deng
Seperti lonceng yang bergetar ketika berbunyi, sekarang diotaknya lonceng itu berbunyi dengan sangat lantang dan memekakan telinga. Membuat orang yang mendengarkan akan mengalami kesakitan.
Lain halnya dengan Ray, dia hanya diam mematung dengan pandangan kosong menatap udara kosong. Pikirannya benar-benar melayang.
Kedua temannya pun juga heran dengan Ray, merka tak pernah melihat Ray yang seperti sekarang ini. Mereka berdua saling bertatapan, saling mempertanyakan keanehan sikap Ray barusan.
"Mana mungkin?" Elak Ray setelah tersadar dari tatapan kosongnya.
"Ya elah, ngelak aja terus."
"Elo itu lagi jatuh cinta." Tegas Raiz yang mendapatkan lemparan tutup bolpoin yang sedari tadi dimainkan Ray.
"Elo pikir semudah itu gue jatuh cinta?"
"Noh, noh. Ngelak aja terus sana, elo berdebar-debar pas deket sama dia?" Ray mengangguk singkat.
"Keki deket dia?"
Mengangguk lagi.
"Bingung mau ngapain?"
Mengangguk lagi.
"Rasanya ingin selalu melihatnya?"
Mengangguk lagi.
Raiz dan Dimas kembali saling bertatapan, selang berikutmya tawa mereka pecah. Ray yang masih dalam kebingungan mode on, semakin dongkol saja.
"Yaa! Resek kalian ya, temen curhat bukannya di bantuin ,alah diketawain?"
Makin pecah lah tawa mereka, Raiz sendiri malah sampe menjatuhkan diri kelantai dengan memegangi perutnya. Tawanya masih berkelanjutan.
Tak ada balasan dari kedua temannya Ray semakin merajuk, "sialan kalian!" Decak Ray sebal.
"Ini langkah Iz, baru pertama ini seorang Ray Amur curhat. Wuahahahaha ...."
"Udah deh Ray, elo itu fix jatuh cinta." Imbuh Raiz
Ray semakin berdecak sebal melihat kedua sahabatnya semakin tertawa lebar, Ray memilih bangkit dari tempat duduknya dan pergi dari kelasnya.
Ray menggerutu tak jelas, menepis mati-matian perasaan aneh itu. Tidak mungkin dia semudah itu jatuh cinta pada wanita berumur yang saat ini masih adem ayem nangkrinh di pikirannya.
Enggak, ini gak mungkin.
Berkali-kali dia merapalkan mantra "enggak mungkin" miliknya, namun semua tepatahkan sesaat dia tersadar telah melajukan motornya kearah yang tidak semestinya.
Lebih tak terbantahkan lagi ketika dia melihat plang besar yang bertengger disanggah oleh dua tiang baja yang cukup tinggi, sekali lagi Ray hanya bisa mendesah pasrah. Memilih untuk memasuki bangunan tersebut menuju ke tempat parkir.
"Bodoh, bodoh, bodoh." Umpat Ray pelan, ketika kakinya menginjak lantai marmer lobi.
"Good evening, dengan saya Silfi ada yang bisa kami bantu." Sapa seorang wanita yang berdiri dengan menangkupkan kedua tangannya di dada.
Ray yang tak menyangka mendapatkan sapaan dari GRO sedikit gelagapan, untuk menetralkannya Ray sedikit berdeham.
"Ehm, saya ingin bertemu dengan ibu Ira." Ucap Ray sedikit pelan.
Sungguh ini adalah keputusan bodoh, pikirannya mengelabuhinya. Dan lebih sialnya lagi diia berada dihotel tempat wanita yang wajah datarnya menelusup di otaknya.
Ini gila.
"Maaf, Pak ...."
"Ray, nama saya Ray." Potong Ray cepat.
"Maaf, Ibu Ira sedang ada di pool dan beliau sedang ...."
Tanpa mendengarkan lebih lanjut lagi, Ray melangkah masuk lebih kedalam dan menuju area kolam renang. Menginap semalam di hotel ini membuatnya tahu dimana letak kolam renangnya.
Dari kejauhan, Ray dapat melihat Ira sedang duduk di sebuah meja yang terletak di kafe dekat kolam renang. Ray melihat Ira sedang berbincang-bincang dengan seorang pria dengan setelan jas mahal, mereka berlima sedang mendengarkan pria itu berbicara.
Ah, mereka sedang meeting rupanya.
Dia hanya ingin memastikan bahwa perasaan aneh yang dia rasakan bukanlah seperti terkaan sahabatnya, sekali lagi dia merapalkan mantranya.
Disini, sekarang. Dia ingin memastikan semuanya, Ray menyakin bahwa ini hanya rasa penasarannya saja.
Seketika dada Ray berdegup dengan kencang saat melihat wajah serius Ira yang tengah menyimak permbicaraan dengan menopang dagu.
Ray menatap lekat wajah Ira yang tengah menyimak yang di selingi dengan senyuman simpul.
Astaga, dadaku.
Ray menyentuh dadanya yang berdebar-debar, kembali dia menatap Ira yang sekarang tengah menerangkan sesuatu.
Ray merasakan degup jantungnya mengila, ada perasaan hangat mengalir ketika melihat senyuman tipis Ira.
Benarkah aku jatuh cinta?
"Debaran jantung ini nyata, senyata perasaan aneh yang melingkupiku. Apakah ini cinta?"
*****************
Pay attention
Banyak typo bertebaran, irit diksi, tanda baca salah, dan banyak lainnya.
Dimohon pembaca dengan ikhlas mengoreksi kalimat-kalimat yang dirasa kurang pas untuk di baca.
Trima ksih untuk vote dan komennya.....
Voment kalian begiti berharga untukku....
Cipok kening dar bang Ray
Hihihihihihi....
-dean akhmad-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro