Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2 //. Second Impression

WARNING______
DILARANG BAPER GEGARA BABANG RAY YAK...
MOHON JANGAN TIMPUK AUTHORNYA, TAPI SALAHKAN OTAK SAYA YANG KELEWAT SINIS SAMA BABANG ray...
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Jam masih menunjukan pukul tujuh pagi, namun aktifitas di Hotel suite sudah begitu padat. Tak terkecuali bagian Front Office. Beberapa orang sedang menyiapkan beberapa berkas laporan, lebih tepat di dalam kantor Ira berkumpul delapan orang termasuk Ira.

"Selamat pagi." sapa Ira riang. Sembari melihat-lihat berkas laporan hari ini, "Jadi ... gimana?"

"Hari ini, kita kedatangan grup. Total dua puluh kamar."

"Udah dikonfirmasi ke Sales?"

"Udah, Mbak."

"Pake fullboard." tambah Caca seraya memberikan tiga lembar kertas.

"Gimana dengan ED?"

"Hanya Lima belas yang akan check out*, sisanya mereka masih long stay*."

Ira menutup lembaran kertas yang ia pegang. "Oke, koordinasi sama Housekeeping. Bila perlu sebelum grup datang semua kamar sudah VCI"

"Siap, Mbak."

"Gimana, Bellboy? Usahakan gak keteteran."

"Iya Mbak Ira" ucap mereka serempak. Berbondong-bondong mereka meninggalkan ruangan kerja Ira, dan kembali ke pos kerja masing-masing.

Suara asing terdengar dari dalam perut Ira. Sialan! Dia lupa sarapan. Dia berjalan keluar dari ruangan kerjanya, berniat untuk berkeliling. Mengecek segala kesibukan hotel pagi hari.

Kembali Ira berkeliling di sekitar kola, renang

Ira keluar dari ruangan dan langsung menuju kolam renang yang ada di lantai dasar berdekatan dengan Front desk.

Suasana pagi hari Hotel Suite International sudah ramai. Terlebih di area outdoor yang berisi kolam renang dengan super size, kolam renang anak dan play ground.

Di sisi lain kolam renang juga ada rumah spa yang bergaya seperti rumah pohon, ditambah dengan dua gubuk yang tak berjauhan dari rumah pohon.

Terlebih banyaknya pohon rindang, semakin membuat suasana terlihat homey dan tenang.

Ada yang sedang asik berenang.
Ada yang sedang asik berendam.
Ada yang sedang bermain di play ground.
Ada yang hanya berjemur dan bersantai.

Sama halnya dengan Ray. Pria itu hanya memakai celana pendek terbuat dari bahan kaos, sepintas mirip dengan boxer namun tak sama.

Ray sendiri sedang menikmati pagi hari dengan berjemur di Sundeck, dengan memakai kacamata hitam Ray menikmati sinar mentari di pagi ini yang tak terlalu panas dalam memancarkan cahaya ultravioletnya.

Banyak dari tamu-tamu lain yang menatap penuh minat, sekaligus tanda tanya yang cukup membuat isi kepala penasaran. Adanya sesosok shirtless yang tengah asik berjemur di Sundeck.

Walaupun tak se-sixpack kebanyakan pria-pria tokoh utama di dalam novel-novel romance kebanyakan. Bagi sebagian wanita yang barusan lewat membuktikan bahwa dia masih mempunyai kharisma, sekalipun dia tak melakukan apapun. Itulah kelebihan dari Ray Amur sebagai playboy kelas kakap.

Sebuah suara ketukan sepatu hak tinggi terdengar lirih di telinga Ray. Dengan cepat dia merubah posisinya menjadi duduk tegap. Tanpa melepas kacamatanya dia celingukan guna mencari mencari asal suara.

Entah kenapa, jika mendengar suara hak sepatu yang membentur lantai menjadi alarm tersendiri buat dirinya. Memberi sinyal bahwa pemilik sepatu hak tinggi itu berada di dekatnya.

Aneh!

Tapi itu lah yang diyakini alam bawah sadar Ray. Jika pemilik sepatu itu berada di radius sepuluh meter darinya.

Apa dia tidak pulang, jam segini sudah ada dihotel?

Melihat Ira sepagi ini sudah berada di hotel, membuat Ray sedikit bertanya-tanya. Mungkin kah wanita itu menginap di Hotel ini juga, atau emang dia ngekost di sekitaran sini.

Ray masih melihat Ira yang sedang melangkah, mengikuti setiap gerak-gerik tubuh Ira yang menghilang dibalik pintu rumah pohon.

Ray memang masih setia dengan kegiatannya di atas sundeck, berjemur dengan kacamata hitamnya. Namun ekor matanya tetap mengikuti gerak-gerik Ira yang entah kenapa begitu menarik perhatiannya.

Ray masih tetap setia melihat Ira yang sedang menerima telepon, terlihat air mukanya berubah sedemikian cepat.

Awal menerima telepon, air mukanya terlihat sangat cerah. Secerah sinar mentari pagi yang menghangatkannya. Seperti tanaman membutuhkan air, mereka juga butuh sinar matahari. Dan Ray berimajinasi bahwa dialah tanaman itu dan Ira adalah mataharinya.

Menit berikutnya, air mukanya berubah menjadi datar. Menjadikan senyuman kecil miliknya menghilang begitu saja. Masam sekali, dan Ray tak menyukainya.

Dan menit berikutnya yang paling Ray benci. Air mukanya menunjukan suatu kemarahan yang tertahan. Terlihat ketika Ira mengigit bibir bawahnya. Bahkan Ray tau wanita sedang menahan isak tangis, air matanya sudah menggenang di pelupuk matanya.

Dasar bodoh! Tidak kah dia ingat di mana dia memijakkan kaki cantiknya tersebut.

Melihat gadis itu menangis, membuat Ray sedikit merasakan suatu perasaan yang tak nyaman.

Entah apa?

Yang pasti, Ray merasa tak suka melihat Ira seperti itu.

Tanpa disadari Ira kini tengah berjalan di oinggir kolam renang. Matanya tak bisa fokus melihat suasana sekitar karena terlalu fokus pada percakapannya dengan seseorang dari seberang.

Dan sekarang dia merubah lagi mimik wajahnya berubah menjadi serius. Receh emang. Tapi Ray seperti begitu menyukai air muka serius yang di tunjukan oleh Ira.

Detik berikutnya, ada ide jahil yang tiba-tiba muncul di otak gantengnya. Pelan-pelan dia menghampiri Ira yang masih menerima telepon, namun posisi Ira yang membelakangi Ray seakan tak memperdulikan sekitarnya. Termasuk Ray.

Sial!

Sikap acuh Ira terhadapnya sedikit membuat egonya sebagai seorang playboy sejati sedikit terluka. Ya ... mungkin hanya berupa goresan.

Dia seorang playboy sejati, playboy kelas kakap. Dia bukan amatiran, namun sudah ahli. Terbukti dengan berbagai tipe wanita dia dapatkan dengan mudahnya.

Seorang model majalah dewasa pun tak luput dari rayuannya. Pernah suatu ketika dia tidak sengaja mengaet istri orang. Itu pun dia sama sekali tak tahu kalo ternyata wanita yang diajaknya adalah istri orang. Alhasil Ray ditonjok habis-habisan oleh suami wanita itu di TKP, padahal dia hanya merangkul pinggang wanita itu. Bagaimana kalau sudah menyentuh bini orang. Digorok mungkin iya.

Sungguh sial bukan? +

Serius, kalian ingin tau berapa jumlah mantan kekasihku? Jawabannya adalah, aku sendiri lupa.

Dasar brengsek!?

Bodo!

Kini, Ray begitu tertantang menaklukan Ira yang terlihat begitu arogan dan begitu membenci dirinya.

Hey!

Bahkan mereka belum berkenalan secara resmi, tapi nyatanya Ira seperti mengibarkan bendera perang padanya. Apa salahnya coba?

"Baiklah, kita bertemu di De boliva. Jam tiga sore," ucap Ira yang kemudian mematikan sambungan teleponnya.

Wajahnya berubah menjadi sendu, menatap riak-riak air kolam yang membentuk pola yang sama ketika ada sedikit saja pergerakkan di dalamnya.

Sungguh Ira begitu membenci situasi ini, malah dia ingin tak pernah ada hari itu.

Hufth...

Ira membuang nafasnya dengan kasar, haruskah dia bertemu dengan orang itu. Orang yang sudah menghancurkan pengharapan terakhirnya atas kesendirian yang menyelimuti hidupnya.

Seharusnya orang itu lah pengharapannya.
Seharusnya orang itu lah pelabuhan terakhirnya.
Seharusnya orang itu lah jawaban do'a-do'anya.

Tapi, nyatanya dia salah.

Dialah pengahancur segalanya.

Cukup Ira! Jangan bersikap kekanak-kanakan kayak gini, semua baik-baik saja!

Lagi-lagi Ira merapalkan mantra itu, berharap semua ini hanya mimpi. Jika dia bangun, semuanya akan lenyap.

Ada yang bilang bahwa mimpi adalah bunga tidur, dan Ira begitu membenci bunga tidur yang baginya begitu menggerikan untuknya.

Cukup Ira, cukup. Semuanya akan baik-baik saja.

Sekali lagi, Ira merapalkan mantranya. Dengan berat hati, kembali Ira menghembuskan nafas beratnya. Sedikit mendongakkan kepalanya, melihat langit biru yang dihiasi pantulan sinar matahari pagi.

Pagi ini. Rasanya dia ingin tenggelam saja ke dasar danau. Agar tak seorang pun mampu menemukan keberadaannya.

Tiga tahun dia melarikan diri, mungkin saatnya dia keluar dari persembunyiannya.

Inilah akhirnya!

"Kamu gak cocok punya wajah sedih kek gitu," tukas Ray yang sudah menumpukan dagunya di atas pundak Ira sebelah kiri.

Suara berat itu membuat Ira terlonjak kaget, dengan reflek menolehkan wajahnya. Membuat hidung mereka bersentuhan karena jarak mereka yang sangatlah dekat..

Lagi-lagi mereka berada dalam posisi yang awkward.

"Kamu lebih cantik kalo tersenyum," tambah Ray yang meraih ujung bibir Ira dengan jempol dan telunjuknya. Menarik garis melengkung di bibir Ira dan spontan mengecup bibir Ira yang terpoles lipgloss.

Ira yang masih terkesiap dengan sikap spontan Ray, hanya bisa terdiam menatap si empuhnya punya tangan.

"Rasa stroberi," celutuk Ray pelan, tapi masih terdengar sampai ketelingga Ira.

Ira kembali memasang wajah datarnya begitu melihat senyum mengejek dari Ray, matanya melotot menyadari sebelah tangan Ray sudah melingkari pinggang rampingnya.

"What the hell are you doing!" pekik Ira yang menggerakkan pundaknya sehingga membuat kepala Ray sedikit terpental ke belakang.

Sedikit kesulitan Ira mencoba melepaskan belenggu tangan Ray yang melingkari pinggangnya. Bukannya terlepas, posisinya berbuah menjadi berhadapan.

Demi apapun.

Mereka sudah menjadi tontonan gratis tamu lainnya. Ira sangat mengumpat keras-keras dalam hatinya kepada pria mesum di depannya ini.

Pria bernama Ray Amur adalah pria dengan tingkat kemesuman yang di luar batasan level. Dia begitu membenci posisinya saat ini adalah tepat berhadapan dengan Ray. Tubuh mungilnya terkekang oleh lengan Ray.

Sial! Sial! Sial!

Pagi harinya tak pernah sesial ini. Setelah mendapatkan telepon dari masa lalu, dan sekarang harus berhadapan dengan pria mesum ini. Yang dia takutkan adalah teguran dari GM yang bisa saja melihat adegan tidak senonoh seperti ini.

Memalukan.

Oh, tidak! Sekali lagi Ira mencoba melepaskan lengan Ray mesum ini, "lepaskan aku Tuan, ini bukanlah tindakan kesopanan. Tidak kah anda sadar. Banyak orang yang melihatnya," desis Ira geram dengan posisi masih meronta dalam dekapan seorang Ray Amur.

"Kalo kamu tersenyum. Aku akan melepaskanmu," imbuh Ray yang memainkan kedua alisnya.

"Dasar gila!"

"Jangan mengumpati tamumu. Nona," decak Ray yang semakin mengeratkan pelukannya. Membuat tubuh mereka saling menempel. Dengan reflek Ira menahan tubuhnya. Membuat kedua tangan yang menyentuh langsung ke kulit coklat milik Ray.

Seakan tersadar dengan reflek tangannya, membuat Ira kembali meronta dari kungkungan pria mesum ini.

"Tersenyum atau tidak, itu bukan urusan anda. TUAN!"

"Bukannya, setiap karyawan hotel harus selalu tersenyum ya? Gak boleh mencampur adukkan permasalahan pribadi sama pekerjaan."

"Dan. Anda tidak perlu mengingatkannya. Karena itu adalah kewajiban saya."

"Kalo begitu tersenyumlah."

Sekali lagi, tanpa menghiraukan permintaan Ray. Ira kembali meronta. "Jika aku ngelepasin kamu, kamu bakalan jatuh ke kolam. Cut Izoura Moully." Bisik Ray seraya menjilat kecil telinga Ira, membuat buku kuduk Ira meremang.

"Dan saya ... lebih suka tercebur kolam. Daripada berada dipelukan pria mesum seperti anda. Tuan Ray Amur," bisik balik Ira tak mau kalah dengan sedikit meniup telinga Ray. Hal itu sukses membuat darah Ray bergejolak.

"Kamu yakin Izoura?" Ray menyeringai. Kemudian Ray melepaskan lengannya yang berada di pinggang Ira.

Detik berikutnya Ira merasakan tubuhnya oleng, sepatu haknya tak mampu menahan berat tubuhnya. Sekuat tenaga Ira mencoba mencari pegangan guna menyelamatkan dirinya.

Gak lucu kan kalo pagi-pagi kek gini udah main basah-basahan.

Mau di taruh di mana kalo dia Cut Izoura Moully. Seorang FOM. Tercebur dikolam renang. Apalagi ini masih pagi.

Ira bahkan sudah membayangkan, kalo dia pasti mendapatkan dua kali malu. Dari staffnya sendiri dan beberapa tamu yang akan menjadi saksi mata masih hidup.

Perfecto bukan.

GREP

"Aaakh...," pekik Ira, ketika sebuah tangan meraih kerah bajunya.

Ira spontan memegangi lengan Ray yang menarik kerah bajunya. Menahan tubuhnya agar tak terjatuh ke kolam. Dadanya naik turun, menunjukkan keterkejutannya.

"Bukannya tadi aku sudah bilang sama kamu, kalo aku ngelepasinnya. Kamu yang bakalan jatuh ke kolam."

Ira sedikit melongok kebelakang, dengan wajah melasnya dia kembali menatap wajah Ray yang menunjukan senyuman liciknya.

"Jangan dilepaskan, ku mohon?"

"Lalu apa yang aku dapetin dari menyelamatkanmu Moully."

"Apa saja. asal cepat tarik aku," timpal Ira tanpa pikir panjang.

Sedikit berpikir, guna menerima tawaran Ira. "Ayolah, ku mohon." Rengek Ira. "Kau bebas...."

Belum sempat Ira melanjutkan kata-katanya, tubuhnya sudah ditarik oleh Ray. Kembali dia berada di dekapan Ray.

"Aku akan memikirkan nanti," ucap Ray kembali mengecup bibir Ira dan melenggang begitu saja. Meninggalkan Ira yang sudah mencak-mencak.

Dengan santai dia kembali memakai kacamata hitamnya, mengambil bathrope yang tersampir di kepala sundeck. Tentu saja dibarengi gaya stay cool miliknya.

Dasar pria mesum....

_______________________
Catatan kaki :
- EA (Expected Arrive) : daftar tamu yang akan cek in

- ED (Expected Departure) : daftar tamu yang cek out

- Long stay : tamu yang tinggal dikamar untuk waktu jangka.
Panjang

- Private Guest : tamu yang tidak mau keberadaanya diketahui
orang lain, selain staff hotel

- FOM : Front Office Manager

- Front Desk : meja resepsionis

**************
Semoga gak mengecewakan....selain DL dr @theWWG ada seseorang yang menjanjikan saya sesuatu, jika berhasil menulis dua chapter.

Hujatlah aku, berikan q komen pedas kalian, bila perlu perlakukan naskahku dengan kejam jika memang terbukti banyak salahnya.

Selamat membaca
Kecup ringan untuk bang Ray
Untuk Dean Akhmad

"Aaaaw," ditimpuk saya...
Kabooooooor....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro

Tags: