Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

After - 2

Yuhuuu update lagi ^^ ini kuulang karena part ini lebih enak baca malem🤭🤣

Yoook, vote dan komen sebanyak-banyaknya😘😘😘🤗❤

Part ini panjang tapi dijamin bikin gemaay haha XD

#Playlist: Bruno Mars - Versace On The Floor

Lomba adu tatap berakhir setelah bunyi getaran ponsel Parcella cukup keras. Parcella merogoh ponselnya dan melihat pesan masuk dari Eugene.

Eugene: Aku gak kembali ke restoran lagi. Jangan tunggu aku, ya. Kamu langsung pulang saja setelah makan. Huhu, aku iri sekali. Happy New Year, Sepupu!

Pexel mengamati mimik wajah Parcella. "Ada hal penting?"

Parcella menggeleng setelah membalas pesan Eugene. "Nggak ada, tapi Eugene nggak kembali ke sini, Pak. Jadi sepertinya aku pulang setelah selesai makan."

"Pexel aja," koreksi Pexel.

"Oke, Pexel."

"Kalo begitu kamu mau mampir ke penthouse saya?" tawar Pexel. Menyadari wajah kaget Parcella, dia menambahkan, "Maksud saya, di tempat saya tinggal suka mengadakan acara. Siapa tau kamu tertarik. Ya, hitung-hitung supaya malam tahun baru nggak sendirian."

"Kamu tau dari mana kalo aku sendirian?" Parcella memasang wajah menggoda. Entah kenapa jiwa-jiwa nakalnya sedang hiperaktif. Melihat Pexel seolah mendapat mangsa empuk.

"Kamu datang ke sini berdua Eugene. Setelah dia mengabari nggak balik lagi, kamu mau pulang. Jadi bisa disimpulkan kamu sendirian. Biar nggak sendirian, saya menawarkan diri menemani kamu. Hitung-hitung sebagai permintaan maaf karena Airlangga udah buat Eugene terjebak sama kerepotannya," jelas Pexel.

Parcella pura-pura berpikir. Padahal dalam pikiran liarnya, dia sudah membayangkan keindahan tubuh atletis nan berotot dari Pexel. Ya, Tuhan... dia seolah tengah menelanjangi Pexel dalam pikirannya! Stop it, Parcel! Batinnya.

"Oke. Tapi kita makan dulu. Makanan Eugene bisa kamu makan." Parcella buru-buru meralat. "Maksudnya, kamu bisa pesan makanan lain dulu. Aku makan punya Eugene sekalian."

Pexel tertawa kecil. "I'm not hungry. Saya temenin kamu aja. Selamat makan, Parcella."

Parcella menyantap makanannya. Sesekali dia melihat Pexel yang memandanginya. Dia gugup sendiri. Rasanya seperti sedang ditelanjangi menggunakan iris cokelat memesona itu.

"Kamu menetap di sini? Atau, liburan?" Pexel membuka obrolan.

"Aku tinggal di sini, Pak––maksudku, Pexel. Kamu menetap di sini juga? Atau, liburan?" tanya Parcella.

"Saya liburan sekaligus datang memeriksa gedung di sini. Mungkin kamu udah tau dari Eugene," jawab Pexel.

Sambil melahap dagingnya, Parcella menjawab, "Ya, aku tau. Kebetulan aku mau pakai gedung PA Tower milik kamu untuk acara perusahaan saya."

"Kamu punya perusahaan?"

"No, no, i mean... tempat aku bekerja. Aku kerja untuk Avona's Heart. Mereka ingin cari gedung yang besar untuk acara Fashion Show. Mungkin kamu pernah nonton acaranya."

"Oh, Avona's Heart. I know that. Keponakan saya pecinta Avona's Heart Fashion Show. Saya pribadi belum pernah nonton secara langsung tapi suka nonton tayangannya di televisi. Keponakan saya fans beratnya Shine Lim, " cerita Pexel.

"Shine Lim? Kalo lihat aslinya dia cantik banget," puji Parcella bersemangat.

"Saya nggak tau udah ada yang bilang ini atau belum sama kamu, tapi kamu juga nggak kalah cantik," puji Pexel dibarengi senyum lebar nan memesona.

Parcella terbatuk-batuk tersedak daging yang dikunyah. Dengan cepat Parcella meneguk air putihnya supaya batuk hilang. Setelah tenggorokkannya merasa lebih baik, Parcella tersipu malu.

"Kamu bisa aja. Aku nggak secantik itu," elak Parcella malu-malu. Dia berharap wajahnya tidak bersemu merah. Kalau iya, malu!

"Saya serius. Kamu nggak kalah cantik. Ini menurut saya pribadi," ucap Pexel sambil tetap mempertahankan senyumnya.

Parcella semakin geer. Bisa-bisanya Pexel memuji dengan menampilkan senyum manis nan rupawan itu. Demi mengalihkan pujian manis barusan, Parcella mengangkat gelas berkaki miliknya ke udara. Pexel segera paham dan mendentingkan dengan gelasnya.

Sekali lagi, mereka bertatapan. Kali ini lebih dari sebatas tatapan biasa. Tatapan mereka lebih dalam. Selama beberapa saat mereka larut kembali dalam lomba adu tatap yang rasanya tidak akan berakhir jika tidak ada yang menyudahi.

"I like your tattoo." Dan Pexel menyudahi adu tatap mereka. "Itu gambar kelinci, kan?"

Parcella menurunkan pandangan pada pergelangan tangan kirinya. Ada tato bergambar kelinci yang bersembunyi dan hanya menampilkan mata serta telinganya sekaligus diberi hiasan bentuk tiga hati di sekeliling kelinci itu. Parcella tertawa mengingat kejadian lucu di balik pemilihan tato ini.

"Ada cerita lucu di balik tatonya?" tebak Pexel penasaran.

"You can read my mind?" Parcella tertawa dan kemudian mengangguk pelan. "Iya, ada. Waktu milih tato sebenarnya bukan kelinci yang ini, tapi kelinci yang full body gitu. Mungkin tattoo artist salah mengira kalo aku mau gambar ini."

"Tapi hasilnya bagus. Saya suka lihatnya. Lucu."

"Thank you. Ada tato yang lebih bagus lagi. I have a lot."

"Oh, ya? Selain pergelangan tangan, kamu punya tato di mana lagi?"

"Punggung, perut, dan da..." Parcella menggantung kalimatnya. Dia tidak menyebutkan soal dada. "Kamu punya tato juga?" tanyanya mengganti topik.

"I have a lot."

"Di punggung juga?" tebak Parcella.

"Di tempat-tempat yang sulit dijangkau mata," jawab Pexel yang kemudian meneguk sampanye sambil menatap Parcella.

Jawaban Pexel menambah tingkat penasaran Parcella. Rasanya dia ingin membuka kemeja itu dan melihat keseluruhan tubuh Pexel demi memastikan tato yang-katanya-sulit-dijangkau. Sungguh, dia benar-bener terlihat murahan sekarang dengan membayangkan hal-hal mesum ini.

"I see." Parcella membalas tatapan Pexel dengan tatapan nakalnya.

Alih-alih Parcella ingin mengambil gelas untuk minum, dia malah tidak sengaja menyenggol gelas sampanye milik Pexel sampai isinya tumpah mengenai celana pria itu. Akibat kecerobohannya, Pexel bangun dari tempat duduknya.

"Oh, My God! I'm so sorry," ucap Parcella panik dan ikut berdiri. "Aku nggak sengaja. I'm so sorry."

Pexel terkekeh. "It's okay. Kamu nggak perlu minta maaf berulang kali. Saya bersihkan dulu di kamar mandi. Tunggu ya, Parcella."

Setelah Pexel pergi ke kamar mandi, Parcella menepuk keningnya berulang kali merutuki kecerobohannya.

"Ini gara-gara pikiran mesum sialan!" gerutunya.

👄👄👄

Parcella ikut masuk ke dalam penthouse Pexel. Sebenarnya dia sudah melihat ruang serbaguna yang ada di gedung ini, tapi dia tidak mau ditinggal sendirian karena Pexel ingin mengganti celananya lebih dulu. Alhasil Parcella mengikuti Pexel dan duduk di ruang tamunya yang besar. Lukisan-lukisan mewah dan antik menghiasi dinding berwarna putih. Kilau dari lampu kristal menerangi posisinya.

Perlahan Parcella bangun dari tempat dudukn ya dan mendekati kaca jendela serba kaca berukuran besar. Pemandangan indah dapat ditangkap mata.

"Beautiful, right?"

Parcella tersentak dan segera menoleh ke belakang, menemukan Pexel telah kembali mengenakan celana bahan yang baru. Warnanya berbeda. Jika sebelumnya hitam, maka sekarang warnanya biru.

"Yeah. It's beautiful." Parcella menarik senyum setuju. Detik berikutnya dia kembali memandangi pemandangan di luar.

"Sepertinya kamu lebih tertarik di sini ketimbang bergabung di bawah," canda Pexel.

"Iya. Ini bagus." Sadar akan jawabannya, Parcella buru-buru meralat dan berbalik badan. Pexel sudah melangkah pergi sambil tertawa. Parcella pun mengejar dari belakang. "Maksud aku, pemandangan di sini lebih jelas. Kalo di bawah yang dilihat orang-orang. Not a beautiful view like this," ralatnya kemudian setelah berhenti di depan meja bar dapur.

"Berarti kita nggak perlu ke bawah biar kamu bisa lihat pemandangan indah." Pexel mengambil botol wine yang disimpan dan meletakkan di atas meja bar, lalu menuangkan wine untuk Parcella. "Here, your drink, Miss."

"Makasih, Pexel." Parcella meneguk wine yang disodorkan. Detik berikutnya dia melanjutkan, "Aku boleh lihat pemandangan indah lagi? Ini tinggal lima belas menit lagi sebelum tahun baru."

"Boleh, Parcella."

Parcella melangkah cepat menuju jendela besar. Dia kembali mengamati pemandangan sambil menunggu pergantian tahun baru.

"Saya nggak salah memilih penthouse ini. Pemandangannya paling bagus." Pexel sudah berada di belakang Parcella sambil menenteng gelas wine miliknya.

Parcella menoleh sedikit ke belakang. "Iya, kamu benar." Lalu, dia kembali memandangi pemandangan di luar sana sambil sesekali meneguk wine.

"Pemandangan yang saya lihat juga indah. Tato bunga yang...." Pexel tak melanjutkan setelah Parcella memutar badan.

Hari ini menjadi lomba adu tatap yang tiada habisnya. Mereka berdua kembali saling menatap. Berdiam cukup lama bersama keheningan yang melanda. Tangan masing-masing masih memegang gelas. Kemudian, mereka meneguk wine bersama setelah mendentingkan gelas dan menyerukan kata 'cheers'. Dan seperti sebelum-sebelumnya, mereka masih tetap saling mengunci tatapan.

"Ini wine terenak yang pernah aku cicipi. Thank you." 

"You're welcome. Selain wine, saya punya white chocolate yang enak. Saya ambilkan dulu ya."

Parcella kembali menghadap jendela selagi menunggu Pexel mengambil cokelat. Dia tidak melihat Pexel mengenakan cincin kawin. Namun, ada banyak pria yang bisa menyembunyikan cincinnya. Haruskah dia bertanya supaya tidak menimbulkan kesalahan ke depannya? Parcella mengenyahkan rasa penasaran itu. Lagi pula dia mau melakukan apa sampai harus bertanya segala? Dia tidak boleh terhasut pikiran liarnya.

"Ini untuk kamu. Rasa cokelatnya dijamin terasa di lidah. Soalnya saya udah cicipi dan intensitas rasa cokelat sama wine sama-sama kuat. Jadi nggak perlu khawatir rasa cokelatnya kalah sama wine." Pexel menyodorkan white chocolate pada Parcella, masih di dalam kemasan yang baru.

Parcella mencicipi cokelatnya setelah berterima kasih. Seperti yang dikatakan Pexel, rasa cokelatnya tidak kalah dari rasa wine. Dia pernah makan cokelat dibarengi wine dan salah satunya tidak begitu terasa.

"Enak?" tanya Pexel.

Parcella mengangguk. "Kamu makan lagi aja."

Pexel maju selangkah, memangkas jarak di antara mereka. Pelan-pelan Pexel mendekati bibir Parcella. Tanpa perlu bertanya Parcella tahu ke mana tujuan Pexel. Jiwa nakal yang sudah menggebu-gebu di dalam diri Parcella pun bereaksi. Kedua tangannya spontan melingkar di seputaran leher Pexel, berjinjit, dan ikut mendekatkan bibirnya.

Bibir mereka akhirnya bertemu. Bertaut cukup lama, mencecap rasa cokelat yang tertinggal di bibir Parcella. Lidah dan lidah saling bertemu, bergelut dalam gelombang rasa yang semakin menggelora. Eksplorasi rasa menjadi hal utama demi menikmati sensasi cokelat yang tertinggal.

Ciuman mereka semakin intens seiring tubuh yang terasa panas. Di tengah ciuman yang berlangsung, tangan mereka menjelajahi area-area terlarang. Pexel dengan mudahnya menurunkan ritsleting dress yang dipakai Parcella, sedangkan Parcella sibuk mengusap bokong seksi Pexel.

Mereka semakin tak kuasa menahan hasrat yang kian membuncah. Satu tarikan bibir menyudahi permainan yang sejak tadi sudah mengontrol kewarasan mereka. Mereka mengambil napas sejenak sambil tetap memandangi satu sama lain.

"I can see your tattoo here." Pexel menunjuk tato bergambar bulan sabit di bagian dada Parcella–– setelah dress itu turun sedikit.

Parcella menurunkan dress-nya hingga memperlihatkan tubuhnya hanya mengenakan pakaian dalam. Pexel menemukan tato lain di bagian paha, pergelangan kaki dan perut Parcella.

"I can see everything now."

"Not yet." Parcella melempar senyuman menggoda seraya melepas bra dan celana dalamnya. Dia tidak akan bohong kalau menginginkan Pexel menyentuhnya dan memanjakannya di atas tempat tidur.

"Well, i can see everything clearly." Pexel menarik tubuh Parcella, mendekapnya sebentar sebelum tangan besarnya mendarat di salah satu gundukan kenyal yang menggiurkan. Ukuran dada Parcella terasa pas untuknya.

Parcella menggigit bibir bawahnya ketika Pexel meremas dadanya lebih intens. Yang lebih mengejutkan saat Pexel memainkan jari-jemarinya di bagian puncak dada dan mencicipinya dengan lidah yang basah. Parcella bersumpah, dia tidak bisa menahan desahan. Dan desahan kecil lolos begitu saja dari mulut Parcella.

Pexel tertawa kecil. "You like it?"

Parcella tidak menjawab, berusaha mengabaikan pertanyaan gila itu. Tentu saja Parcella menyukainya! Parcella bisa bertambah liar kalau Pexel melanjutkan permainan ini.

"Close your eyes," ucap Pexel parau.

Parcella memejamkan mata, mengikuti instruksi Pexel. Parcella bukan tipe perempuan yang malu-malu kucing atau pura-pura tidak menikmati. Parcella tipe perempuan agresif nan ekspresif yang akan menunjukkan jika dia tertarik atau tidak masalah dengan kegiatan yang lebih dari sebatas ciuman. Kembali pada kriterianya, tidak semua. Jika Parcella bersedia, maka Pexel adalah tipenya.

Erangan kecil muncul saat dua jari bermain di bawah sana, memberi getaran tak terelakkan. Parcella mendesah lebih seksi saat jari-jari itu bergerak semakin intens dan liar, mengoyak seluruh pertahanannya untuk tidak bersuara.

"You're so wet," bisik Pexel di sela kegiatan yang dia lancarkan.

Suara seksi nan berat Pexel meninggalkan kesan tersendiri di telinga Parcella. Masih memejamkan mata, Parcella merasakan ibu jari dari tangan Pexel yang lain menyentuh bibirnya. Detik itu pula Parcella menjilat ibu jari Pexel dan mengulum dalam bibir seksinya.

Pexel menarik jari-jarinya, membuka kemeja, dan melucuti seluruh pakaiannya. Dengan tatapan penuh damba, dia melihat Parcella tengah menunggunya melakukan hal yang lebih jauh. Pexel memutar tubuh Parcella sampai memunggunginya. "Open your eyes," titahnya.

Parcella membuka kelopak matanya, merasakan sesuatu yang besar dan tegang menggesek bokongnya. Tubuhnya perlahan terhimpit dengan kaca saat Pexel menggesek bukti gairahnya di bagian kewanitaannya. Parcella seakan tahu diri dan menaikkan bokongnya agar lebih mudah dijangkau oleh Pexel. Tak berapa lama Parcella merasakan desakan yang kuat di bawah sana. Parcella meletakkan kedua tangan pada kaca jendela setelah milik Pexel berhasil memenuhinya. Rasanya luar biasa. Parcella tidak pernah menemukan ukuran yang memuaskan seperti ini.

Dorongan demi dorongan dilancarkan begitu Pexel merasa miliknya dihimpit kuat oleh dinding kewanitaan Parcella. Sambil meraih dua gundukan kenyal yang menggoda, Pexel tak berhenti menggerakan pinggulnya dengan tempo cepat. Gerakan itu semakin liar seiring suara desahan seksi milik Parcella. Lebih gila lagi saat Parcella menyebut namanya diselingi desahan nakal.

Di tengah kegiatan panas mereka, ada kembang api yang bersahut-sahutan di udara, menerangi gelapnya malam dan menandakan bahwa sudah memasuki tahun baru. Mereka melupakan sejenak mengenai kembang api dan memilih menikmati kegiatan panas yang dapat terlihat dari pantulan kaca jendela. Mereka bercinta begitu hebatnya dalam gelora dahsyat yang memabukkan.

Bagi mereka saat ini, bercinta di malam tahun baru lebih menyenangkan dari apa pun.

👄👄👄

Jangan lupa tinggalkan vote dan komen kalian❤

Jangan lupa baca ceritanya Kak Lyan yang judulnya A Night Before You❤❤

Cerita Kak Lyan lyanchan juga udah up

Follow IG & Twitter: anothermissjo

Nantikan kisah Pexel dan Parcella selanjutnya :3

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro