Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

8. Bertemu

Mendung, pertanda turun nya hujan. Setetes demi setetes air hujan turun membasahi bumi yang kering ini. Seakan langit tahu apa yang sedang terjadi di bumi.

Menangis, hanya itu lah yang dilakukan Dewi, Bundanya Naya. Melihat keadaan putri satu-satunya yang belum kunjung juga sadar dari kemarin.

Mereka masih mengingat apa kata Dokter yang membacakan hasil rontgen Naya tadi pagi.

"Permisi, ini laporan hasil rontgen pasien. Mau langsung saya bacakan." Ucap Dokter yang bername tag Fajar itu, sambil membenarkan letak kacamatanya.

"Silahkan Dok, langsung dibacakan saja." Ucap Dewi yang tidak sabar sekaligus takut dengan keadaan
putrinya.

"Ekhem...jadi begini, ini gambar kepala bagian belakang pasien." Ucapnya sambil menunjuk gambar tersebut. "Anda bisa melihat dibagian ini, ada seperti lecetan. Ini yang membuat putri anda drop." Jedanya dan menarik nafas kembali. "Ini tidak akan lama, hanya beberapa hari saja. Tetapi dibagian ini harus selalu dijaga, salah sedikit saja..akan berakibat fatal bagi kesehatannya."

"Jadi Dok, kenapa putri saya belum juga sadar setelah rontgen itu."

"Ini masih pengaruh bius, nanti sekitar satu jam lagi, pasien akan sadar." Ucap Dokter sambil melihat jam berwarna silver yang terlilit dipergelangan tangannya.

"Baiklah kalau begitu, terima kasih Dok."

"Saya permisi dulu." Pamit Dokter dan segera keluar daru ruangan tersebut.

"Bun---da."

Lamunan Dewi terbuyarkan, karena mendengar suara yang memanggilnya.

Semua yang ada didalam ruangan pun mencari siapa yang melontarkan kata-kata itu.

Mereka melihat Naya yang mengerjapkan mata nya berkali-kali.

Mereka pun menghampiri Naya dan Farid pun segera memanggil Dokter.

"Sayang, kamu gak apa-apa kan." Ucap Dewi khawatir.

"Issshhhh.." Ringis Naya sambil memegang kepala nya.

Dokter pun masuk dan segera memeriksa Naya.

"Kenapa Dok?" Tanya Hendra.

"Syukurlah, keadaan Naya sekarang sudah membaik." Ucapnya. "Kalau keadaan nya meningkat, besok lusa sudah boleh pulang." Tambahnya lagi.

"Alhamdulillah." Ucap Hendara dan Dewi bersamaan.

"Kalau begitu saya permisi dulu." Pamit Dokter.

Farid pun menoleh kearah sang adik, "syukur deh lo udah sadar, syusahin tau gak. Kasihan Ayah sama Bunda." Ucapnya polos.

"Farid, kamu kok gitu ngomongnya." Ucap Dewi sambil memberikan tatapan tajam ke Farid.

"Tau nih, kak Farid mah gak kasihan sama aku." Ucap Naya lemah sambil memaksakan tersenyum.

"Udah-udah, Sayang sekarang kamu makan dulu yah. Kamu mau makan apa."

"Apa aja deh Bun."

Lalu Dewi pun mengambil bubur ayam kesukaan Naya. Naya memakan nya dengan lahap sesekali bersenda gurau dengan sang kakak.

***

"Oii..." kejut Tiara ke teman-teman nya yang sedang berkumpul di meja Nabila.

"Astagfirullah, kagak sah banget lo sehari ngak ngagetin orang." Sindir Fayza.

"Iya nih si Tiara. Sehari kagak ngagetin orang, gatal-gatal mungkin badannya." Tambah Nabila.

"Gak kok, biasa ajah. Lebay lo semua." Bela Tiara.

"udah-udah. Eh...gimana yah keadaan Naya? Udah baikkan belum? Udah sadar belum? Udah..."

"Eh..Bil, lo tuh yah kalau nanya itu satu-satu dong, ini udah kayak kecelakaan beruntun ajah." Sanggah Fayza.

"Hehehe.." yang di sindir pun hanya cengengesan tidak jelas.

"Hem...gimana kalau besok kita jenguk lagi si Naya. Gimana?" Usul Tiara.

"Hm...boleh ugak. Tapi...daripada kita penasaran soal keadaan Naya, coba deh hubungin keluarganya." Ucap Fidia.

"Kalau gitu biar gue hubungin Kak Farid deh." Ucap Tiara tiba-tiba.

Lalu semua nya pun melihat Tiara dengan tampang curiga. Sedangkan yang dilihat pun hanya berkata, "eh..kenapa lo semua liatin gue! Gue tau kok gue itu cantik, jadi biasa ajah yah ngeliatinnya. Agak risih gue." Ucap nya sambil melambai-lambai kan tangannya.

Mereka yang mendengar ucapan Tiara pun hanya memasang wajah ingin muntah.

"Geli banget dah dengarnya."

"Jijay woii."

"Iyyuuuu, kepedean banget lo."

Ucapan demi ucapan pun terlontar dari bibir manis teman-temannya itu, sedangkan yang di cibir pun hanya tertawa puas.

"Selamat pagi anak-anak..." ucap Guru Bahasa tiba-tiba dan mereka pun semua berhamburan ketempat masing-masing.

"Pagi bu.."

"Buka buku halaman 25 bagian A&B, kerjakan dan dikumpulkan sekarang!" Titah Guru itu dan hanya di tanggap dengan dengusan dari mereka.


***

"Kak..."

"Hem.."

"Kakak gak sekolah?" Tanya Naya yang duduk di kepala ranjang.

"Enggak." Jawab Farid yang masih fokus dengan game nya.

"Emangnya gak takut ketinggalan pelajaran."

"Enggak."

"Lalu misalnya besok ulangan dadakan gimana?"

"Yah...gak gimana-gimana."

"Lalu misalny-"

"Ck...lo tuh yah, lagi sakit juga. Mendingan lo tidur deh. Ah..ganggu aja lo. Tuh kan kalah, padahal udah dikit lagi nyampe star."

"Sorry-sorry. Kak gue bosen di sini, temenin gue ke taman rumkit yah, ya ya ya." Pinta Naya.

"Males."

"Kalau lo gak mau, gue telpon Bunda sekarang. Gue bakalan bilang kalau kak Farid gak ma--"

"Ck, yaudah buruan."

Farid pun membantu Naya berdiri dari ranjangnya dan meletakkan Naya ke kursi roda yang sudah disediakan.

Mereka pun menuju lift dan Farid pun menekan tombol 1, karena ruangan Naya berada di lantai 2.

Ting

Lift pun terbuka dan menampakkan meja resepsionis.

Lalu Farid mendorong kursi roda Naya dengan hati-hati, menuju taman yang berada tidak jauh dari lobi rumah sakit.

Sesampainya, Farid melihat disekeliling taman sangan ramai, dipenuhi pasien lainnya.

Farid mencari kursi taman dan semua nya sudah penuh, kecuali kursi taman yang ada di bawah pohon itu, tetapi juga sudah ada yang menepatinya. Yah..walaupun hanya seorang pemuda yang sedang terlihat frustasi.

"Hem..Nay kita duduk disana ajah yah." Ucap Farid sambil menunjuk kearah tersebut.

"Dibawa pohon itu kak? Tapi kan ada orangnya." Tanya Naya melihat kearah yang ditunjuk Farid.

"Yah..gak apa-apa lah, dia juga duduk sendirian kan?!" Jelas Farid.

"Hm.."

"Kelamaan mikir lo!"

Farid langsung saja mendorong kursi roda Naya, karena yang kelamaan berfikir.

"Ekhem..boleh gue duduk disini." Ucap Farid ramah.

"Eh..oh boleh kok, silakan." Ucapnya yang menggeser sedikit duduknya.

"Kalau gue boleh tau, nama lo siapa?" Tanya Farid tanpa basa basi.

"Nama gue Neil. Kalau lo?" Jawabnya dan bertanya balik.

"Nama gue Farid dan ini adik gue nama nya Anaya."

Neil pun mengalihkan pandangan nya menuju gadis yang dikenalkan Farid.

"Hai Anaya."

"Hai, panggil Nay ajah."

Deg..

Deja vu

Neil mengingat kembali wajah gadis itu, sepertinya gue pernah lihat tuh cewek, tapi dimana? Tanyanya dalam hati sambil mencoba mengingat kembali, iya, dia kan yang gue ta--

"Oii, lo kenapa bengong ajah."

Farid membuyar kan lamunan Neil. Ah..pria itu memang selalu begitu, suka sekali mengagetkan orang.

"Eh..emm..anu..."

"Anu apaan?!"

"Eh..enggak kok gue gak papa." Ucap Neil yang menggaruk kepalanya yang kebetulan memang gatal.

"Oh..yaudah kalau gitu."

"Kalau gue boleh tau, adik lo sakit apaan kok keliatannya parah gitu?" Tanya Neil sambil melihat keadaan Naya dari jauh, yang entah bagaimana dia udah ada bersama para pasien yang lainnya.

"Naya, dia itu abis kecelakaan di daerah depan  gerbang komplek perumahan kami." Jelas Farid.

"Udah dapat siapa yang nabrak?"

"Belum, tapi lagi di cari sama pihak kepolisian."

Ddddrrrrtttt....

Ponsel Farid berbunyi, memutuskan percakapan mereka.

"Eh..gue titip Naya bentar. Gue mau angkat telpon dulu."

"Oh..iya santai aja."

Tak berapa lama Naya menggiring kursi rodanya sendiri ke arah dimana tadi ada keberadaan kakak nya.

"Kak Farid kemana?" Tany Naya ke Neil.

"Itu, dia lagi angkat telpon." Tunjuk Neil kearah dimana Farid sedang mengangkat telpon.

Naya pun hanya mangut-mangut saja.

Seketika gugup melanda mereka berdua. Mereka hanya diam dan diam. Tidak ada percakapan yang terjadi. Neil bingung mencari topik pembicaraan begitu pula Naya.

Mereka sibuk dengan pemikiran masing-masing, tiba-tiba...

"Oiii..."

"Astagfirullah.."

"Astagfirullah.."

Ucap Neil dan Naya bersamaan.

"Iihhh...lo apa-apaan sih kak! Ngagetin aja!" Ucap Naya sambil memukul lengan Farid.

"Aduh... Lagian, tegang amat sih kalain. Kayak lagi ujian aja." Ringis Farid.

"Kalau gue jantungan gimana?!" Geram Naya yang melihat tingkah kakak nya itu.

"Yah..gak gimana-mana." Ucap Farid polos.

"Ihh..lo itu nyebelin banget sih.. au ah, gue mau balik kekamar ajah."

Lalu Naya pun menjalankan kursi roda nya sendiri dan meninggalkan dua pria itu.

"Eh..bro sorry yah. Gue ngagetin yah.." Ucap Farid

"Eh..ngak kok, udah biasa." Jawab Neil.

"Gue balik ngejar adek gue dulu. NAYA ITU KALAU UDAH NGAMBEK BAHAYA. BISA JADI MONSTER." Teriak Farid sengaja yang masih didengar oleh Naya.

Naya hanya menoleh sekilas dan memberikan tatapan tajam seolah-seolah berkata, 'tunggu ajah pembalasan gue'.

Farid segara menuju kearah Naya dan meninggalkan Neil seorang diri.

Apa benar gadis itu. Batin Neil.

TBC
Minggu, 11 Desember 2016
.
.
.
.
Haihai guys, sorry yah kelamaan. Abis UAS, biasalah harus belajar. Btw..sorry for typo. Tolong koreksinya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro