Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

6. NA'AS


Masih dihari yang sama (lagi).

"Hufft.." helaan nafas dari Naya yang sudah berada di dalam kamarnya sambil tiduran.

"Untung aja tadi ayah sama bunda belum pulang, kalau mereka udah pulang dijamin deh gue bakalan diceramahin dari A sampai Z." Gumam Naya.

Naya pun merasa bosan dan akhirnya dia mengecek ponsel nya yang dari tadi belum di sentuhnya sama sekali.

Naya membuka beberapa notif yang ada di line, satu yang membuat dia tertarik adalah grup 10Antu. Yah..grup itu baru resmi dibuat kemarin.

Fayza : Oii, bagi soal pr yang tadi!

Tiara : emangnye lo kagak nyatat Pay?!

Fayza : hehehe..kagak😆

Nabila : Fayza mah gitu orang nya, yang lain pada nyatat dia malah maen-in hp mulu.

Arief : Bagi juga dungss soalnya. Gue juga kagak nyatat😏

Fidia : Ini nih, ketua kelas yang tidak patut dicontoh.

Bhisma : Emangnya dari tadi lo ngapain aja pas yang lain nyatat?!

Tiara : Aip, mah maenan nye ke toilet mulu ama Arum.

Fayza : betul.

Nabila : betul'2.

Fidia : betul'3.

Arum : apa-apaan nih, nyebut-nyebut nama gue!?

Tiara : GR lo Rum.

Fayza : Eh..ngemeng-ngemeng Naya kemana yah. Kalau masalah kek gini, dia nih yang rajin sial nyatat-menyatat.

Nabila : iya yah. Naya ooh Naya, diamana kah dikau berada.

Fidia : Naya yuhuu.

Tiara : Naya oh Naya kenape kau tak timbol.

Arief : macam mane aku nak timbol, belom buka hp, belom buka hp.

(Author Note : Arum itu cowok. Aip nama panggilan Arief.)

Naya pun membacanya sambil cekikikan sendiri dan dia pun membalas,

Ekhem..tadi ada yang manggil gue yak.

Naya menutup ponsel nya, dia segera bangkit dari tidur nya dan segera turun kebawah.

Naya mendapati Ayah dan Bunda nya duduk di ruang keluarga, dia pun menghampiri mereka dan langsung duduk diantara Ayah dan Bunda nya.

Mereka yang melihat keberadaan Naya pun hanya menoleh dan fokus kembali dengan acara tv.

"Bunda lagi nonton acara apaan sih?" Tanya Naya yang erat memeluk perut Bunda nya.

"Tuh, bunda mu itu nonton gosip." Ucap Hendra yang mengerucutkan bibir nya.

"Biarin..kalau ayah mau nonton bola, nonton ajah sana dikamar." Cibir Dewi.

"Iihhh...tapi kan ayah mau nonton disini bunda." Ucap Hendra yang setengah manja.

"Ayah sama bunda apa-apaan sih, cuman masalah tv ajah diribetin." Lerai Naya.

"Ayah kamu tuh.."

"Bunda kamu tuh.."

Ucap mereka bersamaan. Naya yang berada diantara mereka pun hanya bisa menutup telinganya.

"Yah, Bun, kak Farid kemana? Belum pulang?" Tanya Naya yang mengalihkan pembicaraan soal tv tadi.

"Tau ah.."

"Tau ah.."

Ucap mereka kompak lagi. "Cie..cie..yang kompak." Goda Naya.

"Diam.."

"Diam.."

"Tuh kan, kompak lagi. Hahahaha." Ucap Naya yang diikuti tawanya.

Ddrrrrtt ddrrrrtt

"Hp Ayah getar tuh!" Ucap Naya yang melihat getaran dari ponsel ayahnya.

"Ohiya..ayah angkat dulu yah telpon nya."

Ayah Naya pun mengangkat telpon dari orang yang ada diseberang sana.

Usai Hendra menyelesaikan pembicaraan yang ada di telpon tersebut, Hendra kembali dengan wajah yang pucat dan keringat dingin.

"Ayah..ayah kenapa?" Tanya Naya khawatir.

"Siapa tadi yang telpon yah?" Tambah  Dewi khawatir.

Hendra tetap diam tidak menjawab pertanyaan dari mereka. Hendra pun menarik nafas dan menghembuskan nya berkali-kali.

Lalu ayah pun menjelaskan semua pembicaraan yang ada di telpon tadi.
.
.
.
.
"Naya..kamu mau kan tolongin ayah." Pinta Hendra yang setengah memohon.

"Hufft..iya Yah aku mau. Toh ini juga demi keluarga kita, tapi Yah aku gak mau terburu-buru dulu. Aku mau melanjutkan pendidikan aku."

"Iya sayang, ayah juga gak akan maksa kamu."

"Hem..iya. Oiya, Bun aku mau ke supermarket, mau beli keperluan."

"Yaudah, pergi sana."

Naya lalu bangkit dari duduk nya dan bersiap ingin pergi ke supermarket yang ada di seberang komplek perumahannya.

Naya berjalan didaerah komplek yang sepi dan sunyi itu. "Kok perasaan gue kagak enak yah. Mana nih jalanan sepi benget lagi. Tau gitu mendingan gue minta temenin bibi. Kamera mana kamera? Gue kagak tahan nih. Apa gue lari ajah yah. Iya..iya lari. Satu..dua..lari."

Naya pun berlari, dan tibalah dia didepan gerbang komplek. Naya pun melihat kanan dan kiri dengan napas yang tersengal-sengal, karena supermarket nya ada di seberang sana.

"Ternyata jarak dari... rumah ke depan gerbang... jauh.. juga yah." Gumam Naya sambil ngos-ngosan.

Naya pun melangkah karna jalanan yang mulai sepi dan...

"Ahhhhhh..."

BRUK..

DBAMMM..

Gelap.

Semua nya gelap.Itu lah yang terakhir dilihat oleh Naya. Hanya suara desingan yang di dengarnya.

**

"Bagaimana keadaan anak saya dok?"

"Anak anda mengalami patah tulang dibagian leher dan kaki disebelah kanan..lumayan parah dibagian kakinya, mungkin pas kejadian kaki nye terkilir..jadi nya bisa separah itu.."

"Kalau untuk di lehernya dok."

"..untuk di bagian leher mungkin lusa udah bisa dibuka perbannya, kalian tenang saja kami akan merawat perkembangan pasien sampai pasien sembuh total."

Yah..disinilah sekarang dia berada di Rumah Sakit Harapan, keadaan Naya yang sangat dibilang memprihatinkan, diperban sana sini, dan selang infus yang ada di tangannya.

Samar-samar Naya mendengar percakapan orang lain, Naya pun perlahan membuka matanya.

Dengan susah payah dia mencoba membuka matanya, perlahan..benar-benar perlahan. Eh..

"Ayah..Bunda" Kalimat itulah yang pertama kali dilontarkan oleh Naya.

"Naya..kamu gak papa kan? Ada yang sakit?"

"Ishhh..." ringis Naya yang menggerakkan kaki nya.

"Kamu jangan banyak gerak dulu yah." Titah dokter.

Dokter pun mengecek kembali keadaan Naya. "Malam ini kamu harus menginap disini ya, kemungkinan lusa kamu boleh pulang. Ini resep obatnya tolong di tebus dulu!" Jelas Dokter.

"Assalam'mualaikum, Naya kamu kenapa?" Tanya Farid yang tiba-tiba datang.

"Wa'alaikum salam, Farid kamu kemana ajah, kamu ini yah bukannya jagain adeknya ini malah keluyuran malam-malam." Omel Dewi.

"Aku kan latihan bun, untuk lomba." Bela Farid.

"Ah..alesan."cibir Dewi.

"Kejadian nya kayak gimana? Kok Naya bisa sampai kayak gini?" Tanya Farid.

"Ayah juga gak tau kajadian rinci nya bagaimana, kalau gak salah sih kata pihak kepolisian ada saksi yang melihat kejadian itu." Jelasnya.

"Aku bakalan cari siapa yang ngelakuin ini ke Naya." Ucap Farid geram.

"Isshh.."ringis Naya.

"Lebih baik kita semua keluar, biarkan pasien istirahat dulu."

"Baik dok.."

Mereka pun keluar dari ruangan Naya, sedangkan Naya masih meringis kesakitan disekitar leher dan kaki nya. Naya akhirnya terlelap seteleh diberi obat tidur oleh suster.

***

"Apa yang barusan terjadi." Ucap lelaki itu frustasi.

"Apa yang telah gue perbuat."

"Gue..gue.."

"Arggghhhh.."

Lelaki itu pun menunduk sambil berfikir apa yang harus dia lakukan,"Gue harus minta bantuan papa sekarang. Iya..iya papa." Lalu dia pun menancap gasnya dan segera pergi.

***

Sinar mentari pagi menyinari ruang rawat inap Naya, yang membuat siempuhnya menyipitkan mata karena silauan dari mentari tersebut.

Naya bingung melihat sekelilingnya, dia bertanya-tanya di dalam hati nya kenapa ruangan ini putih semua, bukannya kamarnya bernuansa biru langit? Ah..yasudahlah.

Tapi Naya bingung, terakhir kali dia bangun itu..

"Pagi sayang..kamu udah bangun." sapa Dewi ramah.

"Pagi bun, isshh..bun kok leher aku ishh.. berasa kaku yah? Kaki aku juga." Ucap Naya yang setengah meringis.

"Aku ada dimana bun? Ini udah jam berapa? Aku harus sekolah nih bun, tapi badan aku kok susah digerakin yah? Ada apa sih bun?"

Sekarang Naya tau, dia berada di mana sekarang. RUMAH SAKIT.

Dewi hanya menggelengkan kepalanya karna perilaku anak perempuannya yang satu ini, "Nanya nya satu-satu nak.."

"Kamu ngak tau kejadian yang menimpa kamu?"

"Yaelah bunda, aku nanya kok malah nanya balik."

"Coba deh kamu ingat-ingat lagi."

Naya pun mencoba mengingat-ingat kembali kajadian tadi malam,

tadi malam aku kan kesupermarket, trus aku lari-larian, lalu aku nyebrang jalan, lalu... Batin Naya.

"Udah selesai mikirnya?"

"Aku kan kemarin malam kesupermarket bun, lalu aku mau nyebrang trus..hem..ah..ya..ya lalu ada mobil trus abis itu gelap."

"Yaiyalah gelap, kamu itu kecelakaan Naya. Kamu itu yah bolot amat."

"Tapi bun.."

Naya masih terbayang-bayang dengan kejadian semalam.

"Kok leher ku susah di gerakin yah..kayak ada yang ngeganjal gitu." Gumam Naya yang masih didengar oleh bundanya.

"Kamu itu mengalami patah dibagian leher dan kaki.." Jawabnya santai.

"Hah...isshhh."

"Jangan banyak gerak dulu! Ini makan sarapanya, abis itu minum obatnya!" Titahnya.

Naya pun memakan sarapan nya dengan susah payah, ntah apa yang terjadi kepada dirinya sampai separah ini.

Au ah gelap.

"Bun..besok aku sekolah ya.."

Dewi yang mendengar itu pun langsung menoleh kearah Naya dan berkata, "kamu ini yah..bandel kalau dibilangin." Dewi menyentil dahi Naya. "Emangnya kamu bisa sekolah dengan keadaan yang seperti ini? Mau noleh ajah susah, lah ini besok mau sekolah. Ck ck ck."

"..tapi kan bun, nanti aku ketinggalan pelajaran."

"Kamu belajar dirumah ajah, biar kakak kamu yang bimbing."

"Yah..bun-"

"Selamat pagi.."

"Pagi dok.."

Dokter pun masuk keruangan Naya dengan dua orang suster."Bagaimana keadaannya sekarang, apa udah agak mendingan, apa masih nyeri? obat nya udah diminum?"

"Udah dok..tadi sih dia agak meringis sedikit." jawab Dewi.

Dokter pun memeriksa kembali keadaan Naya, mulai dari tensi darah dan yang lainnya.

"Kamu kenapa kok mukanya manyun gitu. Hihi.." tanya dokter ke Naya.

"Itu tuh dok, aku kan besok mau sekolah. Eh..malah dilarang sama bunda."

Dokter yang ber-nametag Dr.Fajar itu pun hanya menggelengkan kepalanya karena tingkah Naya yang bisa dibilang biasa saja akan keadaan nya saat ini.

Kalau pada posisi tersebut bukanlah Naya, tapi orang lain. Mungkin orang tersebut akan patah semangat.

"Bun..pegel nih aku baringan terus, aku mau duduk aja."

Setelah mendengar ucapan dari Naya tersebut, bundanya dan beberapa suster yang ada disitu membantu Naya bangkit dari tidurnya dan duduk di kepala ranjang tersebut.

"Sekitar pukul 3 sore nanti, kamu harus melakukan sinar x-ray yah." Terang dokter.

"Dokter atur aja bagaimana baiknya."

Dokter pun keluar dari ruangan Naya. Sedangkan Naya nya merasa risih dan masih kepikiran kejadian semalam.

Naya merasa bosan dengan suasana yang terjadi, sedangkan bundanya sedang berkutat dengan gadjet nya. Yah..itu lah yang terjadi, jika seseorang sudah berhadapan dengan gadjet nya masing-masing, bisa lupa dengan dunia nya.

"Ponsel gue mana yah?" Gumam Naya. "Bunda ponsel aku mana?"

"Tau ah.."

Singkat, padat, dan jelas. Bundanya itu sudah terlalu gaul. Tapi bagaimana pun, dia tetaplah wanita yang telah melahirkannya kedunia ini.

Coba gue lihat dilaci ajah deh, duhh..mau ngomong ajah susah banget. Apalagi mau lihat kanan kiri. Mendingan gue tiduran ajah deh. Batin Naya.

Naya pun melanjutkan tidurnya dengan nyenyak, mungkin efek dari obat.

....

Disekolah.

"Pagi guys.." sapa Fayza.

"Pagi.."

"Eh..Naya kemana ajah yah tadi malam? Kok dia kagak balas chat kita di grup?"

"Yah..mana gue tau, emangnya gue bonyok nya si Naya." Ketus Tiara.

"Yaelah..gue cuman nanya kalik, slow Tir slow. Pagi-pagi udah sewot, lagi PMS yah lu."

"Au ah.."

"Coba deh lo telfon sih Naya." Perintah Nabila.

"Irit pulsa gue.." jawab Fayza.

"Yaealah pelit banget lo za.."

"Kalau lo, nanya 'Za lo ada kuota gak'.."

"Pasti ada." Jawab Tiara cepat.

"Kagak juga. Hahahaha." Ucap Fayza sambil tertawa.

Nabila dan Tiara pun dengan kompaknya menempeleng kepala Fayza, sehinggah badanya hampir terhuyung kedepan.

Nabila pun mengambil ponsel dari sakunya. Dia menelfon ponsel Naya barkali-kali, hingga di akhir panggilan, barulah tersambung.

"Halo Nay..kenapa hari ini lo kagak masuk?"

"Halo neng.."

Nabila menjauhkan ponsel dari telinganya, karena bingung dengan jawaban dari orang seberang sana, lah kok suara Naya berubah yah, kok suaranya kayak mbok-mbok gitu. Batin Nabila.

"Hem..ini siapa yah."

"Ini temannya non Naya yah, saya pembantu dirumahnya, non Naya nya lagi dirumah sa-"

Belum sempat orang yang diseberang sana melanjutkan pembicaraannya, Nabila langsung menyambar perkataannya dengan suara yang lantang.

"APA...NAYA KENAPA? SIAPA YANG ADA DIRUMAH SAKIT? DIA NGAPAIN DISANA?"

"Hem..non Naya kemarin malam kecelakaan neng.."

"Oh..oke makasih mbok."

Tuttttttt....

Nabila pun mematikan sambungan tersebut secara sepihak, teman-teman yang lainnya hanya tercengang melihat si Nabila yang tiba-tiba teriak saat menjawab panggilan tersebut.

"Heh..kalian kok gitu banget ngelihatin gue.." ucap Nabila yang bergidik ngeri melihat tatapan dari teman-temannya tersebut.

"STOP! gue tau, gue tau kalau gue itu syantik. Jadi, biasa aja ngeliatin nya." Sambung nya dengan menyebut 'syantik' seperti syahrini sambil mengibas kan rambutnya.

"NAJONG TRALALA." Teriak Fayza kesal.

"SYANTIK. SYANTIK DARI MANA NYA LO?!" Tiara juga teriak akibat kesal dengan ucapan Nabila.

"Dari lahir lah." Jawab Nabila bangga.

"NABILA.. ntar gue geprek lo kayak ayam." Tambah Tiara.

"Hehehe...iya-iya." Balas Nabila cengengesan.

"Udah-udah. Emang nya kenapa tadi lo teriak-teriak Bil?" Tanya Eka karena mendengar Nabila berteriak ketika berbicara di telpon.

"Emangnya ada hubungan apa Naya trus Rumah Sakit?" Tanya Fidia juga.

"Gini nih ya..gini..yaelah lo mah dengerin gue.."

"Nabila lo udah pernah lihat sepatu terbang kagak.." kesal Tiara.

"Kagak.."

Tiara langsung memberikan tatapan tajam, seolah-seolah berkata 'mati lo nanti'.

Melihat tatapan maut dari Tiara, Nabila segera memalingkan wajahnya dan mekanjutkan ucapan nya.

"Hehe..oke oke, serius ini yah. Jadi gini, Naya masuk rumah sakit, tadi malam dia kecelakaan.."

"Hah..loh kok bisa sih?" Tanya Fayza yang kaget.

"Yah..mana gue tahu, emangnya gue bonyok nya si Naya." Ucap Nabila yang meniru perkataan Tiara.

"Dari pada kita bingung sendiri jadinya, mendingan pulang sekolah kita jengukin Naya. Gimana, kalian setuju gak.." usul Fidia.

"Oke..kita ajakin yang lain gimana, biar rame..tapi jangan lupa bawa buah tangannya." Ucap Tiara.

"Tapi tunggu dulu!" Jeda Fidia, "Ibil lo udah nanya belum kalau dia dirawat di rumah sakit mana, trus nomor kamarnya berapa?"

"Nah, itu dia yang jadi masalahnya.hehehe."

"Astagfirullah Bil, lo itu yah. Ihhh...gemes gue sama lo, pengen gue pites-pites lo kek ikan." Terang Tiara yang merasa geram dengan tingkah temannya yang satu ini.

"Lah..emang gue gemesin kalik, kalian nya ajah yang baru tau."

"Sabar Tir sabar." Tenang Fayza ke Tiara sambil mengelus punggung Tiara.

"Yaudah..mendingan lo telpon lagi deh, lalu lo tanyain sama sibibi nya." Usul Eka.

"Sipp dah.."

Lalu mereka yang berada di sekitar meja Tiara pun bubar, karena bel sudah berbunyi.

Tbc..
Selasa, 25 Oktober 2016

sorry lama yah updatenya, haha..aku cuman manusia biasa, yah..biasa lah orang sibuk..hehehe..

Btw..jangan lupa
.
.
.
.
Vote+comment.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro