3. PERMULAAN dan KENYATAAN
"Hai..lo tunggu disitu." Balas Bila.
Dan Bila pun melihat kanan dan kiri untuk menyebrang. Melihat keadaan sudah sepi Bila pun mulai melangkah untuk menyebrang, dan....
***
"AWAS..BILA..."
BRUK...AH....
"BILA........"
Naya pun berlari menghampiri Bila yang sudah terbaring kaku penuh darah di kepalanya.
"Bila..bangun. hiks..hiks.." ucap Naya sambil mengguncangkan tubuh Bila.
"Tolong hubungi ambulance.." pinta Naya.
Dan tak lama pun ambulance datang dan segera membopong tubuh Bila.
***
Sekarang Naya sudah berada di rumah sakit terdekat bersama Gio. Yahh..memang tadi sebelum Naya masuk ke mobil ambulan, Naya dikejutkan oleh Gio. Otomatis dia ikut, tohh..yang tertabrak murid sekolah dia dan disinilah sekarang mereka berdua. Ingat berdua!
"Hiks..hiks..Bila.."
"Udah lo yang sabar yah.."
Tak berapa lama Dokter pun keluar dari ruangan UGD, Naya pun segera menghampiri dokter dan bertanya, "gimana teman saya dok." Ucap Naya dengan nada sesegukan.
"Maaf..saya sudah berusaha semampu saya, dia sudah me--"
"Dokter bohongkan.." pekik Naya yang segera menerobos masuk ke dalam. Naya pun melihat seseorang yang tertutup oleh kain putih itu hinggah kepala.
"Bila..hiks...hiks..bangun Bil jangan tinggalin gue, walaupun kita baru kenal gue udah ngerasa nyaman kenal sama lo...hiks...hiks..."
"Ini semua salah gue! Ini semua salah gue! Andai aja gue gak ngajakin lo ke cafe! Andai aja lo gak nerima tawaran gue! Ini pasti gak akan terjadi! Ini semua gak akan terjadi kan!!?"
Naya menangis sejadi-jadinya dan jangan lupakan Gio yang sekarang sudah ada disamping Naya sambil mengelus pundaknya.
"Sudah lah ikhlaskan dia, biar dia tenang disana."
"GAK!!" Bentak Naya ke Gio. Walaupun dirinya tidak tau siapa yang sedang bersama nya. Pikirannya sangat kacau sekarang.
"Gak." Ucap Naya yang mulai melemah. "Ini semua salah gue! Ini semua gara-gara gue kan!?" Naya menarik kedua ujung kerah baju Gio sehingga tidak ada jarak di antara keduanya.
Gio memegang kedua tangan Naya yang berada di kerah bajunya, "STOP!! Stop untuk nyalahin diri lo sendiri! Ini udah takdir Tuhan. Dan lo gak bisa mengubah apa yang sudah ditakdirkan nya." Gio segera menarik tubuh Naya dan memeluknya, untuk memberikan ketenangan.
Tiba-tiba banyak orang yang masuk kedalam ruangan itu, mungkin itu keluarganya Bila.
"Bila..kamu kenapa nak," ucap wanita setengah paruh baya itu yang segera berhambur memeluk mayat Bila.
Wanita itu pun menoleh ke arah Naya dan bertanya, "kamu apakan anak saya? Kenapa anak saya bisa seperti ini HAH!?." Ucap ibu itu sambil menggoyangkan bahu Naya.
"Ibu ini bukan salah dia, anak ibu korban tabrak lari, sekarang kasus ini sudah ditangani oleh pihak yang berwajib." Lerai Gio.
"Gak perlu! Emang nya kalau pelakunya udah ketangkap anak saya bisa hidup lagi?! Enggak kan!!" Ucap ibu itu penuh amarah.
Naya pun hanya berdiam berdiri kaku. Tau dengan suasana seperti ini Gio pun membawa Naya keluar dari ruangan, memberi waktu untuk keluarga yang ditinggalkan.
"Naya.." merasa tidak ada respon, Gio pun menyentuh bahu Naya.
"Naya.."
"Hm.."
"Lo gak apa-apa kan.."
Naya hanya menggeleng sebagai balasannya.
"Gue antar pulang yahh, sudah malam."
"Iya.."
***
"Oiya rumah lo dimana?" Tanya Gio yang sudah siap ingin melajukan mobilnya.
"Ini.." balas Naya sambil menunjukkan selembar kertas.
Semenjak kejadian tadi Naya merasa malas ingin berbicara. Naya sudah tidak perduli siapa yang mengantarnya pulang, yang penting dia sampai ditempat tujuan dengan selamat. Terakhir yang dia lihat adalah ketua osis yang ada di sekolahnya itu, tetapi ah..masa bodoh lah..
"udah sampai.." ucap Gio tiba-tiba.
"Makasih." Ucapa Naya yang langsung keluar dari mobil tersebut tanpa menoleh orang yang empuhnya mobil.
Bukannya ini rumahnya Farid yah? Tapi kok tuh cewek tinggal disitu? Ah..sudahlah besok aja gue tanya ke Farid. Batin Gio.
***
"Naya..kamu kemana ajah nak? Muka kamu kok pucat? Baju kamu kenapa penuh darah gitu? Itu tadi siapa yang ngantar kamu pulang?"
Begitu pun Naya masuk kedalam rumah, Naya sudah disuguhkan oleh aneka pertanyaan. Yah..memang ini pertama kalinya Naya pulang malam tanpa memberi kabar. Wajar saja Naya diberikan banyak pertanyaan, tohh..mereka berarti sayang sama Naya.
"Aku gak apa-apa kok bun." Jawab Naya dan langsung segera menaiki tangga.
"Tapi muka kamu puc--"
Naya berhenti menaiki tangga, "Aku gak apa-apa bunda, aku cuman capek ajah. Besok aku janji akan ceritakan semuanya."
Beruntung ayahnya belum pulang, kalau tidak mungkin Naya sudah disidang dadakan oleh sang ayah.
Naya pun berucap alhamdulillah, yah..walaupun besok dia harus ceritakan semuanya dari awal hingga akhir.
"Hem...baiklah, sekarang kamu istirahat biar kakak kamu bawakan makanan kekamar."
Naya pun segera melangkah kekamar dan langsung menghempaskan tubuh nya kekasur.
Dilain tempat Farid sedang melihat keluar jendela karena dia ingin tau siapa yang mengantar adiknya pulang, dan Farid mendapatkan mobil Gio yang ingin meninggalkan perkarangan rumahnya.
Kok sih Gio yang nganter Naya, ah..nanti ajahlah gue tanya Naya. Gumam Farid.
***
Tok..tok..tok...
"Naya ini kakak.."
"Masuk ajah kak pintu nya gak dikunci kok." Pekik Naya dari dalam yang sudah membersihkan dirinya.
'Ceklek'
"Nay..ini kakak bawain makanan." Ucap Farid sambil melangkah mendekati Naya yang berada di tepi tempat tidur.
"Taruh di situ aja kak, nanti aku makan kok."
Farid pun menuruti permintaan Naya dan segera meletakkan nampan yang berisi makanan itu diatas meja nakas.
"Lo kenapa Nay? Ada yang nyakitin lo? Siapa? Bilang ke kakak?"
"Ngak ada kok kak."
"Biar pun lo udah mandi muka lo itu keliatan banget pucatnya."
"Kak.."
"Hem.."
"Mimpi aku menjadi kenyataan.."
"Hah.."
Tbc
.
.
Rabu, 05 Oktober 2016.
Btw..sorry for typo.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro