12. Bebas
"FARID!!???"
Farid tidak menghiraukan teriakkan dari anggota keluarganya. Ia segera berlari masuk dan menuju ke dapur untuk mengambil minuman dingin.
Naya datang dengan kedua tongkat yang diapit oleh lengannya, dengan wajah khawatir. "Kak, lo kenapa?" Tanya Naya penasaran.
Farid meletakkan gelas yang ia gunakan untuk minum hingga menimbulkan bunyi.
"Elah... haus banget kek nya. Kenapa?" Tanya Naya lagi, Farid berusaha mengatur nafas nya yang belum teratur. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi meja makan. Merasa tidak direspon, akhirnya Naya juga duduk dikursi yang berhadapan langsung dengan Farid.
"Ada apa, Farid?" Tanya Hendra dengan tiba-tiba yang sudah berjalan menuju kearah dimana dua saudara itu berada dan diikuti oleh sang istri.
"Eh.." Farid segera menegakkan tubuhnya yang bersandar di kursi dan meletekkan kepalanya di atas meja dengan tangan yang membentuk seperti bantalan.
"tadi ada orang gila.." ucap Farid dengan samar-samar.
"Hah!! Apa, Kak?! Ishh.. kalau ngomong itu yang jelas dong!?" Ucap Naya sewot.
Farid menegakkan tubuhnya sempurna dan menatap satu persatu orang yang ada disitu, dimulai dari ayahnya, bunda, Naya, dan makhluk halus yang menjadi penghuni dapur. Serem!!
"Aku dikejar sama orang gila.."
1
2
3
"Bhahahahahahahah...."
Tawa mereka yang ada disitu meledak sejadi-jadinya. Bayangkan saja, Farid yang dikejar oleh orang gila sampai mukanya memerah seperti naga yang nahan api dimulutnya.
"Haha..gima..na..keja..di..an..nya.. kak?" Tanya Naya yang berusaha menahan tawanya, tetapi hasilnya nihil. Ia tidak bisa menahannya lagi.
"Issshh..tuh kan! Ketawa. Gak lucu tau gak!" Ucap Farid yang merasa kesal karena di tertawakan.
Naya menggeleng-geleng berusaha menahan tawanya, "Gak lucu apanya, bayangkan seorang Farid yang terkenal di sekolahan bisa dikejar sama orang gila, hahahahah... kalau disitu ada aku, Kak. Aku bakalan video-in trus uplode di instagram, wihh..gimana yah reaksi para fans-fans nya, kakak." Ucap Naya panjang sambil memikirkan reaksi dari fans kakaknya itu.
Dewi hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah dua kakak beradik itu, "Gimana awalnya bisa kek gitu, Kak?" Tanyanya yang sudah duduk di kursi samping Naya. Dan diikuti oleh Hendra yang duduk di kursi utama.
Farid menarik nafas dengan dalam dan menghembuskannya kasar sebelum menceritakan insiden kejadian tadi.
"Jadi gini---"
"Makasih yah, Bang!!" Ucap Farid kepada tukang bengkel langganannya.
Ia pun segera menancap gas menuju perjalanan untuk pulang.
Sesampainya, Farid di depan gerbang komplek perumahannya, tiba-tiba motor Farid mogok kembali.
"Shit!! Kenapa lagi nih motor? Baru juga dibenerin, eh, udah mogok lagi. Dasar motor tua!" Umpat Farid sambil turun dari motor dan berniat untuk menuntunnya hinggah ke rumah. Karena ia berfikir bahwa rumahnya tidak jauh lagi.
"Ahh...dimana anak ku? Dimana? Anakku? Dimana anakku? Hahahah..."
Tiba-tiba saja tidak jauh beberapa meter dari jarak Farid ia mendengar suara orang gila yang perlahan-lahan mulai mendekat.
'Ya Tuhan, apa lagi ini. Please, jangan mendekat. Please..' batin Farid memohon.
Betapa terkejutnya Farid, dengan tiba-tiba ada yang mencolek lengannya dan itu refleks membuat Farid menoleh kearah tersebut dan mendapatkan Orang gila tadi berada beberapa cm dari jaraknya.
Farid tersenyum dan memalingkan mukanya, detik berikut nya ia menghitung didalam hati, 'satu...dua...tiga...lari....'
Farid berlari sekencang-kencangnya dengan mendorong motornya, persetan dengan lelah, ia hanya memikirkan caranya kabur dari orgil tersebut.
"Hey...hahahaha...dia kabur..mana anakku? Hahaha.." teriak 'orgil' tersebut yang samar-samar masih bisa didengar oleh Farid.
"Nah..gitu, Bun." Ucap Farid dengan tangan yang menuangkan minuman lagi kegelasnya dan meminumnya hingga tandas.
"Farid, Farid. Ada-ada saja kamu." Ucap Hendra sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Yasudah, kamu udah makan?" Farid menggeleng, sesudah latihan basket dari pulang sekolah hingga menjelang malam ini, ia memang belum sempat memanjakan cacing-cacing yang sudah membuat konser di perutnya.
"Kalau gitu kamu madi dulu, bunda siapin makanan buat kamu!" Perintah Dewi yang segera dituruti oleh putra nya.
***
Tok..tok..tok
"Kak... bukain pintunya, ini aku." Teriak Naya yang berada di depan kamar Farid.
"Ada apa?" Tanya Farid yang membukakan pintunya, dengan tangan yang mengeringkan rambutnya yang basah. Uhh..
"Tuh... dipanggil bunda, suruh makan!" Ucap Naya dan segera menuruni tangga. Sedangkan Farid hanya mengangguk dan masuk kembali untuk mengambil baju.
Baru dua anak tangga yang dituruni Naya, tiba-tiba ada seseorang yang mengganggunya. "Lama amat sih, cuman turun tangga doang." Cibir Farid dengan tangan yang berada di saku celana pendeknya.
Naya hanya mendengus, "Sombong! Bae bae lo, kak. Karma berlaku, bro!" Ucap Naya menyindir dengan nada seperti seorang lelaki.
"Bodo! Udah ya, gue duluan. Bye.." Dan Farid pun segera turun tangga dengan cepat, meninggalkan Naya yang tengah susah payah untuk turun. Kenapa tadi pas naiknya gampang, eh, pas turun susah!? Pikir Naya yang merasa aneh.
Mungkin dia lelah!
Naya akhirnya, turun dengan selamat. Dengan perjuangan yang begitu keras, sampai mengeluarkan air keringat yang mengalir di pelipisnya. Hufftt...melelahkan.
"Bunda...." gumam Naya dengan nada ngos-ngos-an. Naya duduk di sofa yang berada di ruang keluarga yang memang berada dekat dengan dapur.
Ia merilekskan tubuhnya, bersandar pada badan sofa dan memejamkan matanya berkali-kali. Saat seseorang yang mencolek bahunya, ia mencari siapa yang melakukan itu. Farid. Iya, Farid lah yang mencolek bahu Naya dan tanpa meminta izin, ia pun duduk disamping Naya dengan kedua tangan yang membawa piring dan minuman.
Naya hanya melihat sekilas kakaknya itu dan segera kembali ke posisi semula.
"Jangan makan disini, Kak! Ntar nasi nya tumpah-tumpah. Mana lo makan kayak bocah, berantakan. Buat apa ada meja makan, kalau lo masih makan disini!?" Cibir Naya tanpa melihat orangnya.
Farid berhenti mengunyah dan berkata, "Eh, suka-suka gue dong. Gue...." Farid menelan makanannya terlebih dahulu, sebelum malanjutkan ucapannya, ".... gue makan gak tumpah-tumpah kok. Lo nya aja yang iri!" Ucap Farid, dan setelah itu ia pun melanjutkan acara makannya tadi.
Naya sudah menormalkan letak tubuhnya menjadi menghadap Farid yang tengah khusuk makan.
"Gue, iri.." ucapnya menunjuk diri sendiri. "Eh, gue itu bukan iri. Gue itu me-man-fa-at-kan apa yang sudah diwajibkan. Nah, lo makan di sofa, sofa itu untuk santai-santai bukan untuk makan!" Ucap Naya dengan tangan bersidekap.
"Au ah. Udah, jangan ganggu gue. Gue mau makan." Ucap Farid tanpa mau melihat raut muka Naya. Ia sekarang sedang lapar, kenapa ia tidak bisa hidup tenang sekali saja? Hufftt.. yasudahlah.
Farid sudah menghabiskan makanannya tanpa ada sisa sedikit pun. Ia pun menyandarkan punggung nya ke sofa sambil mengelus-elus perutnya yang sudah kenyang.
"Alhamdulillah, kenyang."
Naya tidak menghiraukan ucapan dari Farid yang sedang kenyang. Ia hanya berfokus pada acara televisi yang menayangkan film action.
"Oiya, Nay. Kapan perban kaki kamu dibuka?" Tanya Farid yang lupa akan jadwal Naya.
"Tumben lo, pakek 'aku kamu' kesambet ya.." ucap Naya setengah terkikik.
"Yaelah, lo kek kagak tau ayah aja. Ntar kalau tiba-tiba dia ada, mampus gue di ceramahin."
Yah, pernah kejadian disaat Naya dan Farid tengah berbincang-bincang di dapur menggunakkan 'lo gue' dengan tiba-tiba Hendra datang dari arah belakang dan segera menjewer kedua kakak beradik itu dan di ceramahin, kira-kira seperti ini 'kalian ini, sudah ayah bilangin jangan pakai bahasa kayak gitu, gak sopan. Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kalian itu di sekolah ada belajar Bahasa Indonesia, Kan?! Jadi gunakan lah sebaik-baiknya. Ingat! Sekali lagi kalian gunakan bahasa itu....bla...bla..bla..na..na..na...' Yah, seperti itu lah kira-kira.
Naya mengangguk paham, jangan sampai deh, kejadian kek gitu terulang kembali. Kapok deh gue. Batin Naya.
"Oiii... gue nanya di kacangin. Kacang memang enak, tapi kalau dikacangin itu gak enak! So, kapan jadwalnya?" Tanya Farid kembali.
Naya berdehem, "Besok, Kak. Mungkin pas pulang sekolah langsung kerumah sakit." Jawab Naya yang mulai mengingat-ingat lagi.
"Sama siapa?" Lagi. Lagi-lagi Farid bertanya, ia selalu begitu. Terlalu overprotektif.
"Sama ayah, Kak.." jawab Naya jengkel.
Naya maraih tongkat nya yang bersandar di diding belakang sofa, "Gue masuk dulu.. capek. Mau tidur." Ucap nya dan segera berlalu meninggalkan Farid.
"Cihh...ngantuk katanya. Palingan juga maen hp, tidur nya dilupain." Cibir Farid. Ia pun mengikuti Naya dibelakangnya.
Naya berhenti dan otomatis Farid yang ada dibelakangnya ikut berhenti, "Kenapa, lo ngikutin gue?" Tanya Naya tanpa mau menoleh.
"Gue mau baring bentar. Lagi males naik tangga." Jawab Farid dan berjalan lebih dulu kekamar sementara Naya.
Naya hanya berdecak. Dasar kakak durhaka. Bukannya nolongin, gendong kek, apa kek, eh ini malah ninggalin aja. Ck. Batin Naya jengkel.
Naya sampai di kamarnya dan melihat seseorang yang sudah menelungkup diatas tempat tidur nya dengan tangan yang mengotak-atik handphone-nya.
Naya pun dengan segera menghampiri orang itu dan merampas paksa handphone-nya.
"Iihhh...kak Farid, lo apain hp, gue?!!" Ucap Naya kesal sambil melihat akun Sosial media nya. Siapa tahu kakak nya itu tengah membajak aku sosmed nya dengan status 'aku celalu di cakiti' atau 'aku cyantik apa adanya' atau sejenisnya. Iyuhh, alay banget. Batin Naya bergidik jijik.
Farid tersentak dan segera duduk. "Aelah, gue minjem bentar doang. Gak gitu juga kalik muka nyee, takut banget di bajak.." ucap Farid setengah terkikik.
Pernah sekali, Farid membajak handphone Naya dengan status yang, ugh..menjijikan bagi Naya, dan itu membuat Naya menjadi was-was ketika Farid memegang apalagi mengotak-atik handphone-nya.
"Gimana? Udah dapat buktinya?" Tanya Farid yang membuat fokus Naya teralihkan. Tentu saja, Naya tengah mengecek satu-satu akun sosmed-nya dan syukurlah, tidak ada status aneh.
Naya meletakkan handphone-nya di atas nakas. "Yah, belum lah. Sabar. Semua butuh proses. Makan aja ada prosesnya." Cibir Naya jengkel. Karena, membahas nenek sihir itu membuat Naya kesal setengah mampus.
Farid mengedikan bahunya acuh.
"Biasa aja kalik muka nya, sensi amat lo. Kenapa? Lagi datang tamu bulanan?" Tanya Farid dengan nada yang menjengkelkan.
"Au ah.." ucap Naya finish dan fokus membuka satu aku sosmed-nya yang menampilkan banyak sekali notif.
Grup 10Antu
Irma send pic
Tiara
anjirr... itu si ibil kan!?😂😂
Eka
ade, si lonyet uyy😃
Fayza
Ibilll.. kembaran lo noh👆😏
Reza
hahahaha..
Irma
hahaha...
Tiara
nemu dimane nih, Ma? *Irma
Irma
nemu di bawah tol kapuas, 😂
Nabila
jahat lo pada😢
Susan
haha.. ekspresi Ibil ketika balas chat dari Mantan😂
Nabila
eh, sejak kapan gue ada mantan. Pacaran ae gue belonn pernah😃
Tiara
aelah, lagu lo belonn pernah pacaran😝
Fayza
aelah, lagu lo belonn pernah pacaran😝 '2
Eka
aelah, lagu lo belonn pernah pacaran😝 '3
Nabila
Trus..truss.. Trus ae lo pada spam kek gituk_-
Nabila
Yang kalian lakukan itu jahat😢
Naya terkikik membaca tentetan per-kata yang ada di layar ponsel nya. Naya pun berniat untuk membalasnya.
Astaghfirullah, betapa terkeJutnya diriku ketika membuka layar hp ku, yg menampilkan poto si lonyet😨 ugh..sungguh ter-la-lu
Naya terkikik membaca pesan balasan yang ia kirim. Dan itu membuat perhatian Farid teralihkan.
Farid menatap curiga Naya. Ngapain tuh bocah senyam-senyum ndiri. Kesambet kalik yah..Batin Farid bergidik.
Farid pun dengan pelan menggeser letak kepala nya, supaya ia bisa melihat isi dari layar ponsel Naya. Semakin mendekat...semakin mendekat...dan...
Plakk..
"Adawww..." Farid segera duduk akibat kaget bercampur kesal. Gimana tidak kesal, dengan sengajanya Naya menepuk kuat dahi Farid.
Naya meletakkan ponselnya menelungkup di atas dada. "Hahaha...rasain, kepo sih jadi orang." Cibir Naya beserta tawa.
"Gue, kepo..." ucapnya menunjuk diri sendiri sebelum melanjutkan ucapannya, "Sorry..ye, gue itu cuman mau me-mas-ti-kan, kalau lo gak buka yang macem-macem." Ucap Farid dengan tangan bersidekap.
"Ya ampun, Kak. Nething, mulu lo sama gue. Segitu gak percaya nya lo sama gue.." ucap Naya yang hampir menangis.
Apakah Farid tidak percaya sama Naya? Yang pertama, ia saja lebih percaya sama nenek sihir itu. Dan yang kedua, ia telah menuduh Naya membuka macam-macam di ponselnya. Mungkin kalau ketiga kalinya, Naya harus memberi tropi untuk kakak nya itu.
Melihat reaksi Naya yang hampir menangis, karena Farid ini orang nya mudah tersentuh hatinya. Jadi, ia pun membujuk adiknya tersayang.
"Udah dong, jangan nangis yah.. entar kita beli es krim deh.. mau gak? Mau rasa coklat atau stro--"
Ucapan Farid terputus karena Naya menyangkal ucapannya.
"Emangnya........lo...kira..gue...bocah...nangis..di..beli...in..es...krim...lo...jahat...tau...gak...hiks...hiks.." ucap Naya terbata, menahan tangis nya supaya tidak pecah.
Farid meremas rambutnya, "yah... yah. Jangan nangis dong." Mohon Farid.
Aduh, gimana nih? Entar gue yang di marahin sama bokap. Argh..si Naya ngeselin. Tau aja cara bikin gue gak berkutik.. Batin Farid frustasi.
"Aduh, jangan gini dong, Nay." Ucap Farid yang tidak tahu harus berbuat apa.
Naya tidak berkutik, ia menutup mukanya dengan kedua tangannya. Dengan bahu yang bergetar.
Farid menjetikkan jarinya di udara. Hanya satu cara yang bisa bikin Naya diam.. Batin Farid senang.
"Kakak, beliin kamu kuota deh. Terserah mau yang berapa GB. Tapi jangan nangis lagi yah.." Pinta Farid.
Dan, betapa ajaib nya. Seketika itu pun, tangis Naya reda.
Hem..sebenarnya Naya tidak nangis beneran, sumpah! Ia hanya ngetes aja. Seberapa sayangnya kakaknya itu kepadanya. Dan terbukti khasiat-nya. Eh..
Naya mendongakkan kepala nya, dan memperlihatkan matanya yang memerah.
"Beneran, Kak?" Tanya Naya memastikan.
Farid hanya mengangguk lesu. Bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur. Ucapannya sudah terlanjur keluar dari bibir manisnya. Pantang bagi seorang lelaki mengingkari apa yang sudah ia katakan. Itulah prinsip seorang Farid Assyraff.
"Terserah, mau berapa giga?" Farid mengangguk lagi.
Naya pun memeluk kakaknya sambil berkata, "Makasih, kakak ku yang ganteng. Baik banget deh.."
"Cihh, kalau kayak gini... aja, baru deh muji-muji." Cibir Farid kesal. Tetapi, tidak apalah dompet Farid terbengkas gara-gara adiknya ini. Toh..Naya adik satu-satunya yang ia punya.
"Yaudah, sekarang tidur! Besok mau sekolah, ntar telat bangunnya. Mana lo tidurnya kayak kebo.." ucap Farid setengah terkikik.
"Iihh..kakak apa-apa-an sih, malu tau.."
"Yaudah, tidur deh. Jangan main hp mulu.." Naya pun menyetujui permintaan kakaknya itu. Ia pun meletakkan ponselnya di nakas dan menarik selimut hingga dada.
"Good Night.." ucap Farid di sertai kecupan di dahi Naya.
***
Naya menyusuri koridor rumah sakit. Ia bersama ayahnya menuju koridor yang memang khusus untuk dokter praktek.
Naya membaca satu-persatu papan nama yang memang sengaja dipasang untuk memudahkan pasien yang ingin menginjungi ruangan dokter yang akan mereka kunjungi.
Naya mencari nama Dr. Fajar Sp.OT.
"Masih jauh, Yah, ruangannya?" Tanya Naya ke ayahnya.
"Katanya sih, ruangannya disebelah kiri. Gak tau deh paling pojok atau apa." Terang Ayahnya sambil membaca papan nama yang mereka lewati.
"Nah.. itu dia.." tunjuk Naya kepada satu papan nama yang di cari nya saat ini.
"Langsung masuk aja, Yah?" Tanya Naya lagi.
"Iya, sayang. Soalnya ayah udah buat temu janji dulu." Naya hanya mengangguk paham.
Mereka pun memasuki ruangan yang serba putih itu. Mereka melihat penampakan yang ia cari. Yah... tepat sekali. Dokter. Mereka melihat Dokter Fajar yang belum mengetahui keberadaan mereka, karena sibuk dengan berkas-berkas nya.
Hingga, suara deheman membuat dokter tersebut tersadar dari kesibukkannya.
"Eh, dengan bapak Hendra?" Tanya nya memastikan.
Hendra hanya mengangguk sedangkan Naya hanya diam tidak tahu mau melakukan apa.
"Silahkan duduk pak!" Titah dokter itu mempersilahkan mereka duduk.
"Hem..hari ini perbannya mau dibuka yah?" Tanya dokter lagi.
Naya hanya mengangguk malas, entah ini dokter bertanya hanya untuk memastikan atau dia nya sudah tahu tapi pura-pura gak tahu. Ah, yasudahlah..
"Silahkan langsung saja.."
Naya pun berdiri dengan bantuan tongkatnya dan berjalan kearah tempat dimana untuk periksa pasien. Dengan perlahan ia menaiki bankar tempat tidur itu dan akhirnya bisa juga.
"Apa kamu sudah pernah mencoba berjalan tanpa tongkat dulu?" Tanya dokter yang sudah melakukan pekerjaannya.
"Sudah pernah, Dok." Jawab Naya. Memang, Naya sudah pernah mencoba berjalan tanpa tongkat saat ia dikamar. Dan itu membuat nya semangat untuk berlatih lagi.
Dokter pun hanya mengangguk dan akhirnya selesai juga.
Iya, selesai. Naya sudah melepas total perban nya yang ada di kaki. Kaki nya masih agak terlihat memerah, tetapi itu saja sudah cukup bagi Naya.
Akhirnya Naya bebas juga. Bebas dalam artian ia tidak perlu repot-repot lagi menggunakan tongkat itu lagi. Terlalu repot baginya.
Naya dan Hendra pun berpamitan setelah mendapat resep tambahan dari dokter tersebut.
"Ingan, Nay! Jalan nya pelan-pelan jangan cepat-cepat dulu!" Ucap Hendra memberi peringatan untuk putrinya.
Naya hanya menganguk, ia berjalan sambil memegang pemegang yang ada di dinding koridor rumah sakit. Ia pun pulang dengan perasaan senang karena sudah bebas.
***
Tbc..
Sabtu, 1 April 2017.
...
Hai guys, gue update lagi nih. Haha.. semoga masih ada yang nunggu cerita ini😃
Btw.. ini bulan april loh, gak ada gitu yang mau bilang ke gue 'april mop'
Hem...ngarep banget yakk..
Oke guys VOTE+COMMENT.
Bye..
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro