
10. Menyebalkan
Orang yang selalu berbuat baik tidak perlu marasa khawatir tentang kebaikan dirinya, karena Tuhan menghargai setiap berbuatan baik manusia.
#psychologyfact
***
Naya menenggelamkan wajah nya di kedua lutut yang di tekuknya. Selama terbangun dari mimpi itu, ia tidak bisa tidur kembali. Ia benar-benar khawatir dengan keadaan kakak nya. Ia ingin sekali menghubungi kembali kakak nya, tapi tiba-tiba seseorang masuk keruangan nya tanpa permisi. Dan ternyata yang masuk ialah Arum, teman sekelas nya. Naya langsung mendongakkan kepalanya. Ia sangat heran kenapa Arum datang dengan keadaan yang tergesa-gesa.
"Lo kenapa?" Tanya Naya yang merubah posisi kakinya menjadi bersila.
"Kakak lo Nay.."
"Kakak..."
"Kakak lo kecelakaan."
DEG..
KECELAKAAN.
KECELAKAAN.
Hanya kata-kata itu yang tergiang-giang di otaknya. Bagaikan ditusuk seribu jarum, Naya merasakan kepalanya pusing. Ingin rasanya ia pingsan sekarang juga, tapi urung ia lakukan. Ia harus segera mengetahui keadaan kakak nya.
"Rum. Anterin gue ke kakak gue." Ucap Naya setengah memohon.
"Tapi.."
"Please.."
Arum hanya menghela napas, ia tidak bisa menolak keinginan temannya yang kalau menginginkan sesuatu harus terpenuhi. Akhirnya, Ia menolong Naya untuk duduk di kursi roda dan menggiring nya menuju ke ruang UGD yang berada di lantai dasar.
**
"Beneran lo gak apa-apa?" Tanya Farid sekali lagi ke seseorang yang sudah menolongnya.
"Iya, gue gak apa-apa kok. Santai aja." Ucap nya.
Tiba-tiba ada seseorang membuka pintu ruangan UGD tersebut. Mereka mengira bahwa itu adalah Dokter atau Perawat yang masuk, mereka salah ternyata yang masuk ialah Naya dan Arum.
"Naya."
"Tiara."
Ucap mereka bersamaan. Bukannya langsung menghampiri kakak nya, Naya malah menghampiri teman nya itu.
"Lo kok bisa ada disini?" Tanya Naya bingung karena melihat Tiara bersama Farid.
"Oh itu--"
Sebelum Tiara melanjutkan ucapannya, Farid segera memotong ucapan Tiara.
"Dia yang nolongin gue." Ucap Farid datar.
"Loh, kok bisa." Ucap Naya yang ingin lebih tau kebenarannya.
"Jadi gini..."
Flasback on.
Farid baru saja ingin menaiki motor nya setelah sampai ke parkiran, namun ia urungkan karena tiba-tiba handphone nya berbunyi. Farid segera mengangkat telpon nya saat melihat nama yang tertera.
My Idiot Sister calling...
"Ngapain nih bocah nelpon." Gumam Farid lalu menggeser tombol hijau.
"Hallo.."
"Hallo, kak. Kakak ada dimana?"
"Gue masih disekolah. Kenap--"
"Hati-hati kak."
'Klik'
Terdengar dari seberang sana Naya mematikan telpon secara sepihak, membuat Farid hanya menggeleng-gelengkan kepala saja.
Farid segera menaiki motor nya dan langsung menancap gas.
Ditengah perjalanan, tidak jauh dari sekolah Farid melihat seekor kucing berada di tengah jalan. Lalu, Farid menepikan motor nya dan langsung turun untuk menyelamatkan kucing tersebut.
Karena jalanan yang masih sepi, Farid langsung saja menghampiri kucing tersebut. Tiba-tiba mobil putih melaju dari arah selatan. Farid tidak mendengar teriakan dari seseorang atau pun suara mobil yang melaju.
Tiara yang melihat itu pun segera berlari dan mendorong Farid dan dirinya.
'Bruk'
"Aww.." jerit Farid yang merasakan sakit dibagian punggung nya. Ia merasa seperti ada yang menimpanya.
Farid membuka matanya yang terpejam akibat dorongan dari seseorang. Dan, mata mereka pun bertemu saling menatap tanpa ada yang mau berpaling.
"Lo gak apa-apa?"
"Lo gak apa-apa?"
Tanya mereka bersamaan dengan posisi yang sama tanpa ada gerak sedikit pun.
Flasback off.
"Nah..gitu Nay ceritanya."
Naya hanya mangut-mangut saja, tapi ada yang mengganjal di hati nya. Arum. Kenapa dia bisa ada sama mereka?
"Lo pasti bingung kenapa bisa ada gue kan?" Tanya Arum yang sepertinya tahu apa yang dipikirkan Naya. Uh, seperti peramal saja.
"Jadi, gue juga liat kejadiannya. Gue liat ada mobil melaju kearah kakak lo, baru aja gue mau lari kearah kak Farid eh, udah keduluan ama Tiara--"
"So?"
"Jangan dipotong dulu napa omongan gue?! Kebiasaan lo." Ucap Arum kesal.
"Au ah, lanjut cepetan!" Pinta Naya.
"Kan udah keduluan ama Tiara, jadi gue ngehampirin mereka berdua. Gue liat kek nya kaki nya kak Farid keseleo gitu, jadi gue saranin bawa ke rumah sakit aja. Kak Farid sama Tiara pakek taxi kesini, lalu gue bawa motor nya Kak Farid." Terang Arum.
"Oh.."
"What!!? Lo cuman bilang 'oh' doang. Bilang makasih kek, apa kek. Ini cuman 'oh' doang, apa sih arti 'oh' itu. Gue ceritain panjang kali lebar dan lo cuman bilang 'oh'. Cuman 'oh' permirsa. Sakit hati abang neng." Ucap nya terkejut sambil memegang dada nya berlagak seperti orang sakit hati.
"Bhahahhahahahhahaha..." Tawa mereka pun pecah akibat ucapan dari Arum.
"Hahahaha..lebay lo Rum." Ucap Tiara sambil menempeleng kepala Arum.
"WOII!! GAK MAIN KEPALA BERAPA OII. BERKAH NIH." Arum mengelus kepala nya yang di tempeleng Tiara. Jahat emang perempuan yang satu ini.
"Mohon harap tenang, disebelah masih ada pasien yang lain." Ucap salah satu suster dan segera pergi.
"Tuh kan, berisik sih lo." Ucap Naya menunjuk-nunjuk kearah Arum.
Arum hanya mendengus kesal. Kesal karena..yah, kesal. Siapa juga yang tidak kesal jika dijawab 'oh' doang. Kita udah cerita panjang-panjang, trus hanya di respon dengan 'oh'. Pasti sakit dong.
Begitu juga Arum, ia kesal. Sangat kesal. Arum hanya diam, tidak mengatakan apapun setelah itu.
"Yaelah Rum, iya deh gue minta maaf and gue juga bilang MAKASIH udah nolong kakak gue." Naya sengaja menekan kata 'makasih' supaya Arum puas.
"Kalau gak ikhlas, gak usah deh mendingan." Ucap Arum dengan tangan yang bersidekap.
Ck. Ini orang tahu saja kalau Naya terpaksa mengucapkan kalimat sakral itu
"Hufftt..Arum, gue minta maaf dan makasih udah nolongin kakak gue." Ucap Naya dengan memasang senyuman termanis yang ia punya.
Farid dan Tiara hanya sebagai penonton saja. Ugh, seharusnya mereka membeli popcorn dulu.
"Nah, gitu dong. Makin tambah lucu deh lo." Ucap Arum sambil mencubit kedua pipi Naya dengan gemas.
Naya berusaha melepaskan tangan Arum yang berada di pipi nya dan mengusap pipi nya akbibat di cubit.
Melihat itu Farid langsung mengambil suara, "Eh, ngapain lo nyubit-nyubit pipi adek gue?!" Farid melemparkan tatapan murka.
"Yaelah Kak, santai ae lah. Masih untung gue nyubit bukan nyium. Ye gak Nay." Arum mengedipkan sebelah mata nya kearah Naya dan membuat Farid ingin sekali menjitak kepala bocah yang satu ini. Tapi ia urungkan karena kaki nya masih sakit akibat keseleo.
"Udah deh kak, mau jitak kepala gue yak. Udah deh, kaki masih sakit juga. Hahahaha." Tambah Arum disertai tawa.
SHIT!!
Farid semakin murka dengan ucapan Arum. Sialan, kenapa ia bisa tahu apa yang di pikirkan Farid. Benarkah ia bisa membaca pikiran orang?
Au ah.
"Mendingan lo pulang sana, masih bocah keluyuran aja. Ntar dicariin emak baru tau lo!?" Farid mengusir Arum karena sangat mengganggu.
"Yaelah, gue keluyuran juga nolongin lo kalik." Ucap Arum santai.
SKAKMAT!!
Farid berulang kali menenangkan diri nya supaya tidak langsung menerjang Arum. Untung saja kaki nya masih keseleo, kalau tidak....
"Selow Ka selow. Iya deh gue pulang duluan, kasihan nyokap gue ntar nyariin lagi." Arum melangkah ke keluar dari ruangan.
"Bagus deh, tuh bocah balik." Ucap Naya.
Lalu, Arum masuk kembali ke ruangan UGD. Melihat itu Farid segera ambil suara, "ngapain lo balik lagi?!"
"Santai kalik Kak. Eh Tiara, lo mau pulang sekalian gak?" Tanya Arum ke Tiara. Sedangkan yang ditanya hanya melongo bingung.
"Ck. Lo mau pulang bareng gak?" Tanya nya sekali lagi.
"Eh, oiya. Boleh deh sekalian, males gue kalau mau nyetop taxi lagi." Ujar Tiara.
"Nay, Kak Farid. Gue pulang duluan yah. Bye. See you." Pamit Tiara dan segera turun dari tempat tidur.
Tiba-tiba Farid mencekal tangan Tiara, "Tunggu. Lo beneran gak apa-apa kan?"
"Hufft..gue beneran gak apa-apa Kak Farid. Nih.." ucap Tiara sambil melompat-lompat kecil di depan Farid.
"Lebay amat lu kak. Jelas dia gak apa-apa. Ck, buruan napa Tiara lama banget deh lu." Ucap Arum langsung mengamit tangan Tiara dan segera keluar.
Tiara segera berpamitan lagi ke Farid dan Naya, sedangkan Arum dia langsung saja menarik tangan Tiara tanpa mau di lepas. Aneh memang!
"Kenapa tuh bocah?" Tanya Farid bingung melihat tingkah Arum yang, ugh..menyebalkan.
"Tau ah, lagi datang bulan kalik." Jawab Naya acuh.
Sekarang, tinggal mereka berdua yang ada di ruangan tersebut. Mereka sibuk dengan pemikiran masing-masing.
***
"Kak.."
"Hem.."
Sekarang, Farid dan Naya sudah berada di ruangan dimana Naya di rawat. Farid sibuk dengan permainan di PSP-Nya. Sedangkan Naya, ia ingin sekali menceritakan kejadian diamana ia di bully oleh Dinda.
"Kak.." Naya menarik Nafas dan mulai menceritakan, "sebelum gue kecelakaan, pas di sekolah gue di bully sa--"
Mendengar hal itu, Farid yang tadi nya sangat-sangat fokus dengan game-nya, kini melempar barang tersebut dengan sembarangan dan untungnya jatuh di sofa seberang dia duduk.
"Siapa yang berani-berani bully lo? Gak tau apa lo itu adik nya siapa? Awas ajah tuh orang, kalau ketemu gue, abis tuh bocah? Siapa Nay yang berani buat hal yang tercela sama lo?"
Baru saja Naya ingin menyebut nama orang yang mem-bully nya, Farid dengan seenak jidat nya memotong ucapan Naya.
"Yah..sabar napa, baru juga mau nyebut nama nya lo langsung motong aja." Kesal Naya.
Sekarang Farid sudah menghadap Naya layaknya orang sedang mengintrogasi penjahat. Walaupun Farid biasanya terlihat cuek dengan Naya percayalah Farid sangat sayang dan peduli dengan adik nya, walapun berulang kali Naya membuat ia kesal.
Farid sudah tidak sabar menunggu nama siapa yang telah mem-bully adik nya. Jika laki-laki Farid tidak segan-segan akan menghajar orang tersebut hingga babak belur dan jika orang nya perempuan Farid tidak akan menghajarnya, melainkan akan memberikan pelajaran yang sangat-sangat berharga.
"Ia adalah...................Kak Dinda." Tutur Naya.
"APA?!!" Farid cukup terkejut dengan penuturan Naya tidak mungkin Dinda yang melakukannya, semenjak mengenal Dinda, Dinda selalu berbuat baik dengan siapa saja bahkan tukang kebun sekolah biasa disapanya setiap pagi.
"Lo salah kali. Gak mungkin lah dia yang bully lo." Yang tadi nya raut wajah Farid sangat serius sekarang berubah menjadi biasa saja.
"Yah..mungkin lah. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Jika Allah berkehendak maka terjadilah. 'Kun Fayakun'."
Yah..didunia ini tidak ada yang tidak mungkin, kalau Allah sudah memerintahkan bahwa hari ini kiamat. Maka itu akan terjadi.
"Yah..gak mungkin. Gue itu udah hampir tiga tahun temenan sama dia. Dia baik kok."
"So?"
Farid tidak mempercayai bahwa Dinda lah yang mem-bully Naya, karena Farid sudah lama mengenal Dinda.
Apakah mungkin kalau kita sudah mengenal orang itu lebih lama kita sudah mengetahui baik dan jelek nya orang itu? Belum tentu kan?
Begitu juga Farid baru mengenal orang hampir tiga tahun sudah bisa mengenal orang itu baik. Orang pacaran aja bisa putus. Eh.
"Lo cuman tau baik nya doang. Belum tentu lo tau jelek nya dia!?" Naya kesal dengan Farid karena membela Dinda seperti saudara sendiri. Disini yang saudara nya Farid, siapa sih?
Farid memikirkan perkataan Naya, 'iya juga yah..selama ini gue cuman tau kalau dia itu baik doang, tapi jelek nya....'
"Oke. Lo harus buktiin sama gue kalau Dinda lah yang mem-bully lo. Deal.." Tantang Farid yang sudah mengulurkan tangannya.
"Deal.." Naya menjabat tangan Farid pertanda setuju dengan apa yang diucapkan Farid. Toh..Naya benar jadi ia tidak perlu takut, Allah pasti memudahkan segala perbuatannya selagi itu benar.
"Tapi, gue butuh bantuan lo!?" Tambah Naya.
Tbc...
Senin, 13 Februari 2017.
Wah..ini post pertama ku ditahun 2017, semoga dilancarkan segalanya. Aaamin...
'Masih penulis baru, menerima saran dan kritik'
So, vote+comment
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro