Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 24


A Lover

Alec & Alea

###

Part 24

###

Praangggg ...

Alec membanting guci di meja ke lantai tepat di hadapan Janu, hancur berkeping-keping. Janu tetap bergeming di tempatnya, ekspresinya datar nyari tenang denga kemurkaan yang dilimpahkan Alec padanya. Pun dengan dua pelayan wanita yang menjaga Alea di rumah sakit. Beberapa pecahan itu mengenai betisnya dan darah merembes dari sana. Tapi kedua pelayan wanita itu sama bergeming. Menyadari pelarian sang Nyonya adalah keluputan mereka.

"Dia sedang sakit dan ... hamil. Tapi kalian bertiga tak becus dan membiarkannya lolos di depan hidung kalian? Huh?" Alec maju beberapa langkah di depan Janu, melayangkan satu tinju yang bisa dipastikan akan mematahkan tulang hidung pengawal malang itu.

Janu terdorong dua langkah ke depan, tapi keseimbangan tubuhnya bekerja dengan baik dan menahannya dari terjengkang ke belakang. Lalu kembali ke tempatnya semua. Mengabaikan darah yang mengucur dari hidungnya.

"Cari dia sekarang! Pastikan aku melihat istriku sebelum gelap atau kau ingin tulang di seluruh tubuhmu mengalami nasib yang sama dengan hidungmu."

Janu mengangguk, berbalik dan segera berlalu meninggalkan ruang tengah yang dipenuhi kehancuran di mana-mana.

"Pergi kalian!" bentak Alec pada dua pelayan yang masih di tempat.

Alea. Alea.

Ia bahkan tergesa menyelesaikan semua urusannya demi melihat istrinya yang sedang hamil dan dirawat di rumah sakit. Dan saat ia baru saja menginjakkan kaki di rumah sakit hanya untuk menemukan pelayannya dikunci di kamar mandi dan ranjang kosong sialan itu.

Wanita itu benar-benar sesuatu. Entah cara apalagi yang akan ia gunakan untuk menghukum istrinya yang pembangkang itu.

***

Alea bergegas memastikan informasi pelayan itu dengan pergi ke kamar Arza. Benatr saja, koper pria itu tidak ada. Juga beberapa gantungan baju yang kosong.

"Ke mana Arza?"

"S-saya juga tidak tahu, Non. Malam itu Tuan Arza pergi dengan membawa kopernya, tapi tidak naik mobilnya."

Seluruh tulang Alea rasanya mencair, sedikit terhuyung dengan pusing yang menusuk kepalanya.

"Nona? Nona baik-baik saja?" Pelayan itu segera mendekat dan menahan tubuh Alea yang hendak roboh dan mendudukkannya di kursi. "Anda ingin minum?"

Alea menggeleng. Menurunkan tangan dari keningnya dan mencoba kembali berdiri. Berpikir Alea! Berpikir!

"Fherlyn?" Alea nyaris menabrak kakak iparnya yang hendak naik ke lantai dua sambil menggendong Adara. Yang langsung menyambutnya dengan senyum ceria.

"Alea? Kau di sini?"

"Apa Arsen mengusir Arza?"

Fherlyn mengerutkan kening tak paham.

"Pelayan bilang Arza sudah tidak pulang selama lima hari. Apa kau tahu ke mana Arsen mengirimnya."

Fherlyn mengangguk paham.

"Ya, aku ingat Arza pergi malam itu setelah bicara dengan Arsen, tapi maaf aku tak tahu ke mana dia pergi. Arsen juga tak mengatakan apa pun. Dia hanya mengatakan Arza mengurus sesuatu. Memangnya apa yang terjadi?"

Alea menutup mulutnya yang sudah membuka untuk mengatakan kecurigaannya. Arza tak pernah meninggalkan rumah lebih dari tiga malam. Dan jelas kepergian Arza bukan karena masalah pekerjaan.

Apa ini ada hubungannya dengan Alec?

Mungkinkah Alec dalang dari semua ini?

Lutut Alea kembali melemas. Menyandarkan tubuhnya ke pagar.

"Alea?" Fherlyn menyentuh lengan Alea. "Apa kau sakit? Wajahmu pucat sekali."

Alea menggeleng. "Aku harus pergi."

*** 

Alea tak tahu ke mana lagi ia akan mencari Arza. Klub malam tempat ia menemukan pria itu sebelumnya pun masih tutup. Dan ia tak mungkin ke kantor Arsen. Pengawal Alec pasti ada di sana untuk mencarinya. Ditambah ia hanya punya beberapa lembar uang yang diberi Fherlyn untuk membayar taksi.

Alea benar-benar putus asa. Tak ada secercah petunjuk pun untuk menemukan Arza. Tanpa tujuan.

"Berhenti di depan," kata Alea pada sopir taksi.

Taksi berhenti di depan sebuah cafe. Tempatnya dan Arza bertemu seperti biasa. Tak terlalu berharap akan menemukan Arza di sana. Ia hanya ingin duduk sejenak sambil memikirkan langkah selanjutnya.

Ia menemukan meja kosong di dekat jendela. Yang memberinya pemandangan bagus pintu masuk cafe.

"Jus

"Kau Alea Mahendra?"

Alea terkejut dengan pria asing yang langsung duduk di salah satu kursi kosong mejanya. Pria bersetelan serba hitam dengan rambut disemir coklat dan disisir ke belakang. Penampilan khas pengawal Alec. "Siapa kau?" tanya Alea yakin pria itu bukan utusan Alec. Jika salah satu anak buah Alec pasti sudah memanggilnya 'Nyonya' dan tanpa bertanya siapa dirinya.

"Teman Arza."

Manik Alea melebar. Setengah terkejut setengah tertarik.

"Sesuatu terjadi padanya, dan ia tak bisa menghubungi keluarganya. Kebetulan aku menemukanmu di sini."

Kali ini Alea sepenuhnya terkejut, dan kepanikan menyerangnya. "Apa yang terjadi dengannya?"

Pria itu menampakkan ekspresi penuh sesal. "Aku akan menjelaskannya di jalan."

Alea mengangguk. Tanpa pikir panjang dan sedikit pun kecurigaan,  langsung beranjak dan mengikuti pria asing itu keluar cafe. Mengekor di belakang pria itu dengan kepanikan dan berbagai macam pikiran buruk yang mungkin sedang menimpa Arza saat ini.

"Apa yang terjadi? Di mana dia sekarang?" Alea tak tahan menunggu lebih lama untuk mengetahui apa yang terjadi.

"Aku akan membawamu ke tempatnya." Pria itu mengarahkan Alea ke pinggir jalan dan berhenti di depan sebuah mobil hitam yang terparkir. Membuka pintu belakangnya untuk Alea.   "Masuklah."

Alea sempat terheran melihat ada dua orang lain yang duduk di jok depan. Namun sebelum ia menepikan kepanikannya tentang Arza dan mencerna kecurigaannya. Pria asing itu langsung menahan pergelangan tangan Alea dan menariknya masuk ke dalam mobil sebelum Alea sempat membuka mulut untuk menolak dan meminta tolong.

"Kau bukan teman Arza!" simpul Alea begitu berhasil mencerna apa yang terjadi.

Pria asing itu menampakkan seringainya. Tatapan liciknya mulai terlihat di bola matanya yang gelap.

Alea merutuki ketololannya. "Siapa kalian?!"

"Kami pernah menjadi teman Arza Mahendra."

"Apa yang kalian inginkan dariku?"

Seringai pria asing itu semakin tinggi. "Kau."

"Apa?"

"Kau. Untuk memancing Arza keluar dari tempat persembunyiannya."

"Apa maksudmu?"

"Kau ingin bertemu dengan kakak kesayanganmu itu, bukan? Aku hanya sedikit membantu kesulitanmu. Sebentar lagi kita akan bertemu Arza."

Alea segera meraih pegangan pintu, tapi pintu mobil sudah terkunci.

"Jalan!" Pria asing itu memberi perintah.

"Baik, Bos."

***

Thursday, 4 March 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro