Part 16
A Lover
Alec & Alea
###
Part 16
###
Jam sembilan lebih, Arza tak juga muncul. Keresahan yang menggelayuti wajah Alea membuat Arsen menghentikan tindakan konyol adiknya tersebut dengan cara yang kasar. Arsen menyeret Alea keluar untuk masuk ke dalam mobil yang akan membawa adiknya kembali pulang.
"Lepaskan aku, Arsen!" Alea meronta, berpegangan pada pinggiran pintu dengan satu tangan.
Arsen hanya berdecak sekali, melepaskan pegangan Alea hanya dalam sekali tarikan yang keras dan melanjutkan membawa Alea masuk ke dalam mobil yang sudah dibuka oleh sopir.
"Kau benar-benar keterlaluan, Arsen. Aku tak akan pulang sebelum bertemu dengan Arza!"
"Tak ada jalan keluar bagimu selain menjadi istri yang baik untuk Cage, Alea." Arsen menundukkan kepala Alea dan mendorong tubuh mungil itu ke dalam mobil. Tubuh Alea terhempas di jok belakang dengan tanpa daya walaupun kedongkolan menggelapi raut muka wanita itu. "Cage tak akan suka dan entah apa yang akan dilakukannya pada kita bertiga jika tahu pria lain memenuhi pikiranmu melebihi dirinya di hatimu."
"Arza adalah kakakku."
"Maka bersikaplah seperti adik yang manis untuk Arza dan istri yang penurut untuk Cage. Kubur apa pun yang kau rasakan untuk Arza. Hanya itu pilihan yang miliki."
"Kau benar-benar keterlaluan, Arsen!" sembur Alea frustrasi karena tak menemukan sepatah kata pun untuk membantah argumen Arsen.
Arsen hanya menyeringai, kemudian berkata pada sopir, "Antar dia ke tempat Cage." Arsen menutup pintu mobil. Menunggu hingga mobil melaju meninggalkan gerbang rumahnya kemudian berjalan masuk.
***
Ponsel di tas Alea berdering, memperlihatkan panggilan dari Alec yang membuat tubuhnya langsung menegang. Alea hanya terpaku, menatap layar ponselnya yang berkedip hingga deringan itu berhenti. Setelah menunggu selama beberapa saat dan ponselnya tidak berdering lagi, Alea pun memasukkan kembali ke tas. Menghela napas panjang sambil menyandarkan punggung. Menatap jalanan dari jendela mobil.
Sepanjang perjalanan, Alea hanya melamun. Pikirannya dipenuhi oleh Arza, Arza, dan Arza. Sampai ketika ia teringat, selain di rumah dan kantor, Arza pernah mengatakan nama sebuah klub malam yang biasa pria itu kunjungi. Dan Alea tak pernah diijinkan ikut ke sana.
"Antar aku ke TC Club." Alea tak yakin sopir Arsen tahu di mana klub malam itu. Tapi pria muda itu pasti pernah mengantar Arsen ke sana setidaknya satu, dua, atau bahkan sering, kan. Karena di sanalah biasanya Arsen dan Arza menyelesaikan pekerjaan yang entah apa yang Alea yakin tidak sepenuhnya tentang pekerjaan.
Arsen pernah mengatakan, tidak semua hal harus diselesaikan dengan tangan yang bersih. Beberapa hal harus diselesaikan di tempat gelap. Itu jawaban yang dilontarkan oleh Arsen ketika ia bertanya kenapa kakaknya membawa Arza ke tempat semacam itu. Yang sudah jelas banyak wanita-wanita penggoda dan minuman keras. Ia tak menyukai hal itu.
"T-tapi, Nyonya."
"Kalau begitu turunkan aku di sini. Aku bisa pergi ke sana sendiri." Alea menyentu pintu mobil, dengan niat mengancam si sopir.
"Baik, Nyonya. Saya yang akan mengantar Anda," ucap sopir itu akhirnya.
Tak sampai lima menit, mobil berhenti tepat di depan sebuah gedung bertingkat empat. Alea turun, melihat dua orang berjaga di samping kiri dan kanan pintu kaca gelap yang tampaknya menyeleksi antrean panjang di depan klub.
"Apa kau tahu caranya masuk ke sana dengan lebih cepat?" tanya Alea pada si sopir.
Si sopir tak langsung menjawab. Tampak meragu untuk menjawab pertanyaan Alea.
Dan tiba-tiba saja ide itu muncul di kepala Alea. Alea menyeret sopir itu untuk mendekat pada salah satu penjaga. Penjaga itu menatap Alea dari atas ke bawah, kemudian ke arah sopir Arsen.
"Kau pasti mengenalnya, kan?" ujar Alea.
"Siapa dia?" tanya penjaga itu pada si sopir.
"Aku adiknya Arsen." Alea menjawab lebih dulu. "Arsen Mahendra."
Si penjaga menatap Alea kemudian beralih kepada si sopir dan kembali ke Alea. Masih tak yakin.
Alea pun mengeluarkan dompet di tasnya dan menunjukkan kartu identitasnya. "Aku hanya sebentar. Aku butuh menemui kakakku Arza di salam. Ada sesuatu yang penting yang harus kuberitahukan padanya."
Si penjaga tak langsung mengiyakan, ia menatap ke arah teman satunya, kemudian menurunkan rantai yang menghalangi dan membiarkan Alea masuk sendirian.
Si sopir langsung mengambil ponselnya dan menghubungi tuannya. Memberitahukan apa yang terjadi dan keberadaan mereka. Arsen marah, kemudian menyuruh sopir mencari Arza untuk mengurus Alea.
Alea belum pernah masuk ke sebuah klub malam. Dengan berbagai macam warna cahaya yang berkelap-kelip menyilaukan mata, serta suara musik yang akan menghancurkan gendang telinga. Alea berusaha menerobos kerumunan pengunjung. Tak yakin akan menemukan Arza di antara banyaknya pengunjung, Alea tetap tak menyerah dan masuk lebih dalam.
Bau asap rokok, alkohol, dan berbagai macam parfum yang berhambur menjadi satu membuat perut Alea mual. Alea bahkan tak bisa menahan rasa jijik ketika melihat pasangan mesum yang duduk di salah satu bangku dan saling meraba. Tangan si pria tak henti-hentinya memainkan buah dada si wanita yang terbungkus ketat oleh baju kaos. Segera berpaling, Alea berjalan lebih dalam. Berhenti di dekat meja bar sambil tak henti-hentinya mengedarkan pandangan ke segala arah. Merasa sudah memakan waktu yang cukup lama, Alea pun memutuskan untuk mencari Arza di lantai dua. Tetapi saat ia turun dari kursi bar, mendadak sepasang lengan besar mencengkeram pinggang Alea dari arah belakang. Lalu bau busuk bercampur alkohol mendesah keras di telinga kiri Alea. "Cantik."
"Lepaskan!" bentak Alea mendorong tubuhnya ke arah depan demi menghindari sentuhan kasar pria asing tersebut. Tetapi, cengkeraman pria itu di pinggang Alea semakin mengetat dan seolah bisa meremukkan tulangnya hanya dalam sekali tekanan.
"Kau sangat cantik."
"Lepaskan tanganmu!" Alea berusaha menghentakkan kedua tangan pria itu dari pinggangnya. Tetapi pria itu malah membalik tubuhnya dan merapatkan tubuh mereka.
"Ayolah sayang. Ini hanya bersenang-senang. Kau akan menyukainya."
Rontaan Alea yang lemah membuat pria itu semakin bersemangat dan menempelkan punggung Alea di dada yang kekar dan basah oleh keringat. Pria itu sepertinya sudah sangat mabuk dan kehilangan akal sehatnya. Perut Alea bergolak sangat keras ketika bau busuk mulut pria itu memaksa masuk ke hidungnya. Dan Alea benar-benar memuntahkan isi perutnya ketika pria itu menempelkan bibir di leher. Muntahan Alea jatuh ke dahi pria itu dan membasahi hampir setengah wajah.
Kecupan pria itu di leher Alea berhenti dan segala macam sumpah serapah keluar dari mulutnya lalu dengan kekuatan pria yang dimilikinya, ia melemparkan tubuh Alea hingga tersungkur di lantai.
Alea mengerang ketika tubuh sebelah kirinya terbanting menyentuh lantai dan ia yakin ada tulangnya yang patah. Tak cukup sampai di situ. Saat Alea berhasil mengangkat kepala, ia melihat tubuh besar dengan jenggot memenuhi seluruh dagu serta isi perutnya yang berpindah ke wajah mengerikan itu, Alea tahu penderitaannya tak sampai di situ. Pria itu melangkah mendekat dan seolah hendak menginjakkan kaki ke arahnya. Namun, di langkah terakhir pria itu akan berhasil menyentuhkan kaki ke tubuh Alea yang setengah berbaring di lantai, tubuh besar itu ambruk ke samping. Menghancurkan kursi bar yang tinggi.
Alea menatap ngeri ke arah pria itu dan beberapa pengunjung di sekitar mereka menjerit sambil melangkah menjauh. Alea tersedak oleh kelegaan dan tangisan serta rintihannya. Menemukan Arzalah yang telah menyelamatkannya dari pria mesum itu.
***
"Apa yang kaulakukan di tempat seperti ini, Alea?" Arza menyeret Alea keluar dari pintu klub dan langsung mencari sopir Arsen yang menunggu di dekat mobil.
"Aku ... aku mencarimu."
Arza menggeram, menghentikan langkahnya. Mengeluarkan sapu tangan miliknya dari saku jas dan mengusap sudut bibir dan dagu Alea dari sisa muntahan. Lalu membuka tutup botol air mineral yang diberikan oleh sopir Arsen dan menyodorkannya tepat di mulut Alea. "Apa kau baik-baik saja?"
Alea menggeleng. Tangan kanannya menyentuh lengan kiri bagian atas dan meringis pelan.
"Kita akan ke rumah sakit untuk memastikan kau baik-baik saja. Setelah itu aku akan mengantarmu pulang."
Alea menggeleng dengan senyum yang tak bisa ditahannya karena kini ia benar-benar sudah bisa memandang wajah Arza. Melepaskan semua rindu yang terpenjara selama beberapa hari. Lagipula, ini hanya luka ringan dan ia tak butuh ke rumah sakit.
Arza menyerahkan kunci mobilnya pada sopir Arsen, mengatakan di mana mobilnya terparkir dan menukarnya dengan kunci mobil Arsen. Setelah itu ia membuka pintu mobil dan mendorong Alea masuk. "Masuklah."
"Kenapa kau tidak mengangkat panggilanku?" tanya Alea setelah Arza duduk di balik kemudi.
"Aku sedikit sibuk dan panggilan Arsen lebih banyak menyita perhatianku. Maafkan aku," dalih Arza sembari menyalakan mesin mobil.
"Apakah sesibuk itu hingga kau tidak bisa mengirim pesan untuk membalas satu pun pesanku?"
Arza mendesah lirih dan tanpa suara. Memusatkan pikirannya ke arah jalanan sekaligus memikirkan jawaban untuk pertanyaan Alea yang terasa lebih sulit daripada mengerjakan semua kesibukan yang dilimpahkan Arsen padanya. Ia tahu tujuan Arsen adalah agar ia tak lagi memikirkan Alea. Meskipun itu sedikit membantu, tetap saja Alea selalu membayangi pikirannya.
"Tapi kau bisa datang ke klub ..."
"Aku harus bertemu beberapa orang di sana. Dan ini juga urusan pekerjaan, Alea."
Alea mengerucutkan bibirnya dengan mata menyipit ke arah sisi wajah Arza penuh selidik. "Kau yakin?"
"Ya, tentu saja."
Alea menghela napas dan bersandar ke jok mobil. Menatap jalanan. "Apa Arsen sengaja melakukan ini pada kita?"
"Aku memang selalu sibuk seperti biasanya, Alea."
"Tapi kau tak pernah mengabaikan pesanku, apalagi panggilanku."
Arza menghela napas panjang. Menatap wajah Alea sejenak dan menggumam pelan. "Hmm, mulai besok aku akan selalu membalas pesanmu. Tapi jangan sampai kau melakukan tindakan bodoh seperti malam ini lagi. Oke?"
Alea mengangguk dan secercah senyum bahagia muncul di wajahnya. Hidupnya serasa bukan miliknya lagi setelah menikah dengan Alec. Jika ia tak bisa bertemu dengan Arza lagi, maka selesailah sudah. Ia tak punya alasan lagi untuk hidup.
***
Thursday, 4 February 2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro