Melepaskan atau mengikhlaskan ? kedengarannya sulit, tapi menarik.

Melepaskan bukan berarti tidak menginginkannya lagi, atau sudah menginginkan hal yg lainnya. Mengikhlaskan pun bukan hanya karna dia telah memilih yg lain atau memang sudah tidak bisa bersama lagi. Bukan seperti itu yg ku maksud. Lalu bagaimana?

Melepaskan seseorang dalam pelukan memang tidak akan pernah mudah, terlebih hatimu sudah terpatri olehnya. Hanya saja, melepaskan memang kadang menjadi pilihan terbaik dan terakhir saat ini. Mengikhlaskan seseorang yg selama ini ada bersama dalam perjalanan hidup ini memang sulit. Tapi jika mengikhlaskan adalah satu-satunya jalan menuju masa depan, maka merelakannya adalah sebuah keputusan yg tepat.

Bukan hanya kepenatan alasan melepaskan. Bisa jadi karna keadaan yg memaksakan. Berada di ujung jurang kehampaan tanpa kepastian. Bukan pula kejenuhan yg menimbulkan rasa untuk mengikhlaskan. Boleh jadi karna sesuatu yg tak diharapkan. Tidak diinginkan, ketidak tahuan dan diacuhkan sudah cukup membuktikan untuk tidak melanjutkan.

Menyerah? Bimbang. Apa harus aku menyerah dan merelakan takdir tidak bersamanya lagi dan segera melepaskan apa yg sudah ada dalam genggaman kemudian mengikhlaskannya menjauh dalam hidupku? Atau, terus memperjuangkannya meski hanya terjal yg akan kutemui saat kulangkah kan kaki ini?

09 Desember 2017 // - trpst