Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Prolog #3

"Kepala sekolah!" seru seseorang yang membuka pintu dengan cepat.

Seorang wanita dengan dress hijau panjangnya dengan atasan putih yang terlihat formal mengalihkan pandangannya dari kertas-kertas di tangannya menuju seseorang yang membuka pintu itu. "Ada apa Lucas?" Wanita itu menyapa pria yang baru saja masuk tanpa terganggu dengan surai merahnya yang menutupi sebagian pengelihatannya.

"Ada serangan mendadak di gerbang selatan," kata seseorang itu, Lucas dengan wajah kawatir yang berusaha ia sembunyikan tetapi nafasnya menderu dan terlihat dari rambut hijau gelapnya yang sedikit acak-acakan terkena angin.

Tatapan mata biru gelapnya langsung berubah serius."Begitu, kita kesana sekarang." Wanita itu sambil beranjak dari tempatnya dan meletakkan kertas-kertas di atas meja.

Dari koridor yang mereka berdua lewati ada beberapa murid yang menatap wanita itu dengan kagum. "Wah kepala sekolah," bisik seorang siswi.

"Bu Andrea tetap cantik seperti biasanya," bisik siswa yang lain dengan tatapan kagum.

"Cantik dan kuat," bisik siswa lainnya.

"Ia juga anggun," bisik siswi lainnya. Tak ada yang melepas pandangan mereka dari kepala sekolah mereka, Andrea sampai hilang dari pandangan mereka.

"Lucas, bagaimana kondisi di sana terakhir kali?" Andrea sambil berjalan, ia memilih untuk bertanya saat tidak adanya siswa agar tidak ada yang panik.

"Mereka melelehkan dinding disekitar gerbang selatan dan menghancurkannya untuk merobos masuk. Tidak banyak yang terluka, terapi aku masih belum mengetahui seberapa banyak anggota mereka," jelas Lucas.

Andrea mengangguk sebegai respon sambil memikirkan rencana. Sesampainya mereka berdua di dekat gerbang Selatan, terlihat banyak guru-guru yang mulai kewalahan menghadapi sesuatu."Bu Andrea!"

"Bu Sovi, bagaimana keadaan sekarang?" Andrea sambil mendekati Sovi, guru Kesehatan, yang bertugas menyembuhkan guru-guru yang lain.

"Monster itu tak diketahui oleh siapapun, bentuknya seperti cacing yang lebih pipih dengan kaki yang banyak. Tetapi ia dapat mengeluarkan lendir yang dapat melelehkan apapun." Sovi berbicara dengan nada sedikit panik, rambut kuning pucatnya yang diikat terlihat sedikit acak-cakan.

"Baiklah bu Sovi, terimakasih untuk informasinya," kata Andrea sambil tersenyum mengerti.

"Tubuhnya!" Langkah Andrea terhenti dan kembali melihat Sovi. "Tubuhnya sekeras baja. Tidak ada cara untuk menembus kulitnya. Sihir hanya dapat menahan pergerakan mereka, tidak melumpuhkan mereka."

"Begitu, baiklah terima kasih untuk informasinya. Akan aku pikirkan cara lain saat melawan mereka. Ambil ini." Andrea melemparkan sesuatu ke arah Sovi yang dapat ditangkap dengan baik.

Saat Sovi membuka tangannya, ia melihat sebuah Batu berwarna merah yang dipasangkan di sebuah rantai. "Ini?"

"Itu dapat membantumu untuk menyembuhkan lebih banyak orang. Aku harap kau dapat memakainya dengan baik," kata Andrea sambil tersenyum dan berdiri.

"Serahkan padaku senior!" seru Sovi sambil menggenggam erat Batu yang diberikan Andrea.

Andrea tertawa kecil lalu beranjak dari tempat itu. Ia berlari menuju seorang guru di baris depan. "Apakah anda sudah mendapat kelemahannya pak Hans?"

"Tidak, yang kami tahu kelemahannya pada matanya. Tetapi itu hanya menghambat, tidak menghentikannya." Hans berbicara tanpa mengalihkan perhatiannya pada monster itu.

"Mereka ada dua?!" Andra terkejut melihat adanya dua ekor monster yang sedang coba dilawan oleh para guru.

"Itu benar, ini membuat bertambah kesusahan kami." Hans sedikit menggeram setelah menyelesaikan perkataannya. Matanya masih terus bergerak, mencari kelemahan kedua monster itu.

Andrea mengeraskan rahangnya untuk berpikir lebih keras. "OLIVIA, BRIAN, VIENNA, GORGE! BERKUMPUL! DAN YANG LAIN ALIHKAN PERHATIAN SATUNYA!" Semua guru dan staff membalas perkataan Andrea dengan anggukan dan seruan kecil.

Beberapa dari mereka mendekati dan mengikutinya langkah Andrea dan membentuk persegi lima di sekitar monster yang berbentuk seperti kaki seribu dengan topeng di atas kepalanya. Andrea, Olivia, Brian, Vienna, dan Gorge membisikkan sesuatu dari mulut mereka dengan cepat.

Bisikan mereka membuat sebuah dinding berwarna ungu yang tak dapat dihancurkan oleh monster tersebut. Tak lama dari dalam dinding itu keluarlah petir, es, api, angin dan cahaya yang membuat monster itu menjerit keras dan menggeliat untuk mencari jalan keluar.

Mereka terlihat menahan sesuatu sambil mengeratkan posisi tangan mereka sampai keringat membasahi mereka semua. Sampai akhirnya tubuh monster itu terkoyak semua dan jeritan yang sangat keras keluar nyaring dari mulutnya. Andrea, Olivia, Brian, Vienna, dan Gorge terjatuh di tanah dengan keadaan duduk karena mereka telah kehabisan tenaga mereka.

"Ini buruk, mengalahkan salah satu dari dua sudah memakan banyak tenaga." Brian mengelap keringat disekitar wajahnya.

"Aku sudah tidak kuat!" Olivia bersusah payah mengatur nafasnya. Andrea menatap serius para guru yang masih bertarung dan mendengar jeritan mereka yang terkena sarangan.

"Jadi bagaimana ketua? Apakah kau mempunyai rencana?" tanya Gorge yang terlihat mencoba menyembunyikan kelelahannya.

Andrea terdiam sambil melihat anggotanya yang sebelumnya telah terbentuk karena ketidak sengajaan dan telah berbagi suka duka bersama. "Hah, kalian hanya hidup sekali," kata Andrea pelan.

"Kau tidak merencanakan sesuatu yang aneh bukan ketua?" Vienna menatap Andrea ragu-ragu.

"Bukankah aku selalu melakukan sesuatu yang aneh?" Andrea tersenyum kecil. "Tetapi kali ini biarkan aku mendapat sorotannya." Andrea berdiri dari posisinya.

"Ketu-akh!" Olivia berusaha untuk berdiri tetapi ia telah menghabiskan seluruh tenaganya untuk menghabisi monster tadi. Begitu juga yang lainnya. Menggerakan kaki, membiarkan tubuh mereka tertopang oleh adalah hal yang sangat sulit.

"Ah, kalian terlalu baik," kata Andrea sambil terkekeh.

"Kami tidak membiarkanmu bodoh!" Vienna memukul tanah di depannya dengan pelan. Ia bahkan tidak bisa mengeluarkan tenaganya untuk memukul tanah dengan keras.

"Tetapi kalian tidak beranjak dari tempat kalian."

"Jika kami bisa, kami telah menindihmu sekarang juga!" seru Brian kesal.

"Wah seram." Andrea tertawa pelan melihat reaksi Brian.

"Kami tak akan biarkan kau disorot sendirian ketua! Kau harus adil doooooong," kata Gorge dengan gaya khasnya yang lucu.

"Kejar aku jika kalian bisa."

"KETUAAAAAA!!" seru Olivia, Brian, Vienna, dan Gorge bersamaan. Sedangkan Andrea berpura-pura tidak mendengar panggilan dari mereka dan mendekati Hans dan Lucas untuk segera bergabung.

"Andrea?! dimana yang lain?" Lucas kaget melihat kedatangan Andrea seorang diri, biasanya ia akan datang bersama teman-teman satu timnya.

"Di belakang, sedang menikmati waktu." Andrea menunjuk belakangnya dengan wajah polosnya.

Hans dan Lucas tertawa pasrah dengan apa perkataan Andrea. Hans yang merupakan guru yang pernah mengajar Andrea dan Lucas yang merupakan teman terdekat Andrea memang mengetahui sisi lain Andrea yang tidak di ketahui banyak orang.

Jeritan dan pergerakan monster itu membuat para guru kewalahan. Apapun yang mereka lakukan seakan-akan tak ada gunanya. Andrea melihat mereka yang telah banyak kehabisan tenaga hanya untuk menghentikan seekor monster itu.

"Lucas," panggil Andrea tanpa melihat seseorang yang ia panggil.

"Ada apa?"

"Aku serahkan padamu." Andrea menepuk pundak Lucas pelan.

"Serahkan apa?" tanya Lucas yang sangat kebingungan.

"Sekolah." Perkataan singkat Andrea membuat Lucas dan Hans tersentak kaget.

Tanpa menunggu balasan dari Lucas, ia berlari dan mencoba menggores monster itu dengan pedangnya yang muncul begitu saja tetapi seperti yang dikatakan oleh Sovi dan Hans kulit monster itu keras seperti baja. Bahkan membuat pedang kesukaan Andrea terkikis.

"Ah, yang benar saja?" Andrea kesal, artinya pedang kesayangannya harus dibuang karena tidak bisa digunakan lagi.

"Hahaha! Kau tak dapat melukaiku dengan senjata kecilmu itu," kata monster itu yang anehnya suara keluar dari balik topengnya. Tiba-tiba saja monster itu menyerang Andrea tetapi dapat dihindari dengan mulus. Andrea tetap menghindari serangan dari monster itu untuk memancingnya. "Mengapa kau menghindar?! Kau yang telah membunuh adikku hanya dapat menghindar?!"

"Jika memang tidak ingin adikmu terbunuh, maka jangan berurusan dengan kami." Tidak ada terdengar nada ketakutan dari mulut Andrea.

"Kau sendirian lalu apa yang dapat kau lakukan?" Terdengar suara yang sombong dari monster itu.

"Hei kau!" Andrea yang menghentikan larinya lalu berbalik. "Jangan berpikir aku dapat kalah olehmu." Andrea menunjuk monster itu.

"Tunjukkan! Tunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh seorang manusia sepertimu."

"Pertama, menjauhkanmu dari sekolah." Andrea tersenyum puas. Monster itu terbelak lalu melihat ke belakangnya dan ya, ia sudah jauh dari sekolah yang menjadi sasaran utamanya. Monster itu menggeram, berbalik dan menatap Andrea dengan kesal. "Lalu yang kedua, aku dapat melakukan ini." Detik berikutnya petir mengelilingi tubuhnya ditambah es angin dan kelopak bunga sakura.

"Tidak mungkin! Kau hanyalah seorang manusia!" seru monster itu tak percaya.

"Aku juga berharap seperti itu." Andrea lalu mengayunkan lengannya pelan tetapi ayunan itu membuat petir, es, angin dan bunga sakura menyerang monster tersebut.

Monster itu melawan dan mempertajam setiap kakinya. Ia berhasil menusuk perut Andrea dengan salah satu kakinya. Walaupun darah telah keluar dari mulutnya, Andrea tetaplah fokus dengan kekuatannya.

Salah satu esnya tak sengaja mengenai topeng monster itu dan membelahnya menjadi dua. Dalam sekejap monster itu berubah menjadi debu. Andrea terjatuh dengan luka di perutnya yang masih terbuka.

"Ternyata topengnya..." pikir Andrea sambil tersenyum mengejek.

"Andrea!"

"Ketua!"

"Kepala sekolah!" Seruan-seruan itu terdengar nyaring di telinga Andrea tepat sebelum pandangannya menggelap.

.
.
.
.
.

Jadi mulai sekarang saya akan update setiap 2x seminggu.
Ini dia list ceritanya:
1. The 7 Element Controllers
2. New Daily Life Royal Twins
3. A Little Hope [Revisi]
4. As Blue Sea
5. My Family is Perfect But I'm Not
6. Akar Merah
Itu dia urutannya, bisa dicari setelah saya posting.
Mungkin ada perubahan dari tata bahasa dsb-dsb tapi semoga kenyamanan dalam membaca masih bisa dinikmati yaa~
Sampai jumpa kembali :3

-(05/06/23)-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro