Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Pertemuan

Dia pikir kamar yang ditempatinya sekarang adalah ruangan termewah yang pernah dimasukinya. Nyatanya dia salah besar. Ruangan yang disebutnya kamar tadi tak ada apa-apanya dibandingkan keseluruhan bangunan ini.

Maia tersadar satu hal bahwa dia kini tengah berada di istana dongeng. Istana yang indah dan penuh barang-barang indah pula. Bagaimana tidak?

Begitu keluar dari kamarnya, Maia langsung dihadapkan pada lorong luar biasa indah yang dipenuhi dengan koleksi-koleksi kristal. Lantai kayunya terlapisi karpet cokelat tebal untuk meredam suara. Jendela-jendelanya tinggi dan lebar. Di beberapa spot dinding terpajang lukisan-lukisan bergaya Renaissance yang indah. Di beberapa titik koridor tertata dengan elegan bunga lili segar dalam vas kristal.

Gadis itu terkagum-kagum. Matanya menjelajahi seksama setiap keindahan dan kemewahan yang tersaji sepanjang lorong. Saking asyiknya menikmati keindahan lorong hingga dia tak sadar sudah berada di depan sebuah pintu kayu besar.

Lagi-lagi ukiran rumit menjadi interior utama pintu itu. Maia terbelalak melihat besarnya pintu yang menjulang di hadapannya dan menyadari bahan kayu pembuatnya. Dibesarkan dalam keluarga pebisnis kayu dan furniture membuat Maia langsung bisa menaksir harga sepasang pintu megah ini.

"Gila, pintunya aja kalo dijual bisa laku puluhan juta!"

Maia berdecak kagum. Dia mengikuti maid masuk ke ruang di balik pintu dan lagi-lagi dibuat shock berat oleh keindahan ruangan itu.

Fix, dia sudah biasa dengan kemewahan karena dia berasal dari keluarga berkecukupan secara materi. Namun, kemewahan ruangan ini saja sudah membuatnya jiper tak karuan.

Ruangan ini sangat besar dengan langit-langit ruangan super tinggi. Maia mendongak dan melihat bahwa langit-langitnya berbentuk kubah berhias mural malaikat. Lampu gantung kristal berukuran besar tergantung tepat di atas meja makan panjang berkapasitas dua belas kursi. Peralatan makan perak tertata rapi di atas meja dilengkapi lilin-lilin panjang dan ornamen tanaman menjalar dalam mangkok kristal.

Hembusan angin lembut menyapa wajahnya saat dia melangkah. Membuatnya tersadar akan keberadaan balkon lebar di ujung ruangan. Bahkan dari tempatnya berdiri sekarang Maia bisa melihat jelas taman yang tertata indah. Sang gardener profesional pasti dipekerjakan untuk menata dan merawat taman itu.

"Silakan duduk, Nona."

Maia bengong. Sekilas dia masih sulit fokus akibat mengagumi keindahan ruang yang dihuninya sekarang. Namun, kebengongannya muncul lagi saat menyadari maid yang tengah mempersilakannya duduk di salah satu kursi.

"Tunggu dulu, aku makan sendiri di sini?" tunjuk Maia ke meja makan.

"Tidak, Nona. Sebentar lagi Tuan Muda akan tiba dan bergabung dengan anda di sini."

Tuan Muda... Tuan Muda.... Oh Gosh, siapa lagi dia?

Maia duduk rikuh di kursi. Menunggu tak tenang. Maid bertepuk tangan dan keluarlah beberapa maid lagi membawa kereta dorong penuh nampan bertutup perak.

"Silakan," seorang maid meletakkan nampan perak di depan Maia. Dia membuka penutupnya dan menampilkan plating indah potongan kiwi segar dan ragam keju beserta beberapa saus.

"Wow, ini mahakarya!" Maia berdecak kagum dalam hati. Potongan-potongan kudapan dalam porsi finger food ditata sangat artistik.

Lidah Maia kelu. Dia tak tega menyantap hidangan seindah itu. Ingin rasanya dia memotret makanan di depannya dan mengunggahnya ke instagram. Bodohnya, dia tak sedang memegang ponsel kesayangannya.

Maia menelan ludah, "Pasrah saja, deh! Gue laper!"

Maia mencomot sepotong kiwi, mencelupnya dalam saus cokelat kental, lalu memasukkannya ke mulut. Rasa asam manis yang segar langsung lumer di lidahnya. Maia mendesah, memejamkan mata rapat-rapat menikmati nikmatnya saus cokelat kental dan buah kiwi segar.

Maia mencomot lagi buah segar di piring. Kali ini mencocol dengan saus kuning kental beraroma vanilla. Lagi-lagi dia memejamkan mata rapat-rapat menikmati sensasi manis legit saus. Bibir Maia senyum-senyum tak karuan. Ini baru kudapan ringan, belum makanan utamanya. Maia tak bisa membayangkan bagaimana lezatnya menu makannya nanti.

"Sepertinya enak."

Maia terlonjak kaget. Matanya langsung terbuka lebar. Refleks dia menoleh ke arah asal suara. Mulutnya ternganga lebar. Dia melotot tak percaya.

"Kalian?!"

*****

Maia's Side

"Ini nggak bener, kan?"

Kukerjap-kerjapkan mata. Sama saja. Kucubit tanganku. Auuwww.... sakit! Oke, berarti ini nyata?

INI NYATA?!

Tapi, gimana mungkin terjadi? Kenapa mereka ada di sini? Aduh, hidupku sudah cukup mengenaskan sekarang kenapa harus ditambah dua orang ini, sih?

Aku memijat-mijat kening. Kenapa duo Moran maha fenomenal di SMA Cahaya Bangsa ada di sini?

*****

Maia tersenyum rikuh pada Zooey Moran dan Jacque Moran. Dia benar-benar tak mengerti kenapa dua orang itu ada di sini sekarang. Seolah kebingungannya masih belum cukup, duo Moran itu pun terlihat dingin dan tak ramah. Tak ada senyum di wajah rupawan mereka.

Bahkan sorot mata mereka berdua pun dingin. Maia bergidik dalam hati. Duo Moran yang ini benar-benar berbeda dengan duo Moran yang selama ini dikenalnya.

Seseorang berdehem. Maia menelengkan kepala mencari sosok ketiga yang ada di belakang Zooey dan Jacque. Dalam hati penasaran dengan suara deheman yang seolah mengalihkan perhatiannya.

"Sepertinya kamu menyukai kudapanmu, Miss Maia."

Lalu sosok itu muncul begitu saja dari belakang Zooey dan Jacque. Berjalan dengan langkah mantap dan elegan. Aura percaya diri terpancar begitu kuat dari sosok ini. Senyum tipis terlukis di wajahnya yang sangat tampan dan maskulin.

Mendadak jantung Maia berdetak sangat kencang. Matanya tak berkedip menatap sosok super tampan ini. Maia menelan ludah susah-payah. Ekspresi culun tergambar jelas di wajahnya yang mungil. Pipinya merona saat menyadari sepasang mata cokelat itu tengah menatapnya intens. Dia makin merona kala melihat sosok itu berjalan pelan mendekatinya.

"Semoga kamu suka rasa buah kiwi kami, Miss Maia," sosok itu meraih tangan Maia. Menariknya dan mengecup lembut punggung tangan Maia.

Blushing....

Maia bisa merasakan panas menjalar dari lehernya naik ke telinga dan merambat hingga seluruh muka. Refleks dia menunduk, menghindari tatapan si makhluk maha sempurna ini. Dalam hati Maia merutuki dirinya yang bertingkah sangat norak. Tapi... Ya Tuhan, makhluk di depannya ini benar-benar sangat sempurna!

"Pesonamu membuat wanita tenggelam lagi, Bos," tiba-tiba sebuah suara terdengar.

Lelaki itu terkekeh. Maia terbelalak.

"Oke, si Om satu ini beneran bisa bikin gue kena serangan jantung!" Maia mengerang dalam hati.

Susah-payah Maia memfokuskan diri. Wajah super tampan ditambah suara tawa pelan membuat dunia Maia mendadak jumpalitan. Oh, jangan salahkan dirinya jika bertingkah begitu norak. Umurnya baru tujuh belas tahun dan dia dihadapkan pada sosok lelaki setampan malaikat ini. Tentu saja Maia pasti akan meleleh.

Kali ini suara tawa lain mengusik perhatian Maia. Dia melirik belakang lelaki tampan itu dan terperangah kaget.

"Apa ini sedang syuting Twilight? Kenapa banyak orang keren di sini?" Maia terbengong-bengong.

Dia mengamati satu demi satu wajah-wajah yang berada di ruangan ini. Hatinya langsung terjun bebas menyadari tidak hanya tiga, tapi ada tujuh lelaki dan wanita bertampang super keren tengah berdiri menatapnya.

Betapa tampan dan cantiknya mereka semua. Maia serasa berada di dunia Twilight, di mana banyak vampire keren bertebaran di mana-mana. Bedanya, jika di Twilight para vampire itu berwajah sangat pucat, 'geng keren' yang ada di depannya ini justru bermuka cerah dan segar.

Tapi, tetap hanya satu orang yang menarik perhatiannya. Di mata Maia, orang itulah yang paling tampan dan begitulah kenyataannya. Lelaki yang masih menggenggam tangannya ini memang yang tertampan di antara kerumunan itu.

"Gadis menjijikkan!" komentar Zooey sebal.

Maia menoleh.

"Apa?" tanyanya bingung.

"Melihat lelaki tampan dan wajahmu sudah seperti orang bodoh," cela Zooey.

"Heh, hati-hati kalau bicara," Maia judes. Meski ucapan Zooey benar adanya tapi Maia gengsi mengakuinya. Padahal hatinya setuju seribu persen dengan fakta bahwa dirinya pasti tampak bodoh sekarang setelah berhadapan dengan makhluk Tuhan paling tampan ini.

"Kalian sendiri, apa yang kalian lakukan di sini, hah?" tanya Maia.

Zooey tak menjawab pertanyaan Maia. Dia melangkah memutari meja dan duduk tepat di depan Maia. Kelima orang lainnya mengikuti langkah Zooey dan mengambil tempat masing-masing. Kecuali lelaki tampan ini, dia masih berdiri di sebelah Maia.

"Tuan, tolong lepaskan tanganku," pinta Maia rikuh.

Lelaki itu menundukkan kepala melihat ke arah Maia. Kilat aneh muncul di matanya saat dia menyadari tangannya yang masih terus menggenggam tangan Maia.

Lelaki itu spontan melepas genggamannya. Tanpa kata, tanpa senyum, dia duduk di samping Maia. Gadis itu menatap bingung. Sekejap dia merasakan sesuatu yang aneh dari lelaki itu tapi Maia tak tahu bagaimana menjelaskan keanehannya.

Jajaran maid berderap memasuki ruang makan. Suara kereta dorong sarat makanan bergema nyaring. Perhatian Maia teralihkan sudah. Wajahnya berbinar-binar melihat kilau perak tudung saji makanan. Dia sudah tak sabar menantikan tudung-tudung perak itu dibuka dan menampilkan isi nan lezat menggiurkan di dalamnya.

Sejenak Maia lupa dengan orang-orang di sekelilingnya. Yang ada di pikirannya sekarang hanyalah menghilangkan rasa lapar yang sudah tertahan bermenit-menit lalu.

Maia tak menyadari jika ada dua pasang mata yang tengah menatapnya begitu intens. Sepasang mata setajam elang dan sepasang mata sayu berhias sapuan eye shadow metalik.

Oh, masih ada sepasang mata lagi yang tengah menatapnya lekat-lekat. Tak lupa seulas senyum tipis dia sunggingkan untuk wajah cantik Maia. Sayang, gadis itu begitu tenggelam dalam rasa laparnya hingga membuatnya tak menyadari perubahan ekspresi orang-orang di sekeliling.

*****

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro