Moran Bersaudara
Ada anak baru di SMA Cahaya Bangsa. Sepasang cowok dan cewek. Kehadiran keduanya langsung menggemparkan sekolah. Bukan hanya karena "new comer" adalah topik yang selalu luar biasa di sini, karena jarang-jarang sekolah ini menerima anak baru di tengah semester, tapi juga karena sosok dua orang itu yang luar biasa.
Pendatang baru pertama namanya Zooey Moran. Cewek bertubuh langsing dengan tinggi seratus tujuh puluh lima sentimeter. Wajahnya super cantik, dengan sepasang mata yang bersinar tajam, hidung kecil dan mancung, bibir penuh, dan kulit putih pucat. Rambutnya hitam panjang sepunggung, berombak, dan dibiarkan tergerai begitu saja. Dia tak mengenakan aksesori apapun di rambutnya yang sehitam langit malam itu.
Pendatang baru kedua namanya Jaqcue Moran. Si cowok super keren yang berbodi atletis dan sangat jangkung. Tingginya seratus delapan puluh lima sentimeter. Rambutnya pirang emas yang dipotong pendek dan bergaya. Matanya sebiru langit di pagi hari yang cerah. Memabukkan siapapun yang melihatnya. Bibir tipisnya selalu menyunggingkan senyum pada siapapun yang melihat. Dan wajahnya selalu bersinar jenaka.
Baru dua menit dua makhluk itu berada di kelas, perhatian semua orang langsung tersedot. Pak Guru Ahmed yang kebetulan adalah wali kelas 3-E ini sekaligus bapak yang bertanggung-jawab atas buyarnya konsentrasi anak-anak sekelas karena membawa dua makhluk 'berkilau' ini, langsung berdehem-dehem. Tujuannya sih, untuk menarik kembali perhatian murid-murid padanya. Tapi usahanya gagal total, karena pengaruh dua makhluk 'berkilau' ini sungguh luar biasa. Alhasil, dengan wajah kecut Pak Ahmed meminta duo Moran untuk duduk di kursi yang kosong.
Kebetulan di kelas ini memang tinggal dua kursi kosong yang masih tersisa. Lainnya sudah habis terisi oleh makhluk-makhluk kucel yang menamakan dirinya komunitas murid 3-E. Satu kursi kosong berada di tengah ruangan dan satunya lagi di sudut ruangan. Zooey memilih duduk di sudut ruang kelas, berbaur dengan gerombolan cowok bengal pemeriah suasana kelas. Karena tanpa mereka kelas seolah jadi sesunyi kuburan.
Sementara Jaqcue duduk di kursi tengah ruang kelas. Tempat di mana komunitas cewek 3-E duduk. Para cewek ini bagai ketiban sampur mendapati Jaqcue memilih duduk di tengah-tengah mereka. Suara histeris langsung terdengar di mana-mana hingga membuat beberapa kelas lain melongokkan kepala melihat kehebohan yang sedang terjadi di 3-E.
Pak Ahmed tak kuasa menghentikan keriuhan yang terjadi di kelasnya. Akhirnya dia memutuskan untuk meliburkan pelajaran matematika hari ini guna memberi kesempatan pada penghuni kelas untuk saling mengakrabkan diri dengan 'duo berkilau' Moran.
Sepeninggal Pak Ahmed, seisi kelas langsung memberondong Zooey dan Jaqcue dengan berbagai pertanyaan. Mulai dari tanggal lahir, tempat tinggal, makanan favorit, mau ikut ekskul apa, dan beraneka ragam pertanyaan remeh-temeh lainnya. Dua bule cantik dan ganteng itu mendadak jadi seleb populer yang dipuja oleh seluruh penghuni 3-E.
"Jaqcue, apa kamu sudah punya pacar?" Mola, si cewek asli Belitong yang sudah sepuluh tahun ini berurbanisasi ke Jakarta kepo. Sontak seisi kelas jadi hening, menunggu jawaban dari pertanyaan Mola dengan rasa tak sabar yang membuncah. Tak disadari jantung mereka berdebar keras tak karuan. Pokoknya suasananya sudah kayak konser eliminasi Dangdut yang maha fenomenal itu.
Jaqcue tak segera menjawab. Dia malah melakukan adegan 'beri senyum tipis' pada deretan cewek di depannya. Jelas saja adegan 'beri senyum tipis' itu membuat hampir separuh kelas merona. Oke, jika Jaqcue berprofesi sebagai seorang SPB alias Sales Promotion Boy, dia pasti sukses membukukan penjualan melebihi target hanya bermodal senyum mautnya itu.
"Not yet, I have no a girfriend at this time."
Sorak-sorai langsung membahana mendengar jawaban makluk ganteng itu. Ampun deh, suasana kelas langsung bermetamorfosa serupa pasar saking hebohnya para cewek mendengar jawaban Jaqcue. Sementara yang jadi obyek kehebohan hanya tersenyum-senyum melihat reaksi para cewek.
Dari Jaqcue lantas beralih ke Zooey Moran. Kali ini giliran si Ruben yang bertanya pertanyaan yang sama pada bule cantik itu. Berbeda dengan Jaqcue yang always tersenyum manis, si Zooey ini justru lebih banyak diam. Kesan misterius dan dingin tampak nyata menguar dari sosoknya. Namun, image misterius dan cool itu yang justru membuatnya terlihat keren dan menambah nilai plus di mata cowok-cowok sekelas.
Maklum cowok suka tantangan. Dan Zooey Moran sepertinya tantangan baru bagi jiwa cowok mereka yang ababil banget itu.
"Belum, aku belum punya pacar," Zooey menjawab datar dalam bahasa Indonesia yang fasih.
Anak-anak kembali bersorak-sorai. Resmi sudah dua makluh 'berkilauan' itu sedang dalam status jomblo. Diam-diam, dalam hati masing-masing orang, semua mulai bersiap untuk mendekati duo Moran itu. Mungkin saja salah dua dari mereka bisa beruntung menjadi pacar dari duo Moran nan 'berkilau'.
*****
Di salah satu sudut kantin sekolah, tampak seorang gadis tengah sibuk berkutat dengan laptop-nya. Kantin di SMA Cahaya Bangsa memang melek teknologi banget dengan fasilitas internet super cepat. Tempat tongkrongannya juga nyaman, alih-alih kursi plastik, pihak sekolah menyediakan dipan kayu berukir etnik dan beberapa spot lesehan untuk bersantap. Kesan bersih dan rapi juga sangat mendominasi kantin, kontradiktif dengan image kantin sekolah yang biasanya kotor dan panas.
Kembali ke gadis yang tengah sibuk dengan laptop-nya, di meja berkapasitas dua orang itu juga tergeletak dua buah smartphone, sebuah tablet, dan sebuah novel karangan penulis wanita populer asal India. Ditambah segelas jus jeruk dingin dan sepiring besar kentang goreng, lengkap sudah 'peralatan santai' bagi gadis itu.
Seakan tak mempedulikan keadaan sekitar, gadis itu menenggelamkan diri dalam dunianya sendiri. Matanya fokus menelusuri layar laptop dan tak terusik dengan hiruk pikuk keramaian di sekitarnya. Sesekali jemarinya menyomot kentang goreng di piring dan mengunyahnya pelan.
Ngomong-ngomong nama gadis itu adalah Maia. Tubuh mungilnya tak sebanding dengan kepopulerannya di SMA Cahaya Bangsa. Yup, Maia memang salah satu the famous girl di sekolah swasta elit di Jakarta Selatan ini. Ironisnya, kepopulerannya bukan karena dia termasuk tipikal gadis sempurna ala Gossip Girl, namun justru karena sosok dirinya yang sangat jauh dari tipikal gadis sempurna yang diidamkan banyak lelaki dan dicemburui banyak gadis.
Maia sendiri justru seorang yang anti kepopuleran. Dia sangat cuek dengan penampilannya. Tak pernah berdandan ke manapun dia pergi. Untung saja dia dianugerahi wajah cantik khas Melayu dengan kulit sawo matangnya yang eksotis. Meski hanya memakai kaos oblong, celana pendek, sandal jepit, dan no make up, tetap Maia adalah sosok yang cantik.
Selain itu, dia juga berotak encer dan berkepribadian supel. Belum pernah jadi juara kelas namun tak pernah bergeser dari peringkat lima besar di kelas. Meski orang tuanya kaya raya namun ke mana-mana Maia selalu naik angkutan umum. Seolah dia menyembunyikan jati diri keluarganya.
Bagaimana dengan semua gadget canggih yang ada di mejanya sekarang? Jangan mengira itu hasil meminta orang tuanya. Gadis itu justru mendapatkan semua peralatan elektronik canggih itu dari hasil kerja part time. Seolah belum cukup dengan sikap rendah hati dan mandirinya, Maia juga berjiwa sosial tinggi.
Tak segan dia membantu siapapun yang membutuhkan pertolongannya. Tanpa pandang bulu. Termasuk hobinya nongkrong di lampu merah depan sekolah demi menunggu seorang nenek rabun yang tiap sore pulang dari bekerja di pasar. Tujuannya hanya untuk membantu nenek sepuh itu menyeberang jalan karena langkahnya yang sudah tertatih, sementara di depan sekolah Maia tidak ada fasilitas jembatan penyeberangan.
Sekarang Maia tengah membalas sebuah email yang masuk. Dia tengah menjalin komunikasi dengan seorang kenalannya di India. Mereka saling bertukar kabar sekaligus membahas kondisi lingkungan dunia yang semakin mengkhawatirkan. Global warming memang isu yang tak pernah lekang dimakan zaman.
Nama pemilik email dari India itu adalah Rahul Krishnan. Mahasiswa tingkat dua sebuah universitas bergengsi di India sekaligus aktifis lingkungan hidup yang sangat concern pada kelestarian bumi. Sudah sejak high school Rahul Krishnan mengampanyekan 'Gerakan Hidup Hijau'.
Maia berkenalan dengan Rahul Krishnan melalui sebuah blog kala dia berselancar di dunia maya beberapa minggu yang lalu. Sejak itu, hubungan mereka terjalin intens melalui sosial media dan sesekali chatting via webcam.
Email Rahul sebelumnya membahas tentang program baru untuk kampanye green life-nya. Lelaki itu mengajukan proposal kotak sampah daur ulang untuk semua sekolah menengah atas di India, utamanya sekolah-sekolah di daerah urban. Menurutnya remaja setingkat high school harus didekati secara persuasif lebih dahulu karena merekalah generasi muda India yang memiliki kesempatan besar mengubah India.
Sejauh ini, usahanya sudah membuahkan hasil. Tiga sekolah menengah atas di sana sudah menyetujui proposal kotak sampah daur ulangnya dan sedang mempersiapkan pelaksanaan programnya. Maia manggut-manggut membaca email Rahul. Itu sesuatu yang menarik sebetulnya.
Kotak sampah daur ulang sangat bagus untuk Indonesia. Tapi Maia sedikit pesimis hal itu bisa diterapkan di negaranya. Kesadaran penduduk Indonesia untuk membuang sampah pada tempatnya saja masih rendah, apalagi sampai berpikir untuk mengadakan kotak sampah daur ulang. Apalagi harga kotak sampah daur ulang tidak murah. Pemerintah pasti lebih memilih program pengentasan kemiskinan atau pengurangan subsidi BBM ketimbang repot-repot menyediakan sekotak tempat sampah yang bisa mendaur ulang dengan otomatis.
Tiba-tiba telinga Maia terusik oleh obrolan segerombolan cewek di meja sebelahnya. Kelihatannya seru. Maia menajamkan telinga untuk mendengar lebih jelas topik obrolan mereka. Sepertinya mereka tengah membicarakan kedatangan murid baru di sekolah ini. Maia mengerutkan dahi saat mendengar nama murid baru itu disebut. Moran bersaudara.
"Sepertinya ada lebih dari satu murid baru di sini," Maia membatin dalam hati.
Ia menggeleng-gelengkan kepala. Ini tak bisa dibiarkan. Ia bukan seorang penggosip tapi kalau sampai tak tahu ada murid baru di sekolah, itu kelewatan namanya. Dia bisa kehilangan sense of sociality jika sampai tak tahu kabar terbaru yang sedang terjadi di sekolah. Update info terbaru is a must!
Maia menyimak lebih seksama obrolan gerombolan cewek itu. Ada dua Moran yang datang ke sekolah, satu laki-laki dan satu perempuan. Yang laki-laki namanya Jacque Moran sementara yang perempuan Zooey Moran. Persamaan keduanya selain bahwa mereka berdua adalah sepasang saudara, juga karena mereka berdua sangat keren.
Maia sudah hafal definisi 'keren' para cewek di sekolahnya. Tak jauh-jauh dari wajah yang tampan atau cantik bak supermodel, tubung tinggi atletis atau tinggi ramping semampai, dan berotak cerdas. Satu yang membuat telinga Maia langsung tegak berdiri.
Mereka berdua berasal dari Selandia Baru. Kejutannya, mereka seratus persen bule yang fasih bahasa Indonesia.
Wow, ini baru berita baru! Jarang-jarang Cahaya Bangsa kedatangan murid asing. Biasanya murid blasteran dengan salah satu orang tua asli pribumi Indonesia dan pasangannya produk 'impor'. Kali ini Maia yakin jika derajat kepopuleran dua Moran itu pasti akan meningkat tajam.
Suara dering ponsel membuyarkan kekhusukan Maia menguping pembicaraan. Nama Deni berkedip-kedip di layar ponsel. Ia menepuk dahi. Buru-buru dimatikannya laptop dan bergegas membereskan meja. Dia lupa ada janji dengan Deni di perpustakaan.
Setelah membayar pesanannya, Maia berjalan keluar kantin. Langkahnya cepat tanpa melihat ke depan. Tiba-tiba...
Brukkkk... Bammm...
Terdengar suara banyak benda jatuh. Seisi kantin langsung menoleh ke sumber suara. Terlihat Maia meringis kesakitan sembari mengelus-elus tulang ekor. Tasnya terlempar dan menghamburkan seluruh isinya ke mana-mana. Maia mencelos melihat laptop kesayangannya terlempar cukup jauh dari tempatnya terjatuh, juga sebuah smartphone terbarunya hasil beli sebulan yang lalu.
"Maafkan kami, Princess..."
Maia tak mempedulikan permintaan maaf itu. Dia malah bergegas memunguti barang-barangnya yang berceceran di lantai kantin. Saat mengangkat laptop, hatinya makin mencelos. Laptopnya dalam posisi setengah terbuka. Dari sisi itu Maia dapat melihat retakan panjang di layar laptop.
Otaknya langsung kosong. Tak bisa berpikir dan memikirkan apapun. Seluruh idenya ada dalam laptop itu. Laptop itu salah satu hartanya yang tak ternilai. Sekarang dia rusak.
Seseorang berjongkok di samping Maia.
"Maafkan kami, Nona. Kami akan mengganti kerusakan barang-barangmu," sebuah suara lembut terdengar di telinga Maia.
Maia menoleh dan melihat dua orang bule di sampingnya. Lelaki dan perempuan yang sangat cantik. Maia mengertakkan gigi dan berdiri. Bibirnya terkatup rapat menahan emosi yang campur aduk di dada.
"Terima kasih, tapi aku tak butuh ganti rugi kalian," Maia berkata tegas.
"Tapi..."
"Sudahlah, lupakan saja. Laptop ini tak bisa diganti dengan uang," Maia mengibaskan tangan kesal.
Dia lalu beranjak pergi meninggalkan dua bule 'berkilau' itu. Maia tak menyadari jika dua makhluk 'berkilau' itu terkesima dengan ucapannya hingga mematung cukup lama di tempat.
Maia terus berjalan dengan langkah lebar-lebar. Sampai di perpustakaan dia langsung mencari sosok Deni. Ketemu!
Langsung diseretnya Deni ke sudut yang sepi. Di sana Maia menangis sesenggukan, menumpahkan emosi yang mendesak di hati. Tinggal Deni kebingungan melihat tingkat sahabatnya ini.
*****
"Well, kamu sudah membuat 'Putri' menangis, Jacque," Zooey berdecak kesal. Matanya masih tak lepas dari sosok mungil yang berjalan kian menjauh dari mereka.
"Tak kusangka dia serapuh itu," Jaqcue berkomentar.
Zooey melirik Jacque, "Siapapun pasti mengeluarkan air mata jika benda kesayangannya dirusak seseorang," Zooey berkata sinis.
"Hei, aku tak sengaja. Itu di luar kendaliku. Lagipula aku sudah minta maaf dan menawarkan ganti rugi. Tapi dia bersikeras menolak," Jacque membela diri.
"Ckkk... kamu tak belajar juga rupanya," Zooey geleng-geleng kepala, takjub dengan ulah dungu saudaranya.
"Rencana tabrakan tadi terlihat sangat bodoh dan tolol sekarang," Jacque menyesal.
"I agree," Zooey berkomentar pendek.
Percakapan mereka diinterupsi oleh panggilan sekelompok cewek di sudut kantin. Nampak mereka melambaikan tangan penuh semangat pada Zooey dan Jacque, memberi isyarat agar mereka duduk bersama mereka. Jacque memandang Zooey, yang dipandang hanya mengedikkan bahu. Akhirnya mereka menghampiri gerombolan itu dan menerima tawaran mereka untuk duduk semeja.
"Hei, kami tadi melihat kalian tertabrak cewek freak itu," salah satu dari mereka berkata.
"Tak usah dipikirkan. Maia memang cewek aneh," yang lain cekikikan geli.
Zooey mengangkat alis heran, "Aneh?"
"Iyalah, Maia itu aneh. Dia itu sukanya melawan arus, sok idealis. Gak asyik, deh, gaul sama dia," seorang berambut lurus rebonding menyahut.
"Eh... eh... kalian ingat tidak, saat pertandingan basket bulan lalu? Aduh, dia memang aneh, deh. Masak pertandingan sedang seru-serunya, eh, dia malah diem aja di tribun. Duduk nyempil sambil baca buku doang?"
Jacque menyeringai, "Itu berkarakter, Nona-Nona."
Zooey tersenyum tipis, "Tapi itu menarik. Dia justru anti mainstream."
"Tetap saja dia aneh," gadis berkuncir ekor kuda itu nyinyir.
Gadis-gadis yang lain mengerumuni Jacque, "Pulang sekolah nanti kamu ada acara? Kami akan mengadakan pesta kedatangan untukmu di kafe di langganan kami."
"Untuk kita, Ladies," Jacque meralat, merujuk pada keberadaan saudaranya yang sepertinya tak dianggap ada oleh gerombolan gadis ini, "Terima kasih atas undangannya. Tapi aku dengan berat hati harus menolaknya, kami sudah punya janji nanti siang."
Jacque merangkul Zooey. Gerombolan gadis itu nampak kecewa. Tapi, sepertinya mereka pantang menyerah. Karena salah satu dari mereka mulai membujuk lagi.
"Oh ya? Kalau begitu biarkan aku mengantarmu."
"Kami naik mobil sendiri," Zooey berkata dingin. Tatapan death glare meluncur mulus dari manik matanya. Menghunjam tepat ke mata gadis di depannya.
Gadis itu mengerut, dia ciut nyali menghadapi Zooey yang bersikap dingin.
"Nah, permisi, Ladies, kami harus ke perpustakaan sekarang. Terima kasih atas undangannya untuk mengobrol bersama siang ini."
Duo Moran melenggang santai meninggalkan gerombolan gadis ini. Langkah mereka diikuti pandangan seisi kantin yang masih menatap dengan penuh kekaguman pada mereka berdua.
*****
Hai, jumpa lagi dengan aku si penulis abal-abal ini. Maafkan aku karena sudah mempublish novel baru sementara sekuel Semusim masih pending. Maklum karena sedang ada sebuah ide mengalir deras dan ingin kueksekusi segera.
Semoga kalian semua suka ya membaca novel abal-abalku ini. Ditunggu voment-nya ya teman-teman. Happy reading.. ^^
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro