Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Phase 00: 02

WOY AH ITU YANG DI MULMED SUAMI SIAPA SIH ANJIR??? PARASNYA DIKONDISIKAN TOLONG--

Kalem.

Inhale.

Yak. Selamat membaca:)

---------------------------------------

Ada yang berbeda dari HikiFest tahun ini. Yaitu akan absennya salah satu sosok paling senior dalam bidang mereka.

"Mau gimana lagi, kan? HikiFest diadakan awal musim panas, tapi jadwal perhitungan Soraru-san lahiran sekitar akhir-akhir April. Gabisa dipaksain, kan?" Jelas Mafu ketika ditanya fans-nya saat siaran langsung.

Berbagai komentar bermunculan di livechat.

"Aww... bakal ada debay baruuu💞💞"

"Gapapa, kami ngerti, kok. Selamat, ya, Mafu-san, Soraru-san!"

"Yah... agak sayang, sih, gabisa lihat Soraru-san di HikiFest tahun depan:( tapi it's okay. Yang penting Soraru-san dan dedeknya sehat dan selamat!"

"Bakal cewek apa cowok yaa? Kyaaa ga sabarr>.<"

"Nanti kasi lihat fotonya kalau sudah lahir, ya, Mafu-san!"

Mafu tersenyum senang mendapat respon baik dari para penggemarnya. Orang-orang baik itu selalu memberi support untuknya. Mafu sangat bersyukur. Padahal awalnya dia sangat takut karena banyak oknum yang cari perkara dengan mencemooh dirinya habis-habisan.

Tapi semakin kesini, dia menyadari bahwa tidak semua orang begitu. Dia benar-benar merasa beruntung memiliki fans yang pengertian dan mau menerima dirinya, selalu menunggu karyanya, dan termotivasi tindakannya.

Si albino yang sejak kecil terbiasa memandang rendah dan tidak menghargai dirinya sendiri, saat ini dapat lebih percaya diri. Percaya bahwa di luar sana, ada orang lain yang membutuhkannya. Ada orang yang terselamatkan olehnya, dan ada orang yang menemukan sesuatu yang baru karena dirinya.

Sesi siaran langsung berakhir setelah hampir satu jam berjalan. Mafu meregangkan badan sejenak, kemudian beranjak keluar dari ruang kerjanya. Keadaan rumah cukup sepi. Mafu sedikit heran. Memang Luz bilang akan pulang agak terlambat hari ini. Tapi setahunya, Soraru dan Hare tidak ada rencana pergi keluar.

Maka jenjang kakinya berinisiatif mengantar raga si albino menyusuri rumah, mencari keberadaan pujaan hati dan buah hatinya. Di dapur tidak ada, ruang tengah kosong, halaman belakang dan samping juga nihil. Kamar? Tidak juga.

Sampai pada akhirnya Mafu berhenti di depan kamar mandi. Inderanya berhasil mendeteksi keberadaan orang di dalam. Maka, dia dengan mantap menggeser pintu kaca buram itu untuk terbuka.

"Ah..." Mafu dapat mendengar Soraru tersentak kaget saat pintu itu dibuka. Dari gelagatnya, terlihat sekali ibu muda ini sedang terdiam shock sebelum dia datang. Maka Mafu mengalih pandang pada putrinya, yang masih berdiri di depan sang ibu dengan gestur cemas, bingung, dan sedikit takut. Sepertinya dia sedang dimandikan. Tapi...

Mafu juga melihatnya. Dan jadi ikut terkejut karenanya.

Organ yang mencuat itu, mereka berdua sama-sama tahu persis hanya satu jenis perempuan yang memilikinya.

"Kayaknya, kalau kayak gini... Hare-chan gak perlu tes second gender..." gumam Soraru agak lirih.

-

-

-

"Aku lagi nyabunin bagian sekitar situ tadi. Tiba-tiba keluar sendiri..." cerita Soraru pada Mafu sambil duduk di sofa ruang tengah.

Mafu mengalih pandang pada pintu kamar putrinya. Sejak selesai mandi tadi, Hare sama sekali tidak keluar kamar. Mafu khawatir, tentu saja. Si kecil pasti juga shock sekali. Meski masih belia, dia sudah di umur tahu bedanya antara laki-laki dan perempuan.

Soraru mengelus pundak suaminya. Mafu sedikit terkejut, lalu memandang senyum lembut sang istri. "Coba kau hibur dia? Siapa tahu Hare-chan akan merasa lebih baik."

Jawab berupa anggukan diberi. Mafu kemudian berjalan mendekati pintu itu dan mengetuknya perlahan. "...Hare-chan?"

"..."

"Papa mau masuk, boleh?"

Hening. Mafu hampir-hampir menyerah ketika sayup-sayup telinganya dapat mendengar suara langkah kaki dari dalam. Perlahan pintu terbuka, menampakkan kepala kecil bersurai salju mengintip ragu-ragu.

Menyamakan ini dengan izin, Mafu mulai menapakkan kaki dalam kamar Hare. Si kecil menyilang tangan di balik punggung, persis seperti bocah ketahuan mencuri. Melihat ini, Mafu berlutut demi mengecup dua buah bakpau di wajah putrinya, dilanjut usapan lembut.

"Papa..." Hare akhirnya bicara, "Hare aneh, ya?"

Senyum hangat kembali dikulum bibir Mafu. "Aneh kenapa, Sayang?"

Sekarang Hare memilin kedua telunjuk. Sekali-sekali lirikannya dibuang ke samping. "H-Habisnya... Hare gak kayak perempuan yang lain... Temen Hare yang perempuan ga ada yang punya kayak Hare..."

"Itu karena Hare sama kayak Papa," ujar Mafu lembut. Tapi, jawaban itu tidak langsung membuat putrinya tenang.

"Tapi! Tapi, kan, perempuan yang kayak Papa juga jarang ada... Jangan-jangan, nanti Hare dijauhin temen-temen? Karena Hare aneh dan gak biasa...? Gimana kalau mereka jadi takut sama Hare?"

Tentu saja Mafu paham. Alpha perempuan itu sama langkanya dengan omega laki-laki.

Kali ini ditangkupnya pipi si kecil, membuat biru samudera yang bulat itu bersitatap dengan merah darah miliknya.

"Hare-chan... Sekarang Papa mau tanya, dong. Di kelas Hare, berapa anak yang Mamanya laki-laki?"

"Eh? Eum.... satu?"

"Terus, Mama Hare laki-laki apa perempuan?"

"Laki-laki..."

"Hare pernah liat Mama dijauhin orang, engga? Atau ada yang bilang aneh ke Mama?"

"Engga..."

"Hare pernah liat Mama minder terus menyerah?"

"Engga..."

"Terus, pernah enggak Hare lihat Mama sedih dan menyesal karena jarang ada laki-laki seperti dia?"

"Engga... Mama bilang, Mama bahagia bisa bareng sama Papa, terus bisa punya Hare..."

Papanya kembali tersenyum, "Tepat sekali! Karena Mama orang yang hebat. Bener, gak?"

Seketika manik biru samudera putrinya berbinar. Hare mengangguk dengan semangat. "Un! Mama Hare super hebat dan keren!"

Si ayah terkekeh pelan sambil sekali lagi mengusap lembut puncak kepala putrinya. "Lihat, kan? Meski Mama berbeda, Mama bisa jadi keren, tuh? Jadi nggak biasa berarti Hare unik. Kalau unik, Hare justru dikasih kesempatan untuk jadi orang yang keren juga."

"Lagipula, kalo Hare-chan alpha, berarti Hare-chan sama kayak Papa. Tau apa artinya itu?"

Terlihat putrinya sibuk berpikir. Sampai kemudian bibir mungil itu berceletuk, "Banyak tingkah, kelakuannya nyeleneh, dan bikin orang sakit kepala?"

Jleb!

Tembus hati nurani Mafu.

Jadi begitu imejnya di mata sang putri? Gawat.

Mafu berdehem, menenangkan batinnya sendiri yang agak terguncang. Setelah itu, ia kembali memasang wajah ceria untuk sang putri. "Itu artinya, Hare-chan saaaaangat kuat!"

"Ooo!!" Biru safir itu berbinar. Mafu melanjutkan kalimatnya, "Kalau Hare-chan kuat, Hare-chan bisa lebih mudah untuk melindungi orang-orang yang Hare-chan sayangi."

"Sama seperti Papa melindungi Mama dan Hare?"

"Yup, seperti itu!"

Syukurlah, Mafu dapat mendeteksi bara semangat lagi dari si kecil. Dibuktikan dari ikrar lanjutan yang lalu diucap putrinya itu. "Yosh! Kalau gitu, nanti kalau sudah besar, Hare yang akan balik lindungin Papa dan Mama! Dan Luz! Dan Om Hoshino! Dan adek juga! Terus, Hare juga akan lindungin teman-teman Hare dari orang jahat!"

"Nah betul! Semangat itu yang Papa suka!"

Mafu mengacung tangan, mengajak Hare melakukan tos kesepakatan. Maka satu lagi janji kecil mereka terbentuk. Hare dan Mafu tertawa. Sang ayah mengangkat tubuh kecil putrinya, menggendong berputar seperti pesawat.

Sementara dibalik pintu, Soraru tersenyum. Ia lega masalah selesai dengan cara yang manis seperti ini.

Dan lagi, Mafu mengatakan dirinya hebat dan keren. Ia sama sekali tidak menyebut bahwa dulu Soraru menderita karena dikucilkan dan direndahkan. Mafu memberi penekanan, bahwa menjadi minoritas tidak berarti kau berbeda. Semua punya kelebihan, punya kesempatan, dan dapat menjadi versi terbaik dalam hidup mereka.

Soraru bersyukur, dapat membentuk keluarga sehangat ini bersama orang yang sangat ia cintai.

-

-

-

Hare telah berangkat ke alam mimpi ketika waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Saat itulah Soraru dan Mafu yang sedang beberes dapur dikejutkan suara pintu depan terbuka.

Mereka melihat sosok bersurai abu-abu cokelat susu berjalan cepat dengan kepala tertunduk. Soraru dan Mafu baru akan menyambut dengan kalimat selamat datang, tetapi anak yang masih dibalut seragam SMA itu keburu menutup pintu kamar dengan keras.

Pelik. Tak biasanya sang adik begini.

Mafu dan Soraru saling pandang. Apa terjadi suatu masalah?

Lantas, dua sejoli baru menyadari, ternyata bocah itu tak sendirian. Sosok pemuda bersurai cokelat kayu yang masih tergugu di depan pintu masuk dihampiri oleh pasangan itu.

"Kain-kun," panggilan Soraru menyentak si pemuda, "Luz-kun kenapa? Apa terjadi sesuatu?"

Pemuda yang dipanggil Kain itu tergagap, "A-aah... itu..."

Pasangan ini kembali saling pandang. Sudah seperti telepati, tanpa koordinasi verbal mereka sepakat membagi kubu. Soraru segera mempersilakan Kain masuk ke ruang tamu sedangkan Mafu pergi menuju kamar Luz.

Mafu mengetuk pelan pintu kamar sang adik, sambil sesekali memanggil namanya. Nihil. Luz sama sekali tidak memberi tanggapan. Begitu saja sudah cukup membuat si albino mengerti bahwa usaha pasif begini bakal berakhir percuma. Karena itu dia berdecak, lalu keluar lewat pintu belakang.

Luz sedang termenung sendiri selagi merebahkan raga di tempat tidur ketika tiba-tiba ia mendengar suara kaca remuk yang halus. Hal selanjutnya yang ia lihat, adalah kaca jendela kamarnya yang sudah hancur oleh sang kakak.

"N-NII-CHAN?! Kenapa lewat situ??"

"Kalo yang kuancurin pintunya, nanti Hare-chan kebangun." Tanggap Mafu dengan wajah santai.

"Ngga, bukan gitu maksudnya. Lagian gimana kacanya pecah tanpa suara--" Luz sempat berhenti sejenak. Ia menyadari keberadaan serpihan busi di tangan sang kakak.

Ah, Luz lupa kakaknya ini mantan kriminal.

"Haah..." maka sang adik melengos, memijit jembatan hidungnya. Mafu dengan enteng membuka kunci jendela yang kacanya sudah remuk itu, kemudian melompat masuk. "Ini kalo Soraru-san tau, mampus aku," gumam si albino.

"Makanya gausah pake cara maksa..."

"Makanya kamu yang bisa diajak kerjasama! Kau sama sekali ga ngerespon panggilanku yang ketok-ketok pintu. Aku kudu gimana, coba? Terpaksalah aku berlagak maling begini."

Menggaruk tengkuk, Luz membuang pandang ke arah lain. Mafu menghela napas, kemudian bergerak mengusap bahu sang adik yang saat ini hanya beda dua senti darinya.

"Gak kerasa kamu sudah segede ini. Padahal rasanya baru kemarin kamu merengek karena gak kubolehin makan eskrim pas pilek."

"Nii-chan..."

Senyum lembut dan wajah teduh itu memantik kelenjar airmata di pelupuk mata Luz. Belum lagi, bibir itu kemudian berbicara dengan lembut, "Ada masalah apa? Luz mau cerita ke Nii-chan?"

Maka pemuda bersurai kelabu itu memeluk kakak albinonya. Isakan lirih samar terdengar. Mafu tak bicara apapun lagi. Hanya elusan lembut pada punggung lebar si adik yang dia beri penuh perhatian dan kasih sayang. Sampai akhirnya, masih terisak Luz bicara.

"Nii-chan..." suaranya sedikit serak, "...Apa patah hati itu... rasanya memang sesakit ini...?"

Tersenyum tipis, tangan Mafu bergerak mengelus puncak surai keabuan milik Luz. Ia biarkan bahunya basah oleh tangis sang adik. Biar bagaimanapun, sebesar apapun Luz sekarang, dia tetaplah seorang adik kecil di mata Mafu.

"Ini teh Chamomile. Diminum dulu, Kain-kun," Soraru meletakkan cangkir yang masih menguarkan uap hangat di depan si pemuda surai kayu.

Kain mengangguk pelan. "Makasih, Soraru-san..."

Diseruputnya pelan minuman itu. Hangat. Tidak terlalu manis, tapi tidak pahit juga. Rasanya segar dan lembut meski ini bukan minuman dingin. Seketika kepala Kain yang semula kalut berkabut, kini terasa jernih dan tenang.

Soraru tak menyuruhnya bicara, apalagi cerita. Pria muda itu hanya tersenyum selagi beberapa saat kemudian menyodorkan sepiring kukis kayu manis kacang mede ke hadapannya. "Rasanya pas dengan tehnya, loh. Cobalah."

Kemampuan orang ini meluluhkan hati mangsanya, benar-benar mengerikan.

Aura menenangkan itu secara pasif berhasil mempersuasi lidah Kain untuk bergerak. Dengan inisiatif, ia memilih bicara terlebih dahulu.

"Apa Luz pernah cerita kalau dia punya gebetan, Soraru-san?"

Sedikit melebar biru samudera itu. Soraru menggeleng sangsi, "Tidak, sepertinya aku dan Mafu tidak tahu soal itu."

Mengambil sekeping kukis, Kain sempat menikmati sejenak sensasi manis yang sedikit pedas di lidahnya, sebelum kemudian melanjutkan cerita. "Luz sebenarnya diam-diam naksir sama salah satu teman sekelas kami. Luz tak punya keberanian untuk mengungkapkan perasaannya. Tapi Luz diam-diam selalu melindungi anak itu, hadir saat dia butuh pertolongan, bahkan sering jadi tempat curhat juga. Lama-kelamaan, rasa suka di hati Luz semakin membuncah dan bersemi..."

"... Tapi hari ini, anak itu dengan riang bercerita bahwa kakak kelas yang dia sukai menyatakan cinta padanya."

Mau tak mau, ingatan Kain kembali bergulir ke senja tadi. Saat ia dan Luz bersama teman sekelas mereka itu berjalan bersama untuk pergi ke kafe demi mengerjakan tugas kelompok bersama.

"Luz-kun, Kain-kun, kalian tahu, tidak?" Rambut panjang halus bergelombang itu indah tertiup angin senja.

Kain inisiatif bertanya, "Kau kelihatan senang sekali. Ada hal bagus apa hari ini?"

"Fufufu~" berputar sekali, gadis itu kemudian berujar senang, "Hari ini, aku senang sekali, loh! Hot news! Kalian pasti bakal terkejut kalau dengar ini!!"

Kemudian dengan senyum secerah matahari, gadis itu berkata lantang, "Tadi siang, Yasuda-senpai menyatakan perasaannya padaku!"

Kain tercekat. Jantungnya terasa berhenti.

"Kami resmi pacaran! Gimana? Keren, kan??"

Refleks, ekor matanya melirik Luz, sang sahabat. Matanya memanas mendapati sudut bibir itu terangkat. Luz dengan senyum terkembang, menanggapi, "Woaah sugoii!! Yokatta nee, Ayumi-chan! Cintamu berbalas!"

"Un! Un! Arigatou! Kamu memang temanku yang paling baik, Luz-kun!"

"Ciee ciee~~ jangan lupa pajaknya, ya!"

"Ish! Apaan, sih, pake minta pajak segala!!"

"Ahahahaha! Ayumi-chan jelek banget kalo ngambek!"

Tidak, bodoh! Kenapa kau tertawa?!

Kain benar-benar mencelos, karena dirinya paham betul ada remuk yang kentara dibalik senyuman lebar dan candaan meledek itu. Mereka sudah bersahabat sejak kecil. Mana mungkin Kain tidak hafal seluk beluk pemuda surai kelabu ini?

"Aku ngga apa-apa, Kain," tutur Luz saat mereka tinggal berdua saja.

"T-tapi, Luz--"

"Aku ngga apa-apa, sungguh." Seulas senyum tipis, kentara menutupi perih nan sesak di dada. "Ayumi-chan bahagia, kan? Itu cukup untukku, kok."

Mengeratkan genggaman pada cangkir, Kain tertunduk. "Meski dia bilang begitu, saya tahu kenyataannya hatinya hancur. Dia jadi lebih diam. Saya ikut sedih melihatnya begitu."

"Tapi, dimataku kau lebih kelihatan lega, tuh?"

Perkataan Soraru barusan membulatkan mata Kain. Sejenak setelahnya, wajah yang sempat mendongak itu tertunduk lagi dengan tatap pias. "... Haha, kelihatan, ya?"

"Suamiku pas kasmaran dulu nggak kelihatan bedanya darimu, kau tahu?"

Soraru dapat melihat anak itu menggigit bibir bawahnya kuat. Si raven tersenyum tipis. Raganya kemudian sedikit bergeser, mengusap bahu pemuda itu. "Kenapa kau tidak mencoba terus terang?"

Menggeleng pelan, Kain menjawab, "Tidak, Soraru-san. Saya tahu diri. Saya... tidak mungkin menjadi pasangan Luz."

Kemudian pemuda surai kayu itu berdiri. "Sudah jam segini. Saya pulang dulu, ya, Soraru-san," dia pamit. Sedikit kagok, Soraru menanggapi, "A-Ah... Un. Mau bawa kukisnya?"

"Tidak usah repot-repot, Soraru-san. Saya permisi dulu."

Sebelum meraih pintu depan, panggilan lembut Soraru kembali berhasil membuat Kain menoleh. Raut perhatian yang terlihat cemas itu...

Tak dapat Kain pungkiri, hal ini adalah salah satu aspek yang membuat dirinya sedikit banyak iri dengan sang sahabat.

Suara bariton yang lembut kembali menyadarkan dirinya. "Aku tidak punya hak untuk ikut campur. Kain-kun pasti punya pemikiran sendiri. Tapi, tidak ada salahnya, kok, sekali-sekali mengumpulkan keberanian untuk bersikap jujur...."

"...Luz-kun jadi seperti itu, karena dari awal dia tidak jujur, kan?"

Sepasang manik cinnamon Kain melebar. Soraru kembali tersenyum padanya.

"Sudah larut. Hati-hati di jalan, ya, Kain-kun."

Melangkah beberapa meter dari gerbang rumah itu, Kain menengadah menatap kanvas hitam sang langit. Sejenak napas beruap tipis terhembus. Kain menggumam sendiri, "Udaranya sudah semakin dingin, ya..."

Sejenak ia termangu, sebelum pada akhirnya mulai melangkah mencari taksi.

"Aku tahu diri, kok. Aku benar-benar tahu diri."

*-*-*

Bagi Kain, Luz adalah mataharinya.

Ayahnya sangat kasar sejak dia kecil. Berbagai siksaan diterima raga mungilnya tanpa ampun. Tak terurus, tak punya teman, itulah Kain.

Kain tahu benar, di mata sang ayah ia tak lebih dari sekadar pendosa. Beban yang membuat ayahnya hidup sulit dan terbelenggu.

"Kenapa harus istriku?? Kenapa bukan kau saja, bocah tengik!!"

Kalau bisa, aku juga maunya begitu, tahu?

Kain ingin menghilang saja rasanya. Bukan sekali dua kali ide bunuh diri terlintas dalam otak kecil yang seharusnya masih polos. Kain ingin cepat mati, agar dia tak perlu terus seperti ini.

Tapi...

"Hei, ayo kita menangkap kumbang lagi!"

Mata bulatnya membelalak. Netra violet cemerlang itu telah menyihirnya.

"Kain-kun sudah dapat kelompok buat tugas musim panas? Kelompokan sama aku aja, yuk!"

"Huwaaa gomen Kain! Kemarin Nii-chan kumat... Aku baru bisa ngabarin kamu sekarang. Aku tanggung jawab, deh! Kain gausah ikut mikir, biar aku yang kerjain tugasnya!"

"Nii-chan sama Soraru-nii mau liburan musim panas, jadi rumah kosong. Nginep tempatku yuk?"

Untuk pertama kali, ia begitu tenggelam pada seseorang. Anak itu begitu bersinar. Persis cahaya yang benderang.

Padahal, anak penghuni unit lima lantai empat itu dikatakan adik dari sosok paling ditakuti di tempat mereka. Tapi, Kain tidak menyangka sama sekali bahwa anak itu secerah ini.

Dan dia semakin kaget sekaligus iri, mengetahui 'sosok menyeramkan' dalam rumah anak itu, merupakan orang-orang paling hangat yang pernah ia temui. Yang selalu merentangkan tangan mereka untuknya. Kain bersyukur, dapat menjadi teman dan sahabat bagi orang seperti Luz.

Setidaknya, begitu pada awalnya.

Mana ia tahu lama kelamaan rasa sayangnya pada sang sahabat akan berkembang ke arah lain?

Tapi tentu saja, Kain tahu diri. Ia tak mungkin bersanding dengan sang sahabat.

"Nii-chan bilang tanpa tes sebenernya udah jelas, sih... Tapi yah, formalitas. Aku Alpha! Kalo Kain?"

Kelu sejenak lidah itu. Kain tersenyum tipis. "Aku juga udah jelas tanpa tes, kok. Aku... Beta."

***

To be Continued...

Sekali-sekali Kafka coba lah masukin ship ini. LuzKain sudah lama berkarat TvT

Yep, pasangan satu ini adalah yang paling bikin gereget di lapak ini. Bayangin aja satunya denial soal perasaannya, yang satu gak pekanya nauzubilah sampe kadang bikin emosi.

Senra Teenage Utaite to Kain belike: first time?

Oiya, kalo kalian cukup peka, sosok Kain ini sebenarnya beberapa kali Kafka munculin di Book yang pertama. Remember?:)

Dan dari chapter ini kita belajar. Pengalaman panjang dan rasa sakit masa lalu itu membentuk karakter seseorang. Terlihat jelas dari betapa dewasa Mafu sama Soraru di chapter ini. Bagaimana cara mereka ngehandle masalah dengan baik, itu gak luput dari asam garam kehidupan yang mereka pernah alami.

So, kalo sekarang kalian lagi terpuruk, cheer up, guys! Jadikan itu batu loncatan. Soraru sama Mafu aja bisa bangkit, masa kita engga? Yuk, bisa yuk!

-

-

-

Eniweys--

-

-

-


Uh-huh. Itu beneran. Kafka beneran bukak fanmerch sale AtR edisi spring. Yg follow Kafka di IG pasti udh tau soal ini. Aanndd.... Kalian yang baca book ini, punya sebuah privilege loh, gengs.

Apaan tuh?

Yup. Kalian Kafka kasi liat katalog fanmerchnya duluan sebelum Kafka post di IG sekitar hari minggu atau Senin nanti.

Jadi, apa aja nich produknya? Mari cek di bawah ini:))

Yak jadi ada dua tipe gengs. Yg satu barang ready stock, satunya lagi pre order. Untuk bukunya butuh pengerjaan sekitar 7-14 hari, jadi sabar-sabar deh yang berniat pesan. Tapi sumpah. Kafka pas cetak sample aja terharu. Bagus gengs bukunyaa:"""

Foto realpict notebooknya:

Tampak depan👆

Tampak belakang👆

Isinya polos;))

Ini untuk contoh foto real buat artprintsnya:

Ini photocard glitternya:


UwU

Untuk sticker sheet masih dalam proses pengiriman:"" makanya kemungkinan Kafka baru bisa buka sale minggu depan:""(

-

-


Nah, kalo yang ganci akrilik-enamel ini rilisnya terpisah, ya. Nanti sekitar akhir-akhir april jika tidak ada kendala. Tapi kemungkinan besar, Kafka akan rilis ganci ini malah di bulan Mei. Karena apa?

Libur lebaran:)) yakali Kafka gak nikmatin liburan. Itu berlaku jg buat PO notebooknya. Terakhir PO akan Kafka tutup tgl 25 April, karena percetakannya juga mau libur idul fitri.

Tapi buat notebook, nanti Pre Order akan Kafka buka lagi insha Allah bareng perilisan gancinya. Jadi kalian gausa khawatir belum punya uang ato begimana👌 lain lagi dengan artprints sama sticker set. Mereka limited srock, dan Kafka ga akan restock untuk dua item itu (bikinnya lama cok males nunggunya--)

Betewe itu desain gancinya lucu banget, serius😭😭 Kafka sampe mo jejeritan saking unyunya:""""" jadi itu ntar utk karakter bahannya akrilik, tapi di bagian bawah bakal dikasih bandul sakura bahan enamel gitu. Terus pengaitnya Kafka pake sakura clasp, jadi makin berasa tema springnya, deh!

-

-

-

UH-huh. Freebiesnya pun ada seriesnya, loo! Kafka akan kasih random untuk setiap pembelian. Dan freebies ini juga jumlahnya terbatas😣 Semakin banyak item yang kalian beli, jumlah freebies yang akan kalian dapat bakalan makin banyak.

Fanmerch sale ini bisa mulai kalian akses Senin atau Selasa minggu depan, tanggal 11/12 April 2022 di shopee. Akun shopeenya akan Kafka kasih tahu di IG kemudian👌

Satu privilege lagi, wahai kalian pembaca lapak ini. Kalian Kafka kasih intip pricelist buat merchnya👀

Pricelist:

-Artprint: 15k per pcs, bundle 4 pcs 45k
-Sticker set: 35k per set
-Glitter Photocard: 10k per pcs, bundle 5 pcs 40k
-Hardcover notebook isi 100 lbr: 50k
-Acrylic - enamel keychain: 40k per pcs (mumpung ini masi bulan mei, cuss kalian nabunglah dari sekarang:)))

Segitu, gengs👆 Kafka tunggu orderan kalian yaa:)))

Dahlah. Malah jadi promosi--

Oke sekian dulu, ya, gaess. Sampai jumpa di apdetan berikutnya! Bubaii~~

April 7, 2022
-Sierrakafka-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro