Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

7) First Mission

Sekarang aku masih berada di Gunung Kagawa, menunggu datangnya nichirin dan seragam ku.

Tadinya Yuki-san ingin mengajak ku untuk pulang ke Kediamannya saja, tapi aku masih ingin berada di tempat ini, tempat dimana aku menjadi kuat.

Yuki-san dengan senang hati menemaniku, dia memang sensei yang baik.

Aku memetik beberapa buah apel yang segar dan ranum, aku menaruhnya dikeranjang dan membawanya pulang ke rumah kecil kami.

"Yuki-san, lihat lihat aku membawa apa! Apel lho!" Ucapku sambil memasuki rumah kecil kami yang nyaman. Dia menoleh dan tersenyum ke arahku, "Bagus (Name), aku juga sudah menangkap beberapa ikan untuk makan kita."

Yuki-san kemudian memasak ikan yang tadi dia tangkap, kami memang seperti ini kalau sedang di Gunung Kagawa. Kata Yuki-san sekalian latihan bertahan hidup, 'siapa tau nanti kamu terdampar di tempat yang tidak kamu kenal' begitu katanya.

"Ne, Yuki-san." Panggilku pada Yuki-san yang tengah memasak.

"Hm?" Sahutnya sambil menoleh ke arahku, "Ada apa (Name)?"

"Kenapa kau tidak pernah menceritakan masa lalu mu?"

Dia terlihat terdiam, dia menghentikan kegiatan memasaknya dan berbalik badan ke arahku, dia menatapku dengan manik ungunya yang menghangatkan.

"Kau akan tahu nanti (Name)." Jawabnya sambil terkekeh pelan, dia membenarkan posisi poni ku. "Poni mu berantakan (Name).."

Setelah selesai membenarkan posisi poni ku, dia kembali ke kegiatan semulanya. Aku hanya terdiam. Kenapa dia merahasiakannya dariku dan malah mengalihkan topik pembicaraan kami?

Ini aneh.

Sepertinya ada sesuatu yang Yuki-san sembunyikan, tapi aku tak berhak memaksanya untuk mengatakannya.

Akhirnya aku pun memutuskan untuk mengupas apel-apel yang baru saja ku petik tadi.

Hening.

Itulah suasana yang tengah menyelimuti kami berdua. Yuki-san terlihat tenang dan santai, sedangkan aku mengalami masalah saat mengupas apel-apel itu. Seperti pisaunya terkena jariku, ataupun aku yang tak sengaja ikut mengupas daging apelnya juga.

Yuki-san melihatku dan terkekeh pelan. "Jangan tertawa!" Ucapku kesal.

"Permisi!! Apakah ada orang yang bernama (Fullname) didalam?!"

Kami sontak menoleh ke arah pintu yang digedor-gedor oleh seseorang. Karena dia memanggil-manggil nama ku, aku langsung saja membuka pintu.

"(Fullname) itu aku, ada apa ya?"

Aku melihat seorang bocah cebol- ekhm maksudku, aku melihat seorang anak kecil yang memakai topeng memberikanku bungkusan yang diselimuti kain.

"Ini nichirin mu (Last Name)-sama! Aku disuruh mengantarkannya!" Ucapnya semangat, aku terkekeh pelan melihat tingkahnya yang menurutku imut itu.

"Ah, terimakasih. Namamu siapa?" Tanyaku lembut. "N, namaku Kotetsu (L, Last Name)-sama!!" Katanya sambil gelagapan, aku menepuk kepalanya pelan dan mengajaknya masuk.

Yuki-san terkaget saat melihat Kotetsu, Yuki-san kemudian memeluk Kotetsu erat. "Lama tidak bertemu Kotetsu-san!"

"R, rin-sama, sesaakk!" Ucap Kotetsu sambil meringis kesakitan karena dipeluk terlalu erat oleh Yuki-san.

Aku memutuskan untuk tidak menghiraukan mereka dan membuka bungkusan yang menyelimuti nichirin itu.

Aku memegang nichirin itu, perlahan-lahan nichirin itu berubah warna menjadi warna biru langit yang transparan.

Kotetsu sontak terkejut saat melihat nichirin ku yang berubah warna, "Aneh sekali! Ini baru pertama kalinya aku melihat nichirin berwarna seperti itu semenjak nichirin nya Rin-sama!"

Aku terkejut saat mendengar perkataannya, apa nichirin ku tidak normal atau semacamnya?

"Tunggu, tadi kau bilang nichirin nya Yuki-san juga berwarna aneh?" Kataku heran, Kotetsu mengangguk.

"Aku tidak tau siapa yang mengasah nichirin ini, aku hanya disuruh mengantarkannya saja!" Ucap Kotetsu.

Aku hanya mengangguk dan mulai mengayunkan nichirin ku pelan, Kotetsu dan Yuki bertepuk tangan. "Uwooh, aku tak pernah mengayunkan nichirin sebelumnya!" Kata Kotetsu terkagum-kagum, nichirin ku memantulkan cahaya karena warnanya transparan dan itu membuatnya terlihat indah.

"Kaaakk! Kaaakk! (Fullname) akan menerima misi pertamanya bersama Kamado Tanjirou, Agatsuma Zenitsu, dan Inosuke Hashibira Kaaaakk! Tunggu lah di kaki Gunung Sagiri Kaaaakk!"

Aku pun mengangguk dan mulai mengganti baju dengan seragamku, tak lupa haori ku yang berwarna putih polos. "Selamat jalan (Name)! Semoga berhasil! Aku akan pulang ke Kediaman Kristal dan menunggumu disana." Ucap Yuki-san sambil melambaikan tangannya ke arahku. Aku tersenyum dan melambaikan tanganku ke arah mereka berdua.

Misi pertama, aku datang!

.

.

.

.

.

Aku menunggu didepan kaki Gunung Sagiri seperti yang gagak itu katakan. Tak lama, aku melihat seorang anak laki-laki bersurai hitam kemerahan sedang berjalan ke arahku sambil membawa sekotak kayu di punggungnya.

"Halo! Apa kau yang bernama (Fullname)? Sudah menunggu lama ya?" Ucapnya sambil tersenyum manis ke arahku, "Aku Kamado Tanjirou! Salam kenal!"

"A, ah. Salam kenal, aku (Fullname), Kamado-san." Ucapku, dia terkekeh dan mengatakan, "Tanjirou saja!"

"Ah, baiklah Tanjirou.." Ucapku mengulum senyum untuknya, dia tersenyum dan menggandeng tanganku, "Ayo kita berangkat!"

Sontak, wajah ku memerah karena perlakuannya kepadaku, tapi aku hanya diam dan membiarkan tanganku digandeng olehnya.

Kami pun berjalan ke arah tenggara bersama.

Hening. Itulah suasana yang tengah menyelimuti kami.

Aku sebenarnya ingin mengajak Tanjirou ngobrol, tapi aku ragu. Aku pun menatap iris matanya yang berwarna merah gelap itu.

Merasa ditatapi, dia menoleh dan menatapku dengan hangat, "Kenapa (Name)?".

"Ah, tidak.. aku hanya merasa aneh.." Jawabku pelan, dia mengangguk dan mengatakan bahwa dia juga merasa hal yang sama.

"Aahhh!! (Name)-chaaaan!!!"

Karena aku merasa terpanggil, aku menoleh ke belakang. Seorang laki-laki bersurai pirang berlari ke arahku sambil meneriakkan namaku. Dia menghampiriku dan memelukku dengan erat.

"Z, zenitsu?" Panggilku pelan, dia mengangguk-angguk seraya mengucapkan, "Kau mengingatku (Name)-chaaann~!!"

Aku hanya diam, tak membalas pelukannya atau mengucapkan apapun, Tanjirou melongo melihat kami berdua.

"Ne, ne (Name)-chan!!~" Panggilnya sambil mengusel-usel wajahnya ke kepalaku. Aku memang lebih pendek darinya, makanya dia bisa melakukan hal itu.

"Ayo kita menikaaahh!!~~"

"HAH?!!"

Aku terkaget dengan ucapannya yang sangat, sangat, sangat frontal itu. Wajahku memerah karena lamaran- ekhm, yang bisa jadi lamarannya itu yang mendadak sekali.

"Hei!! Apa-apaan kau tiba-tiba mengajak (Name) menikah begitu?!" Bentak Tanjirou kepada Zenitsu dengan amarah yang meluap-luap, namun Zenitsu tak peduli dan terus memohon kepadaku agar menikahinya.

"Aku mau menikah sebelum aku mati nanti (Name)-chaaaann!!~~ Huwaaaa!! Nikahi aku (Name)-chaaann!!~~~" Rengeknya sambil terus mengusel-usel wajahnya ke kepalaku. Aku hanya diam, tidak tahu harus menjawab apa.

Tanjirou menatap kami berdua dengan kesal, aku menatap Tanjirou sembari memberi kode meminta tolong kepadanya. Tanjirou yang menyadari kode dari ku langsung memisahkan Zenitsu dari ku.

"Eeeeehhh??!! Siapa kau yang berani mengganggu ku hah?!!" Ucap Zenitsu sambil menunjuk-nunjuk ke arah Tanjirou. "Harusnya aku yang bertanya begitu! Ngapain kau mengganggu (Name) Hah?!!" Balas Tanjirou.

Aku bingung harus apa, Zenitsu masih terus memelukku dan Tanjirou berusaha memisahkan Zenitsu dan aku.

"Sana kau!! Kami ingin pergi ke arah tenggara tahu!" Ucap Tanjirou yang akhirnya berhasil juga menarikku dari pelukan maut milik Zenitsu. Zenitsu pun marah dan akhirnya mereka bertengkar.

"Arah Tenggara.. Ahhh!! Kau juga seorang pemburu iblis ya?!!" Teriak Zenitsu menggelegar kemana-mana, aku menutup telingaku segera.

"Ya.. dan kita harus pergi ke arah Tenggara bersama.." Ucapku, Tanjirou dan Zenitsu saling menatap satu sama lain, "APAAA?!"

"Tapi (Name)! Burung gagak itu hanya memberi tahu kalau kita hanya akan berangkat berdua saja!" Bantah Tanjirou, "Aku tidak mau pergi dengannya!" Lanjutnya lagi.

"Eeeeehh~?! Tapi aku hanya ingin pergi misi dengan (Name)-chaaan!!" Bantah Zenitsu sambil menunjuk-nunjuk ke arah Tanjirou, "Dia hanya pengganggu untuk kita (Name)!".

"Hmm.. Kalau tidak salah, kita juga harus pergi bersama satu pemburu iblis peringkat sepuluh, sama seperti kita.. Kalau tidak salah, namanya.. Hashibira Inosuke." Jawabku. Zenitsu melongo sedangkan Tanjirou menghela nafas lega, "Untung saja ada satu orang lagi.. Misi kali ini menjadi lebih mudah." Kata Tanjirou.

"Tidaaaakk!! Sudah ada dia dan ada satu orang pengganggu lagi?!" Teriak Zenitsu sambil menunjuk-nunjuk ke arah Tanjirou. "Namaku Kamado Tanjirou!" Ucap Tanjirou kesal.

"Lagipula kau merepotkan burung pipit mu tahu!" Kata Tanjirou sambil menunjukan seekor burung pipit yang berada diatas kepala Tanjirou.

"Sejak kapan kau tahu soal Chuntaro?!"

"Dia tadi mendatangiku tahu, apa kau tidak sadar?"

"Sejak kapaan?!!" Teriak Zenitsu menggelegar.

"Katanya burung pipit ini, 'Dia selalu begitu, setiap ada misi pasti dia akan kabur entah kemana. Itu sangat merepotkanku.' Begitu."

"Haaahh?!! Kau mengerti bahasa burung?!" Teriak Zenitsu, Tanjirou mengangguk.

"Sudahlah kalian berdua, ini perintah dari Oyakata-sama tahu." Ucapku sambil melangkahkan kakiku meninggalkan mereka berdua.

"Aaaah! Tunggu aku (Name)/(Name)-chan!!"

.

.

.

.

.

"Apa tempatnya disini?" Kata Tanjirou sambil melihat ke sekitarnya, Zenitsu berada dibelakang ku sambil bersembunyi.

Kami telah sampai di tempat yang gagak ku katakan, di sebuah gunung yang berada di arah tenggara.

"Aku mencium bau yang tidak pernah kucium sebelumnya.." Ucap Tanjirou sambil mengendus-endus aroma rumah itu, aku kebingungan melihatnya. Bagaimana dia bisa mencium bau itu?

"Ah.. aku juga mendengar suara yang aneh didalam rumah itu.." Ucap Zenitsu sambil terus mendengar suara itu. Aku beralih menatap Zenitsu sambil kebingungan.

"Aroma? Suara?" Tanya ku kebingungan, mereka tidak menjawabku dan lebih fokus kepada indra mereka masing-masing.

"Hiks hiks."

Mendengar suara tangisan, aku pun menoleh ke belakang.

Ada dua anak kecil yang sedang menangis sambil saling memeluk satu sama lain.

"Tanjirou, Zenitsu, ada dua anak kecil disini." Ucapku, mereka sontak menoleh. "Ah, benar.. ada anak kecil.." Ucap Tanjirou.

Tanjirou mendatangi kedua anak kecil itu, kedua anak kecil itu bergemetar dan melangkahkan kaki mereka ke belakang saat Tanjirou semakin mendekat ke arah mereka.

Tanjirou terdiam sejenak saat melihat kedua anak kecil itu yang bergemetaran. "Hei, mau melihat sesuatu?" Tanya Tanjirou sambil tersenyum ke mereka.

"Taraa! Lihat, burung pipit! Dia lucu kan?" Ucap Tanjirou dengan nada yang ceria. Dia menunjukan Chuntaro kepada mereka berdua, kedua anak kecil itu menjatuhkan kaki mereka dan mata mereka mulai berkaca-kaca.

"Tolong ceritakan kepadaku." Kata Tanjirou serius, aku hanya mengamati percakapan mereka saja. Sedangkan Zenitsu semakin bergemetaran.

"I, itu.. itu rumah monster.." Ucap si anak laki-laki, si anak perempuan mengangguk-angguk. "Kakak kami diserang dan diculik oleh monster itu.. kami mengikuti jejak darah kakak kami dan sampailah kami disini.." Jelas si anak laki-laki.

"Bagus, kalian sudah berusaha!" Ucap Tanjirou sambil mengelus kepala mereka.

BRUUUUKKK!!

Tiba-tiba saja, seorang pria keluar dari lantai dua rumah itu dan terjatuh ke tanah dengan berdarah-darah.

Aku menghampiri pria itu segera dan segera menyiapkan obat-obatan yang kubawa. Zenitsu semakin gemetaran, giginya bahkan sampai bergemeletuk keras. Sedangkan Tanjirou memeluk kedua anak itu agar tidak melihat kejadian yang seharusnya tidak mereka lihat.

"Akhirnya.. aku.. bisa keluar.. dari sana.." Ucap pria itu terbata-bata, akumemeluk pria itu dan mendengarkan kata-katanya dengan teliti.

"Apa.. aku akan.. mati disini..?"

"Tidak! Aku akan berusaha menyelamatkan anda dengan obat-obatan yang ku punya!" Bantahku dan mengambil obat-obatan yang kupunya.

"Tidak usah.. aku akan.. mati disini.."

"Aku.. akan mati.. disini.."

Itu merupakan kata-kata terakhirnya yang ku dengar, aku beruraian air mata. Merasa gagal, kenapa aku tidak datang lebih cepat?

Iblis sialan.. mereka juga yang membunuh keluarga ku..

Maaf kan aku, aku akan menguburmu nanti. Maaf kan aku!

Setelah selesai berdo'a, aku pun berdiri aku pun melangkahkan kaki ku masuk kerumah itu.

"Tunggu dulu (Name)-chan! Tungguu akuu!!" Jerit Zenitsu lalu mengikuti ku ke dalam. Sedangkan Tanjirou sedang berbicara kepada dua anak kecil itu dan menaruh kotak kayu yang dia bawa ke dua anak kecil itu.

Aku memegang sarung nichirin ku erat.

Kemarilah kalian, dasar iblis jahanam.
















TBC

Yihaaa! New chap! Maaf minggu kemarin author ga update T^T) /nangis

Tapi sebagai gantinya, author menulis chapter ini yang panjang!

Dan kemungkinan besok Author juga bakal update lagi, mungkin lhoo yaa~

Jaa, see ya next chap! Luv ya!












Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro