5) New Year
Tak terasa, aku sudah menjalani latihan super-berat ku dari Yuki-san selama 3 bulan penuh. Tak terasa juga sih.
Kau tahu? Yuki-san ternyata adalah seorang sensei yang tegas dan galak. Dia bahkan tidak memberi hari libur padaku sedikitpun.
Tapi, ternyata latihan darinya itu sangat efektif! Aku bahkan bisa mengalahkan satu oni dihutan.
Ah, iya. Aku menjalani latihanku di Gunung Kagawa, itu artinya, aku 3 bulan penuh di Gunung Kagawa bersama Yuki-san. Yang berati, aku sama sekali tidak pulang ke kediaman Kristal. Yuki-san juga sudah meminta libur kepada Oyakata-sama untuk melatihku dengan keras.
Tidak kusangka, orang yang selalu tersenyum ternyata adalah orang yang tegas, disiplin, dan galak.
Tiap harinya, aku selalu tidur jam 10 malam dan bangun jam 3 pagi.
Awalnya aku tidak terbiasa, tapi lama kelamaan terbiasa juga. Badanku menjadi lebih sehat karena selalu bangun pagi-pagi.
"(Name)!" Panggil Yuki-san kepadaku yang tengah membakar ikan untuk makanan kami berdua.
"Ya, Yuki-san? Kenapa?" Tanyaku pada Yuki-san. Yuki-san tersenyum, "Ayo kita pulang ke kediaman Kristal."
"EEEEEHHH?!! Beneran nih?!"
Yuki-san mengangguk dan tersenyum tipis, "Besok kan malam pergantian tahun, jadi kamu akan kuberi 2 minggu untuk berlibur."
Aku ternganga tidak percaya. Yuki-san? Memberiku hari libur? Apakah aku tengah bermimpi sekarang?
"Kamu juga butuh liburan, (Name). Maka dari itu, aku akan membawamu pulang ke kediaman Kristal."
"Yuki-san.. tidak sedang bercanda kan?"
Yuki-san menggeleng, "Tidak, aku serius. Kamu berhak mendapatkannya, (Name)."
...
YATTA!!
Aku berteriak didalam hati, lalu tersenyum lebar. Kalau difilm-film, mungkin aura disekitarku menjadi bunga-bunga.
Yuki-san tersenyum. Lalu, kami pun memakan menu makan malam kami dengan lahap, lalu tidur.
.
.
.
Aku sudah siap dengan haori ku yang berwarna putih-hijau cyan dan kimono ku yang berwarna peach, serta jepit rambut sakura ku.
Sip, beres!
Yuki-san sedang menata rambutnya, jadi aku memutuskan untuk membantunya agar cepat selesai.
"Ne, Yuki-san"
"Hm?"
"Yuki-san kenapa menjadi seorang pemburu iblis?"
"Karena aku ingin melindungi orang yang ku sayangi." Jawabnya sambil tersenyum tipis.
"Kalau kamu (Name)?"
"Aku.. sama seperti Yuki-san." Jawabku
"Ne, Yuki-san. Dulu Yuki-san tahu tentang organisasi Pemburu Iblis darimana?" Tanyaku penasaran, karena Yuki-san tidak pernah menceritakan kisah masa lalunya.
Yuki-san tidak menjawab sama sekali, dia hanya diam tidak berkutik. Tapi tangannya tetap bergerak menata si surai cokelat.
"Itu.. ra ha si a." Katanya sambil tersenyum manis, aku hanya menghela nafas kecewa. Sudah kuduga dia akan menjawabnya seperti ini.
Aku tetap membantu Yuki-san menata rambutnya. Beberapa menit kemudian, kami sudah selesai menata rambutnya. Ternyata, mengepang sebagian poni susah juga ya?
Yuki-san mengikat hasil kepangannya dengan ikat bunga berwarna biru. Ikat rambutnya cantik sekali.
"Yuki-san mendapatkan ikat rambut itu dimana?"
"Hm?"
Yuki-san terdiam sebentar, sepertinya ini menyangkut soal masa lalunya.
Yuki-san menunduk sambil tersenyum tipis, aku kebingungan dengan tingkahnya. Lalu, dia mengangkat wajahnya dan menatapku dengan manik ungunya yang menenangkan.
"Aku mendapatkannya dari orang yang ku sukai."
"Eeh?! Yuki-san mempunyai orang yang disukai? Siapa namanya? Dimana dia sekarang?"
Yuki-san tersenyum, "Dia sudah lama meninggal."
Eh?
"A, ah.. m, maaf Yuki-san."
"Iie, tidak apa-apa. Ayo berangkat (Name)."
.
.
.
.
.
"
Waahh, sudah lama aku tidak kemari!"
Aku menghirup udaranya yang segar dalam-dalam, lalu melihat ke sekitar. "Tidak berubah sama sekali ya!"
"Kamu pikir kita pergi selama itu kah?" Kata Yuki-san sambil tersenyum, aku malu karena ucapanku yang terkesan bodoh tadi.
"(Name), kamu boleh berkeliling sebentar. Aku akan membereskan barang-barang kita."
"Eh? Benarkah? Kalau begitu, terimakasih Yuki-san!"
Aku pun berkeliling sebentar, sambil mampir ke beberapa kediaman pilar yang ku kenal lumayan dekat.
Kecuali Sanemi-san.
Kau tahu? Saat kami mengunjungi rumahnya, dia terus saja menatapku dengan tajam. Aku takut sekali tau!
Yuki-san yang seakan mengerti maksudku langsung pamit dan menyeretku keluar.
Benar-benar menyeramkan.
Aku mampir ke toko dango yang cukup terkenal di daerah sini. Aku berpapasan dengan si Cebol kampret ini di toko dango.
Dia membelalakan matanya tidak percaya saat melihatku, apakah aku sejelek itu?
Oh! Aku tahu! Pasti dia merindukan ku!
"Kamu.."
Aku mengangguk-angguk paham, "Aku mengerti Cebol. Aku juga-"
"Kamu jelek sekali!"
"APA MAKSUDMU KURCACI?!!"
"Kenapa kamu kembali lagi sih? Kamu mengganggu pemandangan dengan wajahmu yang abstrak itu, tahu!"
"APA?! DASAR KAU KURCACI CEBOL!!"
"Kubilang, wajahmu abstrak!"
Sudah cukup, aku sudah tidak tahan dengannya lagi!
Aku pun mengambil beberapa tusuk dango dan membayarnya lalu melenggang pergi.
.
.
.
.
.
Aku berjalan melewati pasar dengan cepat. Sial sekali aku, baru datang malah bertemu dengan si Cebol!
Aku berjalan sambil bergumam tidak jelas, kesal dengan si Cebol itu.
BRUK!
"Uwaa! Maaf!" Ucapku yang tak sengaja menabrak orang, salahku memang, karena aku dari tadi terus memikirkan ucapan si Cebol itu.
"Tidak apa-apa! Dango mu terjatuh lho! Apa tidak apa?!"
Suara ini..
"Rengoku-san!"
Pria yang kutabrak ternyata adalah Rengoku Kyoujuro, sang Pilar Api. Dia selalu bersemangat dan ceria.
"Oh!! (Last Name)! Kau sudah kembali?"
"Iya Rengoku-san. Kata Yuki-san, dia memberiku hari libur khusus malam tahun baru ini." Ucapku sambil tersenyum, Rengoku-san mengangguk paham, "Ohh! Begitu!"
"Rengoku-san sendiri? Sedang apa disini?" Tanyaku heran, biasanya jam segini dia masih berlatih atau sedang ada misi.
"Aku juga libur!! Aku tidak pernah berlibur sebelumnya!" Jawabnya bersemangat, sepertinya dia senang sekali mendapatkan hari libur.
Aku terkekeh pelan, dapat kulihat wajah Rengoku-san yang sedikit memerah, lalu hilang begitu saja.
"Aku sedang pergi berkeliling! (Last Name), mari berkeliling denganku!" Tawarnya tetap dengan nada yang bersemangat, aku mengangguk mengiyakan. Toh, lebih seru kalau berkeliling bersama teman kan?
Mata Rengoku-san berbinar-binar, "Terimakasih! Kalau begitu, ayo kita berkeliling!!"
Rengoku-san berjalan sambil menggandeng tanganku. Wajahku memerah seketika karenanya.
"Um, etto, Rengoku-san.. kenapa menggandengku?"
"Hm? Kita kan sedang berada di pasar, makanya kugandeng tanganmu! Kau bisa-bisa hilang ditengah kerumunan orang!" Jawabnya.
Tuh, dengar (Name)! Kau tidak boleh berpikir terlalu jauh! Dia hanya tidak mau kamu tenggelam diantara kerumunan orang!
.
.
.
.
.
Kami pun berkeliling bersama, kami juga sempat memakan udon yang cukup terkenal itu. Kami beruntung, karena antrian warung mi udon itu cukup panjang.
Rengoku-san ternyata juga memiliki nafsu makan yang tinggi seperti Kanroji-san dan Yuki-san. Dia bahkan memakan 5 mangkuk udon.
Mungkin untuk beberapa perempuan, pria yang senang sekali makan akan terlihat menjijikan dan aneh bagi mereka. Tapi, bagiku itu lucu dan manis sekali.
Kawaii.. Batinku saat melihat Rengoku-san makan dengan lahap sambil berkata, "Enak! Enak! Enak!" Dan kalau sudah habis, dia akan mengatakan, "Tambah! Tambah! Tambah!"
Matanya yang seperti burung hantu itu makin membuatku gemas saja, ingin rasanya kucubit pipinya.
Akhirnya, tidak aku lakukan sih.
Selesai makan, Rengoku-san menawarkan dirinya untuk mengantarku pulang, awalnya aku menolak, tapi Rengoku-san terus memaksa. Akhirnya, aku mengiyakan.
Kami pun berjalan kearah kediaman Kristal. Jaraknya tidak terlalu jauh juga.
"Tadi asyik sekali ya (Last Name)!" Ucap Rengoku-san bersemangat, aku terkekeh pelan, "Iya, tadi menyenangkan sekali."
Kami berjalan sambil berbicara dengan satu sama lain, sesekali Rengoku-san juga melontarkan sebuah lelucon yang membuatku tertawa.
"Jaa, Rengoku-san! Semoga harimu menyenangkan!"
"Hm! (Last Name) juga! Semoga beruntung dengan latihanmu yang keras itu!!"
Aku pun masuk ke kediaman Kristal dan Rengoku-san pulang ke kediamannya.
"(Name), sudah pulang?"
Aku menoleh, ternyata Yuki-san yang memanggilku, "Ada apa, Yuki-san?"
"Ada apa denganmu dan Rengoku-san?" Tanya nya sambil tersenyum, seketika wajahku merona hebat.
"T, tidak kok Yuki-san!! Aku tidak mungkin punya hubungan khusus dengan seorang Pilar!!!" Ucapku dengan panik, Yuki-san terkekeh, "Bercanda kok."
Ah, ingin sekali aku mencubit pipi sensei sendiri.
"Oh iya, (Name). Nanti malam ada Festival Tahun Baru, aku akan pergi bersama para Pilar. Kamu mau ikut?" Tawar Yuki-san, aku mengangguk, "Mau!"
"Kalau begitu, kamu mandi dulu. Aku akan siapkan pakaianmu."
"Ha'i, terimakasih Yuki-san!"
.
.
.
.
.
A
ku sudah siap dengan kimono berwarna oranye muda dan sabuk kimono berwarna pink, serta aksesoris rambut- jepitan bunga yang cukup besar. Rambutku tetap digerai.
"Aku sudah siap, Yuki-san." Ucapku, Yuki-san mengangguk, "Ayo."
Yuki-san mengenakan kimono berwarna biru langit, sabuk kimono berwarna putih, dan model rambutnya yang digerai, membiarkan poni yang selalu dikepangnya itu ia jepit dengan jepitan biasa.
Dia tetap setia mengenakan haori nya.
Kami pun memakai sandal kayu (?) kami dan berjalan keluar rumah. Kami berjalan ke arah festival tahun baru yang berada di desa.
"Yukirin-chan! (Name)-chan!!" Panggil Kanroji-san, sang Pilar Cinta sambil melambaikan tangannya kearah kami. Kami pun menghampirinya.
Ada Kanroji-san, Kocho-san, Iguro-san, dan para Pilar lainnya.
Ah, ternyata ada satu tsuguko lagi, dia adalah Kanao Tsuyuri, tsuguko dari Kocho-san.
Satu, dua, tiga.. ... are? Kok si Cebol tidak ada?
"Kanroji-san, dimana si Ceb-- em, maksudku, dimana Tokito-san?"
"Dia? Aku tidak tahu, mungkin dia ada urusan." Jawab Kanroji-san santai, "Ayo (Name)-chan! Kita makaaan!!"
Kanroji-san menarik lenganku dan membawaku pergi, Yuki-san hanya tersenyum sambil melambaikan tangannya ke arahku dan pergi bersama Kocho-san dan Tsuyuri-san.
"Uwaah! Lihat, lihat (Name)-chan! Ada gurita bakaaar! Aku mauu!!"
Kanroji-san langsung melesat ke kedai gurita bakar, aku menunggunya didepan kedai. Namun, lama kelamaan kedai itu semakin ramai dan aku kehilangan Kanroji-san.
Sial, aku tersesat.
Aku mencari Kanroji-san ke setiap kedai makanan, tapi tidak ketemu juga.
"Kanroji-san!! Kanroji-san dimana?!" Teriak ku bak anak kecil yang kehilangan ibunya. Wajar saja, karena aku belum familiar dengan tempat ini.
Kembang api nya dimulai 15 menit lagi, tapi Kanroji-san mendadak hilang entah kemana..
"Kanroji-- Ummfhh!!"
Ada seseorang yang membekap mulutku, aku memberontak. Tapi kekuatan ku tidak sebanding dengannya. Dia membuka nya dan..
"CEBOL?!! NGAPAIN KA--"
"Berisik kau dasar wajah abstrak!!"
Dia menarik lenganku dan membawaku menjauh dari keramaian. Dia membawaku ke bukit yang terdapat kuil disana.
"Kembang apinya akan terlihat kalau disini, disana terlalu ramai." Katanya sambil duduk ditangga kuil tersebut, aku ikut duduk dengannya.
"Woi Cebol, tapi kenapa kau membekapku tadi hah?! Aku hampir tidak bisa bernafas tau!!"
Si Cebol terkekeh melihatku mengamuk seperti itu, aku tak mengerti, apanya yang lucu?
"Karena kau bodoh dan galak, kau pasti akan menolaknya jika ku ajak dengan baik-baik."
"Apa katamu?! Dasar Kurcaci Ceb--"
Grep
Aku terbelalak, sosok berambut hitam dengan ujungnya yang berwarna mint, memeluk ku dengan erat.
Dia memeluk ku dengan erat seakan dia akan kehilangan aku nantinya, dia membenamkan wajahnya dipundak ku dan menangis.
"O, oi, Cebol, kenapa kau menangis?" Tanyaku hati-hati, padahal tadi pagi dia terlihat baik-baik saja.
"Aku.. rindu.. aku rindu.. (Name).."
Sontak wajahku memerah karena ucapannya yang terlalu frontal bagiku.
"Rindu? Tapi tadi pagi kau malah mengejek ku kan?" Kataku sambil menepuk-nepuk punggungnya.
Dia tidak menjawab, tangisannya malah semakin menjadi-jadi. Aku semakin panik dan mulai memeluknya.
"Kau.. kesepian ya?"
Dia mengangguk pelan sembari memeluk ku. Aku menghela nafas pelan, "Kenapa kau tidak bilang, Tokito? Kalau kau bilang, kita bisa bermain bersama tadi."
"Habisnya.. hiks saat aku mau memberi (Name) dango dari kedai yang tadi pagi, (Name).. hiks kelihatannya asyik sekali dengan.. Rengoku-san." Katanya sambil terisak-isak, aku menggeleng-geleng.
"Maa, maa. Jangan menangis lagi, aku tidak akan pergi Gunung Kagawa lagi. Aku janji."
"Benarkah?" Tanya Tokito melepaskan pelukannya.
Aku mengangguk, mata Tokito berbinar lalu memeluk ku lagi.
Duar!
Kembang api sudah dinyalakan, warnanya indah sekali.
"Anu, (Name), mau.. mau dango?" Tanya Tokito malu-malu, aku mengangguk lalu memakan satu tusuk dango yang diberikannya.
Kami memakan dango sambil melihat kembang api. Benar-benar indah.
Sesekali, kami juga mengobrol dan saling bertukar candaan. Kami juga tertawa bersama.
Tokito yang malang, dia terlihat sangat kesepian saat aku pergi.
Apakah aku bisa minta kepada Yuki-san untuk berlatih di kediamannya saja ya? Karena Gunung Kagawa lumayan jauh dari sini.
Melihat Tokito, aku jadi ingin menemaninya. Dia butuh teman.
Bagaimana ini?
.
.
.
.
.
TBC
YEY! Spesial tahun baru! XD
Telat sih :") btw ini setting waktunya saat malam tahun baru kemarin ya.
Saya ingatkan ya, Mui disini masih berumur 12 tahun! XD dan Kyoujuro berati masih 18 tahun.
Maaf kalau sweet momentnya sama sekali ga dapet ;^;)
See chu next time readers!
- Sincerely, Yuzu.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro