第十四天 (14)
Fisika. Memang pelajaran kedua setelah matematika yang tidak logis. Well, Fisika masih lebih baik. Jangan sampai kelas dua belas nanti bertemu Kimia. Ia benci sekali pelajaran itu, bisa-bisa Sung Yi bertapa seratus hari di dalam gua untuk mencairkan otaknya yang sekeras batu.
Setelah pulang dari kafe tanpa bersama Darren—cowok itu bilang ada urusan bersama para kacungnya—Sung Yi masuk ke rumah sendiri lalu menemukan kakaknya yang masih belum kembali ke apartmennya di kota. Ia pikir tadi pagi si Idiot Sombong itu sudah pergi. Nyatanya, cowok itu masih ongkang-ongkang kaki di ruang sofa sambil mengunyah kacang kering.
"Kenapa kau belum kembali?" tanya Sung Yi sambil melepas sepatu dan meletakannya di lemari.
Kakaknya itu menoleh dan terkekeh, "wah, lihat. Kau belum libur, kan? Masih harus ujian ulang, kah? Maaf ya, aku hari ini sudah menikmati liburan musim panas. Jangan iri." Ia beralih kembali ke acara di TV. Dari dapur terdengar ibu sedang menyiapkan makan malam. Sung Yi mendecih sambil tertawa melihat kelakuan kakaknya.
"Aku tidak ujian ulang ya. Enak saja. Aku justru sedang belajar materi baru bersama temanku." Sung Yi melempar wajah hendak masuk ke kamarnya sendiri, tapi langkahnya tertahan oleh bunyi bel rumah.
"Eh, Sung Yi, bantu bukakan pintunya," sergah kakaknya tanpa menoleh. Sung Yi hendak menyemburkan kata-kata sebelum bunyi bel kembali terdengar dan kali ini teriakan ibu dari dapur menyuruh Sung Yi menghentikan Sung Yi yang mau mengomel.
Bagaimana pun, adik kecil tidak punya kuasa. Apa lagi masih sekolah.
Sung Yi berjalan malas dengan tas menenteng di tangannya. Ia melangkah ke teras cepat-cepat, lalu membuka pagar tertutup itu.
"Selamat malam..."
Mata Sung Yi langsung tertegun begitu melihat seorang gadis setengah baya berdiri di depannya dalam balutan gaun selutut berwarna oranye muda. Rambut gadis itu ikal dan panjang. Memakai riasan tipis tapi tak menutupi wajahnya yang murni cantik. Gadis itu menatap Sung Yi sambil tersenyum.
"Eh, cari siapa..?"
"Apa ini benar rumah keluarga Sung?"
Refleks Sung Yi mengerjap cepat.
"Aku mencari Sung Hee.."
Astaga, ini pacar kakakku?
Kembali ditatap gaya berpakaian gadis itu. Hampir seperti mimpi, bagaimana bisa seorang barbie berakhir bersama kakaknya yang idiot?
"Ah, iya iya. Silakan masuk. Kak!! Pacarmu datang!" Sung Yi berteriak sambil menutup pintu pagar kembali. Ia mempersilakan gadis itu jalan lebih dulu sebelum kakaknya dari dalam berteriak samar, "suruh dia masuk!"
Sung Yi memutarkan bola matanya, tapi gadis itu tertawa kecil.
"Maaf ya, kakakku memang tidak tahu sopan santun."
"Ah, aku sudah biasa." Gadis itu mengelak pelan dan sopan.
"Bagaimana sudah biasa? Kalian sudah berapa lama?"
Sung Yi membuka pintu teras sambil terus mengoceh.
"Mungkin delapan bulan?"
"Waseh..." Hebat sekali kakaknya. Kalau si Idiot Sombong yang Jelek itu bisa dapat pacar secantik ini, apakah Sung Yi seharusnya juga bisa menggaet seorang.. Alan?
"Kenapa? Kau sedang memikirkan sesuatu?" tanya gadis itu ramah. Ia berdiri di tempat sebelum Sung Yi kembali mempersilakannya masuk ke ruang tengah. Suara TV dari dalam samar-samar terdengar. Sung Yi agak terkekeh sambil melirik ke dalam. Si Idiot nampaknya tak sadar, tapi lebih baik bertanya sekarang.
"Itu... Aku penasaran, bagaimana kalian bisa... jadian." Sung Yi merapatkan bibirnya sambil menahan napas. Ia melirik kecil ke arah pacar Sung Hee yang tergelak pelan.
"Teman kecil, apa kau sedang berusaha mendekati seseorang juga?" Mata gadis itu berbinar, membangkitkan antusias Sung Yi yang langsung melejit ketika diberi lampu hijau.
"Bagaimana kakak tahu?" Kalau seandainya Sung Yi bisa mendapat beberapa tips untuk memulai suatu hubungan, kakaknya lah contoh yang paling mudah ditiru.
"Karena mungkin aku pernah diposisimu?"
Sung Yi mengibaskan tangannya, "bagaimana bisa? Kau sangat cantik, kak! Menakjubkan malah. Aku bahkan tidak percaya kau mau dengan kakakku yang begitu."
"Kakakmu baik, itu sudah cukup. Omong-omong, apa kau sudah menyiapkan sesuatu untuk memasang amunisi yang pas mendekati cowok yang kau suka?"
"Itu permasalahannya, kak," sepintas Sung Yi menyentuh rambutnya yang kering dan kaku, "aku suka tidak yakin jika aku cukup membuat dia menyukaiku."
Jari-jari berkutek gadis itu menyentuh rambut Sung Yi. Ia meraba seakan memastikan sesuatu.
"Ini mudah," kata Kakak itu, ia beralih sambil tersenyum cerah, "aku bantu bagaimana?!"
Sung Yi tidak bisa menahan antusiasnya. Setelah ia mengangguk, mereka berdua pun masuk ke rumah. Sung Hee memeluk pacarnya yang ternyata bernama Tian Mei itu, menyapa ibu lalu sambil mengacuhkan kencan di hari pertama libur mereka, Sung Yi mengajak Tian Mei ke kamarnya untuk melakukan perombakan besar-besaran.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro