Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Cup 21

Kaki Kevin berjalan cepat menuju tempat pacarnya berada. Hari ini, ia ingin menghabiskan sore bersama. Bukan tanpa alasan Kevin memilih hari ini. Sudah tiga bulan lamanya mereka bersama. Dan setiap bulannya Kevin selalu memberikan yang terbaik. Dan pada bulan ini pun Kevin ingin memberikan yang berbeda dari sebelumnya.

Tapi yang ditemukannya membuat hari yang seharusnya menjadi hari yang spesial berubah seratus delapan puluh derajat. Pacarnya sedang berpelukan dengan laki-laki lain. Lagi, Kevin sangat mengenal laki-laki tersebut.

"Naura."

Panggilan Kevin membuat perempuan berambut sebahu lurus itu terkejut dan melepaskan pelukan. Ketika berbalik, Naura terlihat sangat panik mendapati Kevin berada tak jauh di belakangnya. Berbeda sekali dengan orang yang memeluk Naura, bersikap biasa tidak seperti orang yang baru saja kepergok.

"Kevin?! Tunggu! Ini ngga seperti yang kamu kira--"

"Kita putus."

Setelah mengucapkan dua kata tadi, Kevin pergi meninggalkan mereka.

~OoOoO~

Sejak tadi, Kevin memperhatikan lapangan dari lorong lantai dua. Tapi dia sama sekali tak memperhatikan kegiatan yang terjadi di lapangan. Pikirannya terus kembali pada kejadian dua tahun yang lalu, lebih tepatnya ketika Kevin masih kelas sembilan di SMP.

Pacar pertamanya, sekaligus patah hati pertamanya. Dan terima kasih juga kepada Naura dia berubah menjadi sosok playboy seperti sekarang. Ini semua karena Jerremy yang kembali mengingatkannya akan perempuan itu.

Seketika kelas di belakangnya menjadi ramai. Kevin mengerutkan keningnya. Harusnya jam istirahat seperti sekarang, semua penghuninya sudah berada di kantin. Kecuali bagi mereka yang membawa bekal atau tidak punya uang. Kevin pun penasaran dan memasuki kelas.

"Apaan nih? Kok, berisik banget?"

"Kalo gitu sama Kevin aja."

Hah?

Kevin melongo di depan pintu. Tak ada angin, tak ada hujan, namanya tiba-tiba disebut. Sudah pasti dirinya kebingungan. Kevin mencoba mencari seseorang yang bisa menjelaskan situasi yang sedang terjadi.

"Gimana, Vanila? Mau, kan?"

Mendengar nama pujaan hatinya disebut, Kevin langsung mencari keberadaanya. Tak butuh waktu lama karena Vanila berada di bangkunya bersama Rani seperti biasa.

"Gue baru masuk, eh! Jangan asal sebut nama gue! Jelasin dulu apaan, nih?!"

"Makanya jangan keseringan keluar kelas! Kita lagi ngomongin pensi."

Sorakan candaan dikeluarkan oleh semua penghuni kelas untuknya. Sekarang, Kevin tak mempedulikan hal itu. Yang menjadi pikirannya adalah namanya dan Vanila disebut tadi.

"Terus apa hubungannya sama gue?" Tanya Kevin.

"Nah," ketua kelas mengambil alih, "kelas kita, kan, disuruh buat partisipasi di pensi sama bu Siska. Beliau bilang seenggaknya, kelas kita nampilin satu pertunjukan. Kebetulan kemarin kita liat Vanila nyanyi bagus banget, jadi kita mau Vanila buat tampil buat pensi. Tapi dianya ngga mau. Jadi, lo ikut tampil bareng Vanila. Siapa tau dia mau."

"Lah? "

"Soalnya lo doang yang bisa yakinin Vanila," bisik ketua kelas agar tak terdengar yang lain.

"Lagian lo bisa ngambil kesempatan ini biar banyak cewek yang makin suka sama lo."

Kevin tak setuju dia tampil agar menarik perhatian kamu hawa. Tapi, dia mendapat ide dari kesempatan yang diberikan ketua kelasnya. Oke! Dia akan mengambil kesempatan yang diberikan.

~OoOoO~

"Silahkan masuk."

Seiring dengan sambutan Kevin, Vanila dan Rani ikut memasuki rumah Kevin. Mereka ke sini untuk berlatih di pensi yang akan dilaksanakan dua minggu dari sekarang. Tadi Vanila tidak mau untuk berpartisipasi di bagian acara sekilah tersebut. Dia takut jika ditengah pertunjukkan lupa lirik atau sebagainya. Setelah Kevin berkata akan tampil bersamanya, dia berpikir ulang dan menerima permintaan dari teman sekelasnya. Setidaknya, memikirkan ada Kevin di sampingnya saat di atas panggung membuat hatinya sedikit tenang.

Kevin mempersilahkan mereka duduk di sofa yang berada di ruang tamu. Kevin izin ganti baju serta mengambil gitar di kamarnya dan meninggalkan kedua perempuan tersebut di ruang tamu.

"Ternyata Kevin itu anak orang kaya," komentar Rani.

Vanila diam-diam menyetujui. Mereka sempat tercengang melihat besarnya rumah Kevin dari luar. Mengetahui dalamnya lebih membuatnya lebih terkejut. Perhatiannya terkunci pada beberapa bingkai foto yang terdapat di nakas panjang dekat sofa. Salah satunya merupakan foto Kevin waktu kecil, jika Vanila kira sekitar umur delapan tahun.

Kevin yang ada di foto iti terlihat sangat bahagia. Matanya berbinar dengan senyum lebar sambil membuat pose peace ke arah kamera. Seragam sepak bolanya yang kotor dan bola di salah satu tangannya menunjukkan jika foto ini diambil setelah Kevin bermain sepak bola.

Kebahagian yang ada di foto menular ke Vanila. Mengetahui sosok kecil Kevin membuat Vanila merasa selangkah lebih dekat dengan Kevin. Di sampingnya terdapat salah satu bingkai yang menghadap bawah. Vanila bangun dari sofa dan mendekati bingkai tersebut hendak memperbaiki posisi foto tersebut.

Isi dari foto itu adalah Kevin kecil sedang memeluk wanita yang memeluknya balik. Vanila langsung menyimpulkan jika wanita itu adalah ibu Kevin. Entah apa yang membuat Vanila berpikir begitu.

"Vanila lagi ngapain?"

Vanila menaruh bingkai yang dipegangnya ke nakas. "Lagi ngebenerin ini aja."

Rani membulatkan mulutnya tanpa bersuara. Sejujurnya, dia bosan berada di sini. Dia hanya mengikuti Vanila karena takut meninggalkan Vanila dan Kevin sendirian.

"Sorry, ngga lama, kan?" Kevin menuruni tangga dengan gitar ditangannya. Seragam yang tadi sudah berganti menjadi kaos hitam dan celana bahan mocca selutut.

Sampai di anak tangga paling bawah, Kevin menyadari kalau Vanila memegang foto yang tak seharusnya di sana. Kevin mendekati Vanila dan langsung mengembalikan bingkai foto itu menghadap ke bawah, sehingga foto tersebut tak terlihat.

"Ayo mulai latihan."

Kevin menarik Vanila kembali ke sofa. Rani bingung tapi tak terlalu peduli. Berbeda dengan Vanila yang memperhatikan tangannya yang tadi bersentuhan dengan tangan Kevin. Lalu Kevin dan Vanila mulai berdiskusikan lagu apa yang akan mereka nyanyikan nanti dan mencoba memainkan beberapa lagu. Kevin memetim gitar sesekali mencoba improvisasi. Rani hanya memperhatikan dan sesekali merekam kegiatan mereka. Lumayan untuk mengisi instagram Vanila yang masih kosong.

Disaat latihan itu, Devan turun dari tangga sambil menguap. Kemudian menggaruk rambutnya yang berantakan sehingga terlihat semakin berantakan. Matanya menyipit ke arah Kevin yang berjarak cukup jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Kacamatanya ditinggal di kamar jadi Devan tak bisa melihat dengan jelas.

"Vin, itu cewek?"

Kevin menghentikan petikannya dan menoleh cepat ke arah tangga. "Lo pikir cowok mana yang make rok sekolah di rumah orang?"

"Gue, kan, cuma nanya. Sewot amat jawabannya." Devan mencibir.

"Temen lo udah dibuatin minum belum?" Devan menanyakan hal tersebut karena tahu adiknya itu pelupa. Dan tebakannya benar.

"Saya buatin minum dulu buat kalian, ya."

Devan sudah berjalan ke dapur tanpa menunggu persetujuan Vanila maupun Rani. Ketika Devan sudah tak terlihat, Rani langsung menarik Kevin keluar rumah.

Rani bertanya, "tadi itu abang lo?!"

Kevin mengangguk. Di detik berikutnya Kevin baru tersadar hal lain dibalik pertanyaan Rani. Seringai muncul di wajah Kevin.

"Lo suka bang Devan?"

"Jadi namanya Devan, ya?"

Kevin anggap itu sebagai iya.

"Kenalin dong gue sama abang lo!"

"Boleh aja," Kevin menjeda ucapannya, "tapi lo harus bantuin gue."

"Oke! Gue harus bantu apa?" Rani sudah mulai tidak sabar.

"Bantu gue pdkt sama Vanila."

Otak Rani berpikir untuk menolak tawaran Kevin. Tak mungkin dia mengorbankan Vanila untuk kepentingannya sendiri. Apalagi mendekatinya dengan Kevin, orang yang tidak disukainya.

"Gue bisa bantu lo biar tahu seluk beluk soal bang Devan. Dari jadwal, kebiasaan, sama hal kecil kayak makanan kesukaannya. Bahkan, gue bakal bantu biar bang Devan suka sama lo. Gimana?"

Tawaran yang sangat menggoda.

" ... setuju!"

Kevin mengulurkan tangannya untuk berjabatan tangan dengan Rani. Perempuan itu membalas jabatan tangan Kevin. Dengan ini, Kevin semakin dekat dengan tujuannya mendapatkan hati Vanila.

~OoOoo~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro