MAMMON/GREED
Manusia cenderung ingin memiliki banyak hal. Terkadang hal2 yg diinginkannya bahkan sudah melebihi apa yg seharusnya didapatkannya. Dan itu membangkitkan ketidakpuasan yg menciptakan keserakahan. Tak jarang seseorang berubah menjadi licik dan culas, saat ketamakan mulai mendominasi hatinya. Apabila itu mulai muncul, maka hanya tinggal menunggu waktu dosa lain ditarik olehnya. Lalu kemudian kaupun terjebak dalam kesalahan yg dibawa sang MAMMON
•
•
•
•
•
•
•
Kihyun menoleh pada Minhyuk yg tertawa keras didepan TV. Berita pembunuhan oleh seorang pengusaha muda yg menjadi penyebabnya. Kihyun tahu pasti alasan namja itu mengurai tawanya. Namun tetap saja dia merasa kesal dengan euphoria berlebihan sahabat iblisnya itu.
"Berhentilah Min, itu bahkan bukan sesuatu yg lucu jadi hentikan tawamu" merasa sudah sangat terganggu dengan tawa itu, Kihyun-pun buka suara
"Itu memang bukan berita lucu, tapi berita yg menyenangkan. Aku jadi tak tahan untuk tidak memuji kehebatanku karena apa yg dilakukan manusia bodoh itu" sempat menoleh pada Kihyun, Minhyuk kembali menatap layar TV
"Kau tahu Ki, saat aku menyuruhnya merebut yeoja itu dengan uang yg dia miliki. Namja itu dengan mudahnya setuju. Dan...ketika itu gagal, dengan raut putus asa dia kembali padaku. Lalu kukatakan, singkirkan penganggu itu. Dan kau lihat...dia benar2 menyingkirkannya. Kupikir dia benar2 dalam puncak nafsunya. Sehingga tanpa berpikir lagi, membayar pembunuh untuk menyingkirkan lawannya hanya agar dia mendapatkan yeoja itu. Tapi apa...dia bahkan tak mendapatkan apapun" Minhyuk mengakhiri kalimat panjangnya dengan tawa keras
"Kau tahu Ki...sejak awal aku melihat matanya aku tahu itu bukan cinta. Dia hanua bernafsu mendapatkan keindahan yeoja itu, tapi membungkusnya dengan kata cinta seolah dia tulus. Dan terbukti...dia masuk kedalam jeratku" setelah mengarahkan tubuhnya menghadap Kihyun, Minhyuk berujar dengan bangganya
"Kau tak harus bangga dengan apa yg kau lakukan Min. Kau tahu kan kau juga dikirim padanya karena memang dia memiliki nafsu yg harus kau permainkan. Itu sudah tugasmu, dan kau harus berhasil bagaimanapun caranya. Jadi berhenti bersikap seperti Lucifer, dengan menyombongkan hasil kerjamu" gerutu kesal Kihyun membalas celoteh panjang namja manis dihadapannya
Senyum yg semula terus menghiasi wajah Minhyuk memudar karena ucapan ketus Kihyun.
"Kurasa Hyunwoo hyung benar tentangmu. Kau memang sudah tertular sifat Wonho hyung" Minhyuk melipat tangannya didepan dada
"Hey...sejak kapan kau memanggilnya begitu?" Kihyun menatap lekat Minhyuk
"Sejak hari ini" Minhyuk beranjak setelah mengucapkan itu
"Min....jangan lakukan itu, jangan bersikap akrab dengan mereka. Itu menyebalkan Min, MIN!" Kihyun berteriak diakhir kalimatnya karena Minhyuk terus melangkah mengabaikan seluruh ucapannya
Baru saja Kihyun akan mengejar Minhyuk. Cincin namja itu bersinar tanda dia memiliki seorang target. Menahan kesalnya, Kihyunpun bangkit setelah mendengus kesal. Dan cepat berlalu meninggalkan kediaman itu untuk menemui sang target.
°☆°
Kihyun menahan langkah seorang namja, dengan berhenti tepat didepan tubuhnya. Membuat namja yg dihalangi jalannya oleh Kihyun, menatap namja mungil didepannya dengan tatapan heran.
"Choi Junhong-ssi" alis namja dihadapan Kihyun bertaut kini, karena sapaan Kihyun
"Kau...mengenalku?" Dengan tatapan heran namja bernama itu bertanya
"Tentu saja...kau ini salah satu putra dari Zelo company, jadi bagaimana mungkin aku tak mengenalimu" ekspresi wajah namja dihadapan Kihyun berubah tak baik karena ucapannya itu
"Darimana kau tahu hal itu? Apa kau orang suruhan istri ayahku?" Mendekatkan sedikit tubuhnya pad Kihyun, Junhong bertanya
Kihyun membalas dengan gelengan, bersama senyum yg terkembang dibibirnya.
"Tidak Junhong-ssi, aku bukan pesuruhnya" sanggah namja manis itu kemudian
"Aku tahu fakta itu, karena memang seharusnya aku mengetahuinya. Dan itu...tak ada hubungannya dengan siapapun. Termasuk istri sah dari presedir Choi" lanjut Kihyun
"Jangan berbohong" Junhong tak percaya
"Kenapa aku harus berbohong padamu? Apa itu berguna?" Sambut Kihyun masih mempertahankan senyum diwajahnya
"Choi Junhong-ssi...meski ayahmu kaya, kau tetaplah orang yg tak memiliki apapun. Karena kau bukan putra sah keluarga Choi. Jadi kurasa...berbohong padamu tidak akan memberi keuntungan padaku. Jadi untuk apa aku membuat kebohongan padamu" kata2 Kihyun dibalas kebungkaman Junhong
"Jadi...jika itu tidak menguntungkan mu, kenapa kau datang padaku membawa fakta itu?" Sedikit curiga, Junhong mencaritahu
Kihyun tak segera menjawab, dia terlihat melebarkan senyumnya seraya melipat tangan didada.
"Karena aku mau membantumu, mendapatkan apa yg harusnya kau dapatkan" ujar Kihyun kemudian
"Ne?" Kening Junhong berkerut "memangnya apa yg seharusnya kudapatkan?" Tanyanya kemudian karena merasa bingung
"Keluarga, dan...."
°☆°
Junhong tersenyum, karena kehangatan keluarga yg didapatkannya. Hal yg selama ini tak pernah dia terima, sebab selama ini namja itu harus hidup terasing dari seluruh keluarganya. Karena status Junhong sebagai putra simpanan sang ayah.
"Kau bahagia?" Sebuah suara membuat Junhong menatap sosok yg entah sejak kapan sudah ada disisinya
"Hyung..." dengan senyum hangat, Junhong menyapa Kihyun sosok yg berujar padanya
Kihyun yg semula menatap lurus, segera mengarahkan tubuhnya penuh menghadap Junhong.
"Bisa diterima dengan baik oleh keluarga Choi, apa kau merasa bahagia?" Anggukan cepat Junhong membalas pertanyaan Kihyun
"Ne...kau benar hyung, aku merasa bahagia" jelasnya yg membuat Kihyun tersenyum tipis
"Jadi kebahagiaanmu hanya sebatas ini?" Ujaran itu membentuk kerutan dikening Junhong
"Medapatkan segelas air dari sebuah danau, benar2 membuatmu merasa bahagia?" Melihat sang lawan bicara bingung, Kihyun kembali melanjutkan kata2nya
"Apa maksudmu hyung, aku tak mengerti" Junhong yg masih bingung, tak bisa menahan diri untuk bertanya
Tak segera menjawab, Kihyun memilih mengitari tubuh Junhong. Membiarkan pandangan namja itu terus mengarah padanya. Sebelum kemudian berhenti dihadapan namja itu setelah satu putaran penuh.
"Kau hidup menderita selama ini Junhong-ssi, lalu...setelah penderitaan panjang itu akhirnya kau mendapat sebuah keluarga. Tidakkah terlihat sangat tidak adil, jika kau hanya menerima sambutan baik dari mereka. Sementara...kau bisa memiliki apa yg saudara2mu miliki" urai Kihyun penuh maksud
"Memangnya...apa yg mereka miliki hyung?" Belum benar2 paham, Junhong kembali bertanya
"Saudara2mu itu...memiliki kekayaan dari keluarga Choi. Dan dengan apa yg mereka miliki, kehidupan mereka dijamin oleh kekayaan itu. Sedangkan kau...kau tak memiliki apapun, selain sambutan baik keluargamu. Lalu...bagaimana kau bisa puas dengan itu. Sementara tanpa memiliki apapun dari keluarga Choi, sewaktu2 kau bisa ditendang pergi dari rumah itu" jawab Kihyun yg perlahan melenyapkan tanda tanya dibenak Junhong
Namja itupun membatu, menyelami setiap kata yg diurai Kihyun padanya.
"Kau bisa menerima lebih banyak Junhong-ssi. Jadi kenapa kau harus puas pada kehangatan yg belum tentu tulus itu. Bagaimana hal sementara itu bisa dengan mudahnya membuatmu bahagia, disaat...ada banyak hal yg seharusnya bisa kau dapat setelah penderitaan panjangmu" sadar sang lawan bicara mulai terhasut, Kihyun coba menumbuhkan keserakahan dihati Junhong
"Setidaknya mereka harus membayar sedikit penderitaanmu Junhong-ssi. Karena terlalu tak adil jika kau tak mendapatkan sedikitpun dari apa yg mereka punya setelah kau menderita sangat banyak" menyentuh bahu Junhong, Kihyun coba mengarahka namja dihadapannya pada kesalahan yg seharusnya namja itu hindari
Junhong menatap lekat Kihyun karena itu. Dan segera disambut senyum tipis namja mungil dihadapannya.
"Kalau begitu haruskah aku mengambil sedikit dari mereka?" Anggukan pelan Kihyun membalas pertanyaan itu
"Ne...ambillah sedikit" Kihyun berujar penuh maksud
Junhong mengangguk paham mendengar itu, menjadikan senyum Kihyun semakin mengembang.
"Baiklah...kurasa...aku harus mengambil bagianku" tukas Junhong yg dibalas sorak kemenangan didalam hati Kihyun
°☆°
Junhong menunduk dalam dihadapan tuan Choi. Dengan wajah memelas, namja itu tak coba berujar apapun saat dua saudaranya mengurai amarah didepan sang ayah.
"Aboji...kurasa sebaiknya biarkan aku kembali ketempatku saja" dengan tubuh gemetar, Junhong menatap sang ayah. Setelah kakak tertuanya selesai mengursi kalimat panjang yg menyudutkan Junhong
"Kenapa kau harus kembali?" Dengan ekspresi wajah yg nampak tak baik, tuan Choi bertanya
"Karena aku tak ingin membuat omma juga dua hyung-ku terluka" cairan tipis menghiasi sepasang netra Junhong
"Sejak awal aku adalah bagian dari kesalahan, dan seharusnya aku tak berada disini. Karena berada disini hanya akan membuat orang2 yg kusayangi terluka, jadi..." Junhong menunduk, seraya mengigit pelan bibir bawahnya
"Aku tak ingin melukai siapapun lagi aboji, jadi...." suara isak Junhong terdengar "biarkan aku pergi saja" bahu Junhong bergetar kuat
Kedua putra tuan Choi menatap tak suka Junhong. Namun sang ayah justru nampak sedih dan segera menghampiri Junhong. Cepat dia memeluk erat Junhong, membuat namja itu semakin terisak keras.
"Menginginkan sebuah keluarga adalah sebuah kesalahan untukku aboji, karena itu kurasa aku tak berhak memilikinya" diantara isaknya, Junhong berujar
"Tidak Junhong-a...itu bukan kesalahan, jadi jangan menganggap itu kesalahan. Kau berhak memiliki keluarga, karena kau memilikinya" mengusap punggung lebar Junhong, Tuan Choi berujar
"Tapi aboji..."
"Sudah cukup, aboji paham perasaanmu" tuan Choi memenggal ucapan Junhong "jangan salahkan dirimu, karena ini adalah kesalahan aboji. Semua terjadi karena aboji, jadi berhenti menyalahkan dirimu"
"Aboji" Junhong berujar tanpa suara
Senyum getir tuan Choi membalas itu, bersama tubuhnya yg perlahan mengarah pada dua putranya.
"Aboji pikir kita harus bicara serius" ucap tuan Choi membuat dua putranya sesaat saling memandang
"Junhong pergi kekamarmu, karena aboji harus bicara dengan dua hyung mu
Tanpa banyak membantah, Junhong berlalu dengan tatapan tertunduk. Membiarman dua putra tertua keluarga Choi mengantar kepergian namja itu dengan tatapan sinis. Hingga akhirnya Junhong meninggalkan ruangan tersebut.
°☆°
Suara pintu kamar yg terbanting keras membuat Junhong terkejut. Dengan wajah takut diapun segera menatap dua hyung nya, yg sudah berada dikamar miliknya.
"Hyung..." dengan suara bergetar, Junhong berujar
"Selamat Choi Junhong, selamat...karena kau berhasil meraih semuanya. Tidak hanya kepercayaan aboji, tapi juga kekayaan yg kau inginkan" sinis putra pertana keluarga Choi
"Hyung...apa maksudmu?" Junhong menatap bingung hyung-nya
"Jangan memasang wajah polos Choi Junhong, karena itu tak berpengaruh pada kami. Kau mungkin bisa menipu semua orang dengan wajah tak berdosamu, tapi tidak dengan kami" kali ini putra kedua keluarga Choi yg bersuara
"Melihatmu sekarang, aku jadi tahu bagaimana ibumu menggoda aboji kami" tangan Junhong menggepal kuat mendengar kalimat sinis tersebut
"Hyung...jangan membawa2 ommaku" Junhong memperingatkan
"Whae? Apa menyakitkan mendengarnya?" Senyum sinis tertangkap netra Junhong yg saat itu menatap lekat sang lawab bicara
"Bukankah seharusnya kau sudah biasa, karena...kupikir orang2 sudah sering mengatakan hal buruk tentang ibumu karena kelakuan rendahnya" ucapan itu membuat Junhong semakin mengepalkan jemarinya
"Bukankah dia belajar dengan baik dari ibunya, hyung. Dia...memamfaatkan aboji kita seperti ommanya"
"Ani...dia tak belajar, dia hanya mengikuti instingnya sebagai keturunan rubah" sindiran itu disambut derai tawa kecil dari kedua putra tuan Choi
"Tak bisakah kalian berhenti menghina ommaku hyung" Junhong terlihat kesal karena ucapan dua hyungnya
"Mulailah darimu" balasan itu didapatkan Junhong "mulailah berhenti untuk mendapatkan apa yg bukan milikmu. Maka kami akan berhenti memandang rendah yeoja rubah itu"
"Aku tak pernah mencoba meraih apapun hyung, aku hanya..."
"Hey keturunan rubah" putus putrs pertama keluarga Choi "berhenti berbohong, disaat kami sudah menangkap ekormu"
"Hyung, aku tidak..."
"Kami beri kau satu minggu, untuk mengubah keputusan aboji menyerahkan sahamnya untukmu. Lakukan itu kalau kau mau kami kembali mempercayaimu" kalimat peringatan itu, kembali menahan ucapan Junhong
"Tapi jika kau tidak melakukannya, maka kau benar2 mewarisi kelicikan ibumu. Dan karena itu, kami tak akan coba bersikap baik lagi padamu"
"Sudah cukup omma kami yg terluka karena fakta pengkhianatan aboji. Kami...tak akan membiarkan diri kami terluka karena itu" Junhong menundukkan pandangannya mendengar itu, bersama jemari yg mengepal
"Hyung...kita pergi" langkah menjauh didapati Junhong yg masih menunduk
Sedetik kemudian suara pintu dibanting keras membuatnya mengadah.
Ditatapnya lirih pintu kamar yg kini sudah tertutup rapat. Sebelum kemudian menghias wajahnya denga seulas kurva tipis.
"Lalu aku akan mengunakan waktu yg kalian beri untuk mendapat lebih banyak dari itu" ujar Junhong pada kosong
Junhong melebarkan senyum diwajahnya, dengan tatapan yg menatap lurus pintu kamarnya.
"Aku akan menghancurkan kalian, sehancur2nya. Lalu menguasai semua yg sudah seharusnya kumiliki" dengan mata yg terlihat syarat akan keserakahan, Junhong berujar rendah
Diantara senyap, Junhong mengembangnan senyum penuh arti. Sama seperti halnya sosok Kihyun yg berdiri tenang tak jauh dari kediaman keluarga Choi.
"Berhasil?" Sebuah suara membuat Kihyun yg semula menatap lurus bangunan mewah dihadapannya, segera berpaling
"Kyun" sambutnya pada Changkyun, rekan kelompoknya
"Sepertinya kau memecahkan rekormu sendiri hyung. Ini waktu tercepat yg kau catat untuk menjerumusman manusia" menghentikan langkah disisi Changkyun, namja itu berkomentar
Kihyun hanya tersenyum tipis, membalas kalimat yg tertangkap seperti pujian ditelinganya.
"Kau selalu membuatku iri hyung" tawa Kihyun berderai karena itu
"Bukan Leviathan namanya jika tidak iri pada satu dua hal" ujar Kihyun disela tawanya
Changkyun terlihat mengembungkan pipinya karena balasan tersebut. Membuat Kihyun merasa gemas pada namja yg lebih muda darinya itu
"Kajja...sebaiknya kita kembali" merangkul Changkyun, Kihyun menarik namja itu beranjak dari sana
°☆°
Manusia tak akan pernah puas dengan apa yg didapatkannya. Bahkan ketika manusia diberi sebuah gunung emas, maka dia akan mencari gunung emas yg lain. Padahal dengan satu gunung emas dia akan dapat hidup. Tapi karena keserakahan, dia tetap mengejar kekayaan lainnya. Untuk keserakahan itu, manusia bisa melakukan apapun. Bahkan tak segan bersikap culas hanya untuk meraih apa yg diinginkannya. Untuk meraih segalanya, atau menguasai semuanya. Manusia akan berusaha melakukan apapun. Agar segala hal yg dia inginkan terkumpul jadi satu dibawah kakinya.
-MAMMON-
○
TBC
Kembali mengingatkan, tulisan ini bercerita tentang dosa. Bukan fantasi dimana tokoh2 seven deadly sins berjuang dan bertarung untuk memperoleh sesuatu.
Segala hal tak baik didalam ini, tidak untuk ditiru. Jadi harap bijaksana dalam membaca ataupun mengambil kutipan dari cerita ini.
Jadi...apa yg kau dapatkan hari ini?
○
Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement
🌻Haebaragi🌻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro