【Day 3 - Bermain】
Pagi-pagi sekali, (Name) keluar rumah membuat Murasakibara terbangun dari tidurnya lantaran terdengar suara pintu tertutup. Awalnya Murasakibara tenang-tenang saja karena ia yakin itu pasti (Name), namun pikiran terburuk tiba-tiba saja melintas di kepalanya.
Murasakibara langsung bangun lalu keluar dari kamar dan berjalan terburu-buru menuju rak makanan khusus tempat penyimpanan makanan ringan miliknya.
Kriet
Deg
Dan ternyata benar, makanan ringan miliknya berkurang cukup banyak. Mungkinkah (Name) pergi dengan membawa makanan ringannya sebagai bekalnya? Mungkinkah (Name) melarikan diri dari rumah ini setelah berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya? Memikirkannya saja membuatnya kesal.
Murasakibara pun akhirnya keluar rumah, tak peduli jika ia masih mengenakan piyama tidur asalkan ia bisa menyelamatkan makanan ringannya dari (Name).
Langkah kaki Murasakibara berhenti saat ia mendengar suara pantulan bola, mencari asal suara itu, akhirnya Murasakibara berhasil menemukan (Name) yang tengah bermain bola basket.
Murasakibara tampak menikmati melihat permainan (Name) yang tampak buruk. Gadis itu mencoba memasukkan bola ke dalam ring namun selalu gagal. 'Karena dia pendek, kah?' pikirnya.
Tapi benar juga, selama ini setiap kali Murasakibara berbicara dengan orang pasti ia sedikit menundukkan kepalanya karena lawan bicaranya pendek. Atau ia nya saja yang terlalu cepat tumbuh? Entahlah, ia tidak peduli.
"(Name)-chin, ohayo," sapa Murasakibara sembari menghampiri (Name) yang tengah mengatur napas setelah mencoba memasukkan bola ke dalam ring berkali-kali.
"Ohayo, Murasakibara-kun," balas (Name) dengan senyuman, lalu menatap Murasakibara bingung. "Kenapa kau bisa ada di sini?" tanya (Name) bingung.
"Itu karena ada yang mencuri cemilanku di rumah."
(Name) yang mendengar balasan Murasakibara hanya bisa menampilkan cengiran kecil. "Gomen, aku mengambilnya beberapa untuk sarapanku nanti. Oh, bagaimana kalau kita makan bersama saja di sini." (Name) mencoba memberikan usulan namun Murasakibara menatap malas ke arah (Name). (Name) sangat mengerti akan raut wajah itu namun ia hanya bisa berpura-pura tidak tahu dan terus tersenyum.
"(Name)-chin, kenapa kau pergi kesini pagi-pagi sekali?" tanya Murasakibara sembari mengambil maibou miliknya. Meski ia kesal, tetapi ia tidak berhak memarahi seorang gadis yang telah membelanjakan banyak cemilan untuknya, belum lagi gadis yang ada dihadapannya saat ini adalah teman dekatnya sejak kecil hingga sekarang.
(Name) yang ditanya seperti itu mulai tampak gugup, lalu menunduk malu. "Aku ingin belajar bermain basket," jawabnya dengan suara yang pelan.
"Hah?"
"Maksudku aku hanya olahraga pagi saja, kok." (Name) mencoba bersikap santai dan mengubah kalimatnya. Ia terlalu malu jika Murasakibara mengetahui bahwa ia tidaklah pandai bermain basket. Ah, tidak. Lebih tepatnya tidak pandai dalam menembakkan bola ke dalam ring basket.
"Olahraga pagi dengan mencoba memasukkan bola ke dalam ring namun tidak berhasil sama sekali?" tanya Murasakibara yang secara tak langsung menusuk hati (Name). Habis sudah.
"M-memangnya kenapa kalau tidak masuk? Setidaknya aku sudah berusaha," balasnya dengan wajah yang tampak cemberut, "orang tinggi nan besar sepertimu tidak akan mengerti bagaimana perasaan orang yang berada di bawahmu. Ah, lebih tepatnya orang berbakat sepertimu tidak akan pernah merasakan penderitaan orang-orang seperti kami," sambungnya lagi tanpa melihat ke arah Murasakibara.
Gadis itu bahkan tidak mau melihat ke arah Murasakibara lagi setelah mengatakan hal itu. Entah apa yang ada di pikirannya tapi yang pasti menurut Murasakibara itu sangat merepotkan. Namun, melihat sisi (Name) seperti ini membuatnya terlihat cantik meski dengan wajah yang tertekuk karena kesal. (Hair color) nya tampak cantik ketika angin berhembus melewati mereka. Sesekali ia melihat getaran halus di tubuhnya menandakan gadis itu pasti kedinginan karena sedari pagi di sini.
Menghela napas berat, Murasakibara berdiri lalu berjalan dan menghadap ke arah (Name) yang masih duduk. Tangannya terulur menuju ke arah (Name) membuat (Name) menatap heran ke arahnya.
"(Name)-chin, ayo bangun. Aku akan membantumu berlatih meski aku tidak sehebat Midorin ataupun Mine-chin, tetapi setidaknya aku cukup baik dibandingkan Kuro-chin," kata Murasakibara yang teringat akan teman-temannya.
Di sisi lain, ketiga nama yang di sebut entah kenapa tiba-tiba saja mulai bersin tanpa sebab membuat ketiganya keheranan.
Kembali di mana (Name) masih menatap tangan besar itu, (Name) kembali tersenyum lalu membalas uluran tangan itu dan berdiri. "Baiklah, kalau begitu mohon bantuannya, Murasakibara-kun!" ucap (Name) yang kembali bersemangat membuat Murasakibara tersenyum tipis.
Dan akhirnya mereka pun berlatih dari pagi hingga sore. Menurut Murasakibara, (Name) sudah cukup mampu memasukkan bola ke dalam ring melalui gaya lay up, sedangkan untuk shoot ia hanya bisa beberapa kali memasukkan bola dalam seratus kali percobaan. Mereka terus berlatih hingga matahari mulai tenggelam.
"(Name)-chin, ayo pulang. Aku lapar dan juga capek." Murasakibara mengambil bola basket lalu berjalan menuju (Name) yang tengah mengatur pernapasannya.
"Kau benar, aku juga lapar dan capek. Apalagi sekarang sudah mulai gelap. Ayo!" balas (Name) lalu berjalan lebih dulu ke luar lapangan dan tak lupa membersihkan sampah di dekat lapangan itu berkat cemilan yang ia bawa tadi.
Murasakibara berjalan di belakang (Name), tatapannya terus mengarah ke punggung kecil nan rapuh (Name). Hal itu mengingatkannya akan teman lamanya saat ia masih SMP di Teiko. Memasuki klub basket bersama namun orang itu tidak memiliki kemampuan sama sekali kecuali hawa keberadaannya yang tipis. Meski begitu, orang itu tidak pernah menyerah dan terus berlatih hingga akhirnya ia menjadi pemain reguler seperti dirinya.
'Kuro-chin, dia sangat mirip denganmu. Aku akan mencoba untuk tidak mengulangi kesalahanku lagi ... itupun jika aku bisa.'
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro