# 1
Keanu masih saja belum terbiasa, setiap kali dia membuka mata dipagi hari. Kamar Kiki yang didominasi dengan warna pink masih asing baginya. Bahkan setelah nyaris dua minggu Keanu tinggal disana. Keanu sepertinya masih harus membiasakan diri, tinggal dirumah Kiki. Selain kamar yang didominasi warna feminim, aroma kamar Kiki begitu khas dan manis seperti sang istri. Menjadikan Keanu yang terbiasa dengan semua hal berbau maskulin, harus berusaha beradaptasi dengan baik di kediaman istrinya itu.
Sebenarnya jika boleh nemilih, Keanu lebih suka Kiki berada di rumahnya. Namun dia tak bisa menolak permintaan si manis saat bilang ingin menemani sang mama tinggal dirumah itu. Walau semula sedikit keberatan, pada akhirnya Keanu berpikir bahwa keputusan itu ada baiknya. Karena bagaimanapun juga, mama Kiki hanya memiliki Kiki. Si mungil adalah satu-satunya keluarga yang dimiliki. Berbeda dengan kedua orang tuanya yang masih punya keluarga besar. Setidaknya mama-nya tidak akan terlalu kesepian jika ditinggal dirumah. Karena akan ada banyak sepupunya yang bersedia mampir ke kediaman itu.
Dan hal lain yang membuat Keanu membulatkan tekad untuk pindah adalah sosok sang ayah yang berubah menjadi musuhnya. Tangisan kencang Kiki saat "malam pertama" mereka adalah penyebabnya. Itulah kenapa papa Keanu selalu menatapnya seolah sang anak adalah predator untuk menantu manisnya. Itu kenapa Keanu tak menghabiskan waktu banyak untuk memutuskan pindah ke kediaman Kiki.
Jika mengingat semua itu, Keanu rasanya ingin menyendiri saja di gua. Dia tak pernah menyangka, "malam pertama" nya akan berakhir dengan drama tangis sedih Kiki. Padahal Keanu bahkan belum menyelesaikan semuanya, tapi si mungil sudah membuatnya terlihat sebagai penjahat dimata sang ayah.
"Kalo Kiki belum siap, jangan di paksa dong. Kamu ini kayak om-om mesum kalo maksa istri kamu sampe nangis gitu." Begitu bunyi kalimat omelan sang ayah, demi membela menantunya.
Keanu hanya bisa menghela nafas berat karena ucapan itu. Dan meragukan kasih sayang sang ayah padanya. Bagaimana bisa Keanu yakin sang ayah masih menyayanginya. Sementara semenjak Keanu menikah dengan Kiki, si mungil selalu menjadi prioritas ayahnya.
"Bei..." Keanu yang semula termenung diatas ranjangnya dibuat menoleh pada suara manis yang memanggilnya.
"Uhmm.." Balasnya seraya tersenyum, saat mendapati Kiki berjalan lambat mendekatinya.
"Kirain belum bangun." Kiki nampak duduk diujung ranjang.
"Udah daritadi, tapi badannya masih males diajak gerak." Keanu menarik paksa tubuhnya untuk duduk diatas ranjang.
"Kamu bilang ada kuliah pagi, kalo badannya masih dibawa males kamu bisa telat lho." Kiki mengingatkan jadwal sosok yang kini jadi suaminya.
Keanu menatap jam dinding, lalu meringis pelan karena itu.
"Iya...sampe lupa." Keanu tersenyum tipis kemudian.
"Tadi malam tidur jam berapa?" Pertanyaan Kiki membuat Keanu berpikir sejenak.
"Nggak inget, kayaknya sekitar jam 10 atau jam 11 gitu." Jawab Keanu.
"Malem banget." Kiki mengerutkan keningnya. "Kalo ada jadwal kuliah pagi itu, usahakan tidur cepet kamunya." Omelan pagi Kiki dibalas senyum lebar Keanu.
"Iya Ai....besok-besok kalo ada jadwal kuliah pagi aku tidur cepet ya." Keanu meraih pipi Kiki dan menakupnya gemas.
"Udah iiih...mandi sana, biar kita bisa berangkat bareng." Tukas Kiki setelah menarik menjauh tangan Keanu.
"Kamu ada jadwal kuliah pagi juga Ai?" Anggukan Kiki membalas pertanyaan Keanu.
"Aku tunggu di ruang makan ya, abis sarapan kita pergi bareng." Giliran Keanu yang mengangguk, membuat Kiki beranjak dari kamar itu.
Sesaat setelah kepergian Kiki, Keanu meninggalkan ranjang untuk membersihkan diri. Membiarkan air dingin pagi hari, mengusir rasa lelah yang mendominasi nyaris diseluruh tubuh Keanu.
♡♡♡
Entah sebuah kebiasaan, atau memang hanya reflek alami tubuhnya. Haikal selalu menghentikan langkah setiap kali mendapati sosok Mika. Walau terkadang gadis ceria itu tidak melihatnya, Haikal masih tetap mematung menatap sosok tersebut. Terkadang Haikal sendiri merasa heran dengan kebisaannya itu. Dan berakhir dengan beranjak seraya terus memikirkan hal tersebut.
Seperti saat itu. Tiba-tiba saja langkah Haikal terhenti di ujung lorong. Alasannya tentu saja Mika. Gadis yang pernah menjadi teman sekelasnya itu terlihat sedang menempel sesuatu di mading fakultasnya. Membuat Haikal beranjak mendekat setelah sebelumnya sempat ragu untuk menghampiri Mika.
"Lagi apa?" Mika terlihat kaget karena sapaan tiba-tiba dari Haikal. Namun segera tersenyum saat berbalik menatap sosok yang menyapanya.
"Hai Kal." Seperti biasa, Mika menyapa riang sosok berkaca mata itu.
"Kamu anggota UKM Seni?" Sempat membalas sapaan Mika dengan senyum tipis, Haikal nampak fokus dengan sebuah brosur yang baru saja Mika tempel di Mading.
"Bukan..." Mika menggeleng. "Aku cuma bantuin temen. Tadi dia minta tolong buat nempel brosur ini disetiap mading Fakuktas." Jelas Mika saat Haikal kembali membawa mata mereka bertemu.
Haikal mengangguk paham, lalu kembali menatap brosur itu.
"Kamu nggak niat gabung?" Kembali Mika menggeleng, membuat kening Haikal berkerut samar.
"Udah sibuk banget sama kuliah. Dan lagian aku udah kerja sekarang. Jadi waktu buat ikur kegiatab UKM nyaris nggak ada." Terang Mika dengan wajah ceria.
"Kamu kerja?" Haikal sedikit terkejut dengan fakta itu.
"Hum um." Mika mengangguk kali ini. "Aku kerja jadi guru gambar di play group." Gadis dihadapan Haikal itu berujar bangga.
"Wuaaah...hebat kamu." Seraya tersenyum, Haikal membawa tangannya mengusap sayang rambut Mika.
Mika kembali dibuat terkejut karena itu. Namun cepat mengontrol raut wajahnya.
"Kamu juga hebat kan. Udah di terima jadi guru di Mozart." Senyum diwajah Haikal memudar mendengar itu.
"Tahu darimana?" Haikal agak kaget dengan ucapan Mika. Karena tak ada yang tahu tentang hal itu selain keluarganya sendiri.
"Aku ini secret admirer kamu, jangan lupa itu Kal." Dengan bercanda Mika membalas.
Mika nampak mengurai tawa, sedangkan Haikal hanya memandangnya datar.
"Ishhh...kebiasaan deh, dibawa bercanda ekspresinya serius gitu." Mika sudah memudarkan senyum diwajahnya. Dan mengganti senyum itu dengan wajah kesal.
"Udah ah...aku mau balik. Mau ada kelas soalnya." Mika menatap jam ditangannya, lalu nampak beranjak.
"Daaah Haikal." Melambaikan tangan, Mika berlari menjauh kemudian. Meninggalkan Haikal yang mematung menatap kepergiannya.
♡♡♡
Kiki menatap bingung belanjaannya di depan meja kasir. Karena dia harus mengurangi beberapa item, agar uang bulanan untuk belanja yang diberikan Keanu cukup. Beruntung hanya ada Kiki disana, jadi dia tak membuat antrian panjang. Kalau tidak mungkin si mungil akan menerima protes, karena terlalu lama berpikir.
"Jadi barang yang mana aja yang mau di kurangin mbak?" Pertanyaan dari sang kasir menyentak Kiki yang sedang berpikir.
Pandangan Kiki mengarah pada sang kasir yang mencoba mempertahankan senyum ramah di wajahnya.
"Uhmmm...kurangin susu nya, sama ini aja deh." Kiki menggeser satu kotak susu, shampo juga lotion.
Sang kasir mengangguk, lalu mengurangi harga dari jumlah barang yang tidak jadi Kiki beli.
"Apa jumlahnya sudah sesuai?" Pasti sang kasir membuat Kiki menggeleng pelan.
"Sereal, strawberry, sama cemilan ini juga gak usah deh." Tersenyum canggung, Kiki berujar.
Sang kasir mengangguk, lalu terlihat menyebutkan kembali nominal yang harus Kiki bayar.
"Terimakasih, maaf ya ngerepotin." Sesal Kiki setelah membayar dan menerima barang-barang yang sudah tersimpan dalam kantung belanja.
Sang kasir hanya mengangguk, dan membiarkan Kiki berlalu kemudian.
"Yaaah...terpaksa naik bus, uangnya gak cukup buat naik taksi." Di depan super market, Kiki bergumam.
Dari ekspresi wajahnya, jelas terlihat jika Kiki engan naik kendaraan yang biasa berhenti di halte itu. Bukan karena Kiki manja, atau karena jarak halte yang terbilang cukup jauh dari super market. Tapi karena Kiki tidak tahu bus mana yang harus dia naiki untuk sampai ke rumah. Satu-satunya bus yang selalu Kiki naiki hanyalah bus yang membawanya ke sekolah. Selebihnya Kiki terbiasa di antar oleh sang mama. Kiki yang memang buta arah, memang cenderung selalu ditemani jika berpergian. Itu kenapa si mungil bingung, disaat harus pulang sendiri dari aktivitas belanja bulanan pertama yang dilakukannya.
"Apa telepon Keanunya?" Ditengah rasa bimbangnya, Kiki berujar.
Mengeluarkan ponselnya, Kiki bersiap menelpon sang suami. Namun baru akan menekan tombol dial, Kiki segera mengurungkan niatnya.
"Gak boleh ganggu Keanu, dia pasti lagi kerja." Monolog Kiki lagi.
Kiki menghela nafas, karena berada di akhir pilihan. Bus adalah satu-satunya pilihan Kiki untuk pulang. Membuat raut wajah si mungil terlihat tidak baik.
"Mudah-mudahan gak salah bus deh." Walau ragu, Kiki akhirnya mengambil pilihan itu.
Sempat menarik nafas dalam, Kiki mengayunkan langkah pendeknya meninggalkan lobi supermarket. Walau dengan jantung yang berdebar, Kiki terus berjalan menuju halte untuk mendapatkan kendaraan yang akan membawanya pulang.
♡♡♡
Satu mangkuk sup ayam, adalah satu-satunya sajian yang Keanu dapati diatas meja makan selain nasi yang sudah Kiki simpan diatas piring makan. Untuk Keanu yang tergolong banyak makan, sajian itu tidaklah cukup. Karena biasanya Keanu selalu makan hidangan komplit dari sang mama, ketika Keanu berada di rumahnya.
"Maaf ya cuma masak ini, aku belum pinter belanja. Jadi cuma bisa beli bahan bulanan sedikit pake uang yang kamu kasih." Baru akan mempertanyakan tentang sajian diatas meja, Kiki sudah lebih dulu berujar menjelaskan.
"Uang yang aku kasih kurang ya?" Seraya duduk, Keanu bertanya.
"Cukup sih, kalo akunya pinter belanja. Tapi kan aku baru pertama belanja bulanan, jadi uangnya sedikit kurang." Kiki tersenyum tipis.
Keanu menatap Kiki lekat untuk beberapa detik, lalu ikut tersenyum.
"Maaf ya...cuma bisa kasih uang bulanan sedikit." Kiki cepat menggeleng, lalu menggeser kursi di sisi Keanu.
"Jangan minta maaf, kamu kan udah usaha yang terbaik." Kiki mengusap bahu Keanu lembut.
Keanu kembali menatap Kiki, dan sedikit melebarkan senyumnya untuk si mungil. Walau sebenarnya kata-kata istri cantiknya tidak cukup menghibur Keanu.
"Kalo aja aku bisa nemu kerjaan yang gaji nya lebih besar dari yang sekarang, kamu pasti lebih gampang belanjanya." Ucap Keanu membuat bibir Kiki mengerucut.
"Bei...uang yang kamu kasih cukup kok, jadi jangan bilang gitu ya. Lagian...gaji kamu itu udah lumayan besar lho buat kerjaan paruh waktu. Kamu gak bisa dapet kerjaan dengan gaji sebesar itu kalo di tempat laen." Kiki berusaha menghibur sang suami.
Dalam hati Keanu membenarkan. Karena coffe shop tempat dia kerja memang memberikan gaji lebih besar dari coffe shop lainnya. Saat mendapat gaji pertamanya, Keanu bahkan begitu bangga dengan nominal yang dia dapat. Bahkan sejak bekerja, dia tidak pernah absen mentraktir Kiki setiap kali gajian. Itu juga yang membuat Keanu semakin percaya diri untuk menikah dengan Kiki. Tanpa dia tahu, jika pengeluaran untuk pacaran san menikah ternyata jauh berbeda.
"Bulan depan, aku janji buat bisa belanja yang pinter ya. Jadi jangan nyalahin diri kamu lagi. Aku nggak suka dengernya. Aku ngerasa kayak aku nuntut kamu kerja lebih cuma buat keperluan bulanan." Kiki menangkup wajah Keanu.
Keanu masih tidak cukup terhibur, tapi dia tetap tersenyum lebar untuk Kiki.
"Iya...aku nggak bilang gitu lagi." Janji Keanu dibibirnya. Sementara dihati, Keanu membuat janji lain agar bisa memenuhi kebutuhan Kiki dan juga dirinya.
"Kita makan aja yuk, aku laper." Ajak Kiki yang disambut anggukan Keanu.
Segera Keanu meraih piringnya dan mulai makan. Meski sup ayam itu masih tergolong hambar, namun cinta Keanu untuk istri mungilnya menjadikan sajian itu terasa nikmat luar biasa. Sehingga Keanu terlihat menyantap makan malamnya dengan lahap. Membuat Kiki yang melihat itu tersenyum senang.
♡♡♡
Danita yang baru memasuki mobil Vano, terlihat menatap tajam sang pemilik kendaraan saat mendapati ekspresi dingin kekasihnya itu.
"Kenapa lagi sih?" Dengan nada kesal, Danita bertanya.
"Ngerasa nggak sih, ini udah terlalu larut untuk maksain kerja?" Ucapan Vano membuat Danita menghela nafas kasar.
"Bisa nggak sih, satu hari aja kamu nggak protes sama kerjaan aku." Balas si cantik lengkap dengan ekspresi kesalnya.
"Aku nggak akan protes, kalo kerjaan kamu itu bener Dan." Balas Vano yang menjadikan Danita semakin kesal.
"Kayaknya sejak aku mutusin buat jadi model, kerjaan aku nggak pernah ada benernya deh di mata kamu. Semua salah, semua kamu jadiin bahan protes. Kemaren masalah baju yang terlalu terbuka, kemarinnya lagi kamu bilang produknya nggak pantes untuk aku, dan hari ini...hari ini kamu protes masalah jadwal kerja. Besok apa lagi yang mau kamu protes?" Tanpa sadar Danita meninggikan suaranya.
"Protes aku kan ada dasar nya Dan. Aku nggak mungkin protes kalo itu nggak mendasar. Bayangin aja, cowok mana yang suka lihat pacarnya pake baju terbuka terus dilihatin banyak orang. Dan...masalah produk kemaren, wajar dong aku-nya nggak suka. Kamu tuh jadi model suplemen pria lho, dan kamu sadar-kan suplemen itu untuk apa?" Suara Vano tak kalah tinggi.
"Ya namanya juga model baru, harus mau nerima tantangan dong No. Kalo aku terlalu pemilih, yang ada orang-orang nggak bakal manggil aku buat jadi model nya. Dan...aku tuh belum punya agensi, jadi gimana caranya aku terlalu pemilih." Danita coba membela dirinya.
"Ada nggak nya agensi, kamu tetap bisa milih Dan. Kalo memang nanti kamu nggak di panggil, itu berarti produk-produk itu bukan kelasnya kamu. Kamu bisa dapat produk sesuai kelas kamu." Decakan sebal Danita membalas ucapan Vano.
"Itu kan cuma teori kamu, bukan teori aku. Lagian...dimata kamu memang aku selalu salah kan. Apasih keputusan aku yang bener dimata kamu. Semua salah, dan nggak ada yang bener. Jadi apapun produk yang aku ambil, biarpun itu udah masuk kriteria kamu bakalan tetap aja ada yang salah." Menyilangkan tangannya di dada, Danita menatap lurus kini.
"Dan..."
"Udah deh...aku capek, mau pulang. Kalo kamu cuma mau debat sama aku, mending aku pulang sendiri naik taksi." Kalimat bernada ancaman itu menahan kata-kata Vano.
Menarik nafas berat, Vano menyalakan mobilnya dan membawa kendaraan itu beranjak. Tak ada percakapan yang terjadi selama perjalanan. Karena Vano dan Danita membiarkan suara halus mesin mobil menjadi penguasa diantara kebisuan yang dipilih oleh dua sejoli itu.
♡TBC♡
Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement
🌻Haebaragi🌻
*) Arti nama panggilan sayang Keanu & Kiki
Panggilan Bei untuk Keanu diambil dari kata 宝贝(bǎo bèi) dalam bahasa China yang artinya Kesayangan, Sayangku. Sementara kalau hanya dipanggil 杯 (Bei/Bēi) artinya Piala. Makna panggilannya lucu dan sangat berharga, jadi dipakai Kiki buat manggil Keanu.
Panggilan Ai untuk Kiki diambil dari kata 愛 (Ai) dari bahasa Jepang yang artinya adalah “cinta”. Panggilan ini mewakili segala perasaan yang Keanu punya buat Kiki
Sorry if it's too random 😂😂😂
Penulis hanya suka dengan bahasanya karena kedengaran lucu juga manis. Makanya pake aneka bahasa 😁
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro