2. Bakti pada Orangtua
POV Gilang
"Mama minta kamu nikah sama Tiara, dia anak sahabat papah. Papah yakin dia anak yang baik." titah papah.
"Tapi pah, demi Alloh Gilang gak cinta sama dia. Gilang cintanya sama Amanda. Amanda gadis yang baik pah." kekeuhku.
"Amanda putranya Rosna? Si perebut suami orang lain, bahkan membuat suaminya sendiri mati karena menahan sakit hati? Mamah gak setuju kamu sama Amanda. Apa kamu gak lihat kakak lelakinya. Si Anton persis ibunya. Merebut istri sepupumu Martin. Paling Amanda gak jauh beda sama ibu dan kakaknya. Paling nanti juga selingkuh bahkan jadi pelakor. Camkan omongan mamahmu ini." sinis mamahku.
"Ya Alloh mah, Amanda gak seperti itu. Gilang cinta sama Amanda."
"Oke nikahi dia, tapi akan mamah doakan hidup kamu gak berkah. Tak akan pernah ada kebahagiaan dalam rumah tangga kalian. Gak akan ada harta gak akan ada anak dan awas saja kalau nanti kamu selingkuh atau menjadikan Amanda istri keduamu. Mama akan doakan lebih buruk dari apa yang mama katakan." mamah kemudian pergi meninggalkanku.
Aku terduduk lemas melihat kebekuan hati mereka. Amanda adalah sepupu jauhku, ayah Amanda kerabat ibu. Saat mengetahui ibu Amanda selingkuh dan memilih lelaki lain, bahkan membuat om Heri meninggal karena depresi, keluarga besar sangat membenci tante Rosna. Bahkan ibuku menolak segala hal yang berhubungan dengan tante Rosna termasuk hubungan percintaanku dengan Amanda.
🍁🍁🍁🍁
"Mas."
Saat ini kami tengah duduk di dekat danau. Disini tempat kami sering menghabiskan waktu bersama selama 5 tahun hubungan kami. Tak pernah sekalipun kami berbuat lebih. Selain karena aku memang dididik sangat keras oleh kedua orangtuaku untuk menghargai wanita, aku juga ingin menunjukkan bahwa Amanda adalah wanita baik yang mampu menjaga kehormatannya.
"Mas marah? Maaf mas, Manda akan lebih hati-hati."
"Kenapa kamu sepolos ini Manda, mau-maunya kamu diajak ke hotel oleh Rico. Untung saja aku datang sebelum dia berbuat jauh padamu."
"Maaf." ucapnya menahan tangis.
Aku benar-benar kalut saat melihat Rico tengah menindih tubuh Amanda. Aku saja yang lama berpacaran dengannya tak pernah berbuat lebih selain menggenggam tangannya. Bahkan memeluknya saja aku tak berani karena takut akan khilaf.
"Mas.... Maaf. Aku sangat kalut karena kau akan..."
"Aku tahu. Tapi bukan berarti kamu mau saja diajak Rico kemanapun Manda."
Aku terdiam lama sedangkan Amanda menangis tersedu.
"Aku takut menghadapi hari esok mas, saat mengetahui kenyataan kau mungkin tidak akan bisa kumiliki. Mas kenapa tadi kau tak mau menyentuhku. Setidaknya jika kita tidak bersama, aku pernah memberikan sesuatu yang berharga milikku untukmu."
"Tidak Manda, aku hanya akan mengambilnya jika kita sudah terikat pernikahan. Dan aku sedang memperjuangkanmu."
"Sampai kapan mas?"
"Entahlah, aku tak tahu."
Amanda menangis, sungguh hatiku sakit. Dia gadis yang baik tapi sayang tingkah laku ibu dan kakaknya membuatnya ikut merasakan dampaknya. Dipandang hina oleh masyarakat.
"Mas." dia mendekat ke arahku, aku yang sadar apa yang akan ia lakukan segera berdiri.
"Aku sudah memanggilkan taksi untukmu Manda. Aku mohon jangan seperti ini. Ingat Tuhan. Aku pergi dulu."
Bukan sekali, bahkan berkali-kali Manda bermaksud menggodaku agar aku mau menyentuhnya. Aku tahu ia menjadi seperti ini karena perasaan kalut dan rasa cintanya padaku. Aku harus bisa menahan diri.
Perjuanganku selama setahun untuk meyakinkan kedua orangtuaku sia-sia. Amanda yang terluka entah pergi kemana, sebelum berpisah sekali lagi dia berusaha menyerahkan harta pentingnya untukku. Aku dengan tegas tetap menolaknya. Hingga dia pergi tanpa pamit padaku.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Disinilah aku, disebuah kamar pengantin yang sengaja dihias sangat indah. Sayang aku tak merasakan kebahagiaan layaknya pengantin baru. Bahkan istriku sendiri dengan tegas menolakku. Dan apa dia bilang, jika aku menikahi Manda maka akan ia jadikan alasan untuk bercerai.
Rupanya dia sudah mendapat banyak info tentangku. Sayang dugaannya tentang aku dan Manda yang keluar dari hotel itu salah besar. Ingin sekali kuungkapkan kebenarannya tapi sepertinya mustahil, dia tak akan percaya padaku.
Lihatlah bahkan ia memilih masuk ke ruang kerjanya. Akhirnya karena rasa lelah aku pun tertidur.
🍁🍁🍁🍁🍁
"Tiara, siapkan makanan untuk suamimu." perintah Papah Bara, papah mertuaku tegas.
"Iya pah." meski enggan, Tiara tak bisa membantah ucapan papahnya.
"Makasih." kuucapkan saat Tiara menyerahkan sepiring nasi dan lauk kepadaku.
Dia hanya melirikku, ya Alloh kenapa jodohku wanita berhati dingin seperti ini.
"Papah mau makan apa?" tanya Tiara pada papah mertua.
"Papah pake sayur sop sama tempe gorengnya saja ya nduk."
"Iya pah." aku melongo dengan perlakuan Tiara pada papah mertua. Sangat lembut dan penuh perhatian. Beda sekali perlakuannya kepadaku.
Aku akui belum ada rasa apapun pada istriku, tapi melihat sikapnya saat meladeni papah mertua entah kenapa hatiku berdesir. Aku ingat doaku sejak dulu, memiliki istri yang penuh perhatian dan telaten dalam merawatku. Apa mungkin Tiara adalah jawabannya? Entahlah aku pun tak tahu.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro