Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 32 || Ma'lumat

Yang paling merugi adalah para pembenci yang tak merasakan surga dunia, yaitu cinta.

-

Dua bulan kemudian-

Kata Muslim bin Yasar, dari ayahnya. Kata beliau "Apabila engkau memakai suatu pakaian, lalu kau menyangka dirimu dengan pakaian itu lebih mulia daripada yang lain, maka ketahuilah yang kau pakai itu adalah seburuk-buruk pakaian."

Albania membaca beberapa penggalan penting dari makna kitab Tahzib Hilyatul Aulia-nya pada halaman 395. Gadis itu membatin, karenanya di luar sana masih banyak sekali manusia yang merasa dirinya lebih baik dari orang lain. Mereka mengira dengan pakaian tebalnya ia seolah lebih mulia daripada yang liyan. Bahkan beberapa membanggakan suatu kedudukan.

Namun sungguh, ia paling malas berkomentar. Karena singkatnya, manusia yang hidupnya sungguh-sungguh hanya untuk Allah, maka sesungguhnya ia tak akan mampu melihat dosa orang lain. Manusia-manusia yang setiap embusan napasnya selalu berkeinginan bertemu Allah, sungguh dia buta terhadap kesalahan orang lain sedangkan paling peka terhadap dosa-dosa sendiri.

Mereka tak akan pernah menuntut apalagi memaksa orang lain untuk berpakaian sepertinya. Seseorang tidak bisa dianggap baik hanya dinilai dari pakaian yang menempel di tubuhnya. Seseorang tak perlu sombong dengan kain yang menjadi tutupnya. Betapa Rumi telah berkata "Kita semua hanyalah permainan kemahakuasaan Tuhan. Seluruh kekutan, seluruh kekayaan milik Dia. Kita para pengemis tanpa sekadar uang picisan. Lantas mengapa kita cari demi pengakuan bahwa kita lebih dari yang liyan? Tidakkah kita berdiri sama-sama di depan satu pintu istana yang sama?"

Manusia sama-sama dicipta dari tanah, sama-sama berpijak di atas hamparan yang rata, sama-sama menumpang di tempat paling fana, lalu mengapa saling membanggakan tentang pakaian yang dikenakan ketika yang dipakai adalah suatu pinjaman sementara. Ah, berbicara hal seperti itu tak akan pernah ada habisnya.

Albania keluar dari aula meninggalkan keramaian dari Perfecta yang berisik di dalam aula menunggu Kang Zaki yang kemungkinan baru akan datang sepuluh menit lagi. Santri memang seharusnya bertindak demikian, tidak terlambat ketika mengaji karena berkah menunggu guru kerapkali menjadi incaran yang menyenangkan. Bagaimana asyiknya berebut sisa air minum milik Kyai pun menjadi hobi. Ya, itulah mereka yang diajarkan bahwa maqam mereka dengan para mursyid jelas berbeda.

Gadis itu berjalan melewati koridor-koridor kelas yang telah diisi para santri yang sedang diniyyah. Ah, kedua kakinya selalu saja melangkah pada tempat paling indah di pesantren. Apalagi kalau bukan peepustakaan.

Dia akan mencari buku milik Mufassir Indonesia, seorang Cendekiawan muslim yang sangat hebat, Prof. Dr. AG. H. Muhammad Quraish Shihab, Lc., M.A. lalu kembali ke kelas bila Tuhan menghendaki. Pasalnya demi neptunus dan cincin yang mengelilinginya perpustakaan adalah tempat yang paling syahdu dari tempat mana pun.

Gadis itu melangkahkan kakinya ke dalam. Ia tahu sekarang jadwal santri putra tapi sungguh bukankah amnesia bisa dijadikan alasan. Dia menghentikan langkah sebentar ketika melihat sosok laki-laki bersarung moka serta berkaus hitam sileut Sujiwo Tejo yang sedang khusyu membaca buku di meja pustakawan. Lagi-lagi Asyas. Namun bila kembali diingat barangkali sekarang adalah pertemuan kembali selama seminggu tidak jumpa.

Albania berjalan ke arah rak buku-buku agama Islam. Di pesantren Umar Bin Khattab tidak semua buku dapat lolos masuk perpustakaan. Bahkan bila ada persyaratan santri yang menghilangkan buku lalu mengganti dengan buku baru apa pun, maka buku tersebut harus melalui proses pemeriksaan terlebih dahulu.

Buku-buku agama Islam dapat berderet di perpustakaan bila sang penulis mengajarkan Islam cinta, sehingga di dalam bukunya tidak serta merta menakut-nakuti pembaca. Karena tujuan sesungguhnya beragama adalah damai dan cinta.

Albania mengambil buku bersampul merah muda yang berjudul 'Perempuan' lalu dibawanya ke meja pustakawan.

"Sendirian aja Mas ganteng," ucap Albania sembari mengambil catatan daftar peminjaman buku.

Laki-laki yang sedang membaca itu mendongak. "Sama Raqib Atid," celetuknya.

"Enak banget nggak ngaji," komentar Albania.

"Iya dong. Tinggal nambal yang kosong."

"Tahu nggak, aku bisa ramal orang. Kamu lahirnya asar ya, Yas? Soalnya namamu ada Asyas yang berarti mendekati ashar."

"Nggak usah main cocoklogi. Gue lahir malem."

"Iyain aja nggak bisa ya? Biar aku bahagia."

Asyas tak menghiraukan.

Albania menyelesaikan tulisannya. Dia menutup buku itu. "Tebak-tebakan, yuk," ajaknya pada Asyas.

"Lo nggak lihat gue lagi apa?"

"Nggak usah galak-galak kali. Kan bisa nuntasin bacanya ntar malem. Ayo tebak-tebakan. Kalau kalah nanti milih truth or dare, tapi kalau kamu penakut mending nggak usah, sih," celoteh Albania. Sebenarnya dia hanya sedang berusaha membujuk. Yakin sekali bahwa nanti Asyas pasti mau. Laki-laki mana yang menerima dikatakan penakut oleh seorang perempuan.

"Lima detik dari sekarang nggak ngasih pertanyaan, gue tinggal," ujar Asyas tiba-tiba.

"Santai dong, Mas. Aku cari pertanyaan dulu," jawab Albania.

"Idzakhtalafa baina musanif wal fatawi, qudima?" tanya Albania.

"Quddimal musanif 'ala fatawi."

"Yah kok tahu, sih," kesal Albania. "Satu lagi, ya. Nanti gantian."

"Idza utliqo syaikhoni fil 'aqoidi unsurifa ila?"

Asyas tak langsung menjawab. Dia terdiam. Menatap ke depan tetapi tak menatap Albania. Seperti sedang berpikir tapi wajahnya yang memang terlihat selalu berpikir membuat Albania kerapkali sulit memahami.

"Ayo lah Asyas jawab!" sergah Albania.

"Pas," sahutnya.

Albania terkejut. "Hah? Astaga, itu qaidah Ushul Fiqh yang paling dasar. Anak ula juga tahu masa kamu lupa. Pokoknya harus jawab atau nanti milih truth or dare lebih parah tantangannya," paksa Albania.

"Terserah gue lah. Gue milih dare."

"Nggak ada usaha buat mengingat jawabannya dulu?" tanya Albania.

"Nggak usah nanti lo nungguin sampe H-2 kiamat. Mau?"

"Baiklah kamu milih dare, kan? Oke, sekarang tantangannya kamu masuk ke aula. Berdiri di depan anak-anak Perfecta dan bilang sama mereka kalau kamu suka sama aku."

Asyas langsung menutup bukunya. Dia berdiri tanpa sedikit pun melontarkan protes pada Albania. Laki-laki itu kemudian langsung pergi meninggalkan perpustakaan dan Albania yang masih terduduk di sana.

Yakin sekali bahwa sesungguhnya Asyas tak akan melakukan tantangan gila ini. Kepergian dia hanya untuk meninggalkan Albania dan ide busuknya. Asyas yang cuek itu rasanya mustahil melakukan apa yang diperintah Albania.

Perempuan itu mendengkus. Dia memeluk buku yang tadi dipinjam lalu berjalan keluar hendak kembali ke kelas, barangkali Kang Zaki sudah tiba dan ia tak mau dihukum menulis ulang Ihya Ulumuddin dan menjalankan hukuman lain tingkat kekejaman Kang Zaki.

"Pengumuman! Diam dan dengarkan!" tegas Asyas setelah berdiri di depan kelas.

Aula yang tadu berisik seketika hening.

Albania yang memperhatikan dari luar jendela aula berkerut. Dia tak bisa melanjutkan langkahnya. Apa yang hendak Asyas lakukan.

"Ada apaan, Al? Ngaji libur?"

"Kang Zaki liburin ngaji, setan terkejut."

"Saya, Muhammad Asy'as Al-Hasan Bin Muhammad Ghiffari Al-Hasan Bin Muhammad Hasbi Al-Hasan dengan ini menyatakan bahwa saya akan menikahi Albania Tirana setelah selesai masa pengabdian yang akan berakhir lima bulan lagi. Pernyataan ini saya buat dengan kesadaran diri yang penuh dan tidak ada ganggu gugat," jelas Asyas.

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

Tiga puluh detik. Hening. Tak ada suara apa pun kecuali lalaran yang berasal dari kelas-kelas sebelah. Bahkan embusan angin seakan terdengar jelas memenuhi aula yang jendelanya terbuka itu.

Albania terdiam. Jantungnya berdetak tak karuan. Apakah tadi yang didengarnya benar atau Asyas tengah kesurupan, sungguh Albania tak paham. Kejutan macam apa dari semesta yang menganggetkannya hingga sekuat ini.

"Bangun tidur kamu, Al?"

"Kesurupan Mbak Mela yang jaga pohon beringin asrama belakang kali."

"Mimpi abis didatengin syaikh suruh menikahi perempuan bernama Albania apa gimana?"

"Cuci muka dan kumpulkan nyawa dulu, Al, baru ngomong!"

Seketika kegaduhan terjadi di dalam aula. Baik santri putra maupun putri jelas terkejut dengan ma'lumat seperti itu. Ayas tak menanggapi banyak pertanyaan, komentar ataupun judge yang mungkin akan didapat. Tanpa memberikan penjelasan lebih, pemuda itu meninggalkan aula menyisakan keributan yang belum henti.

"Udah gila si Al."

"Woi, Al!" panggil seseorang.

Langkahnya terhenti di depan jendela dekat pintu. Dia menoleh dan mendapati Hilmi yang berdiri di depannya. Laki-laki itu menatap Asyas dengan tatapan penuh pertanyaan dan raut wajah yang amat membingungkan.

"Kamu bercanda, kan?" tanya Hilmi memastikan.

Asyas menggeleng. "Kenapa nggak ada yang percaya?"

"Lo nggak ada hati ya ngomong kayak tadi? Gimana perasaan Madinah?" sergah Hilmi.

"Nggak tahu."

"Secantik apa sih Albania sampai lo meninggalkan Madinah demi perempuan kayak dia?"

Asyas melangkah lebih mendekat ke arah Hilmi. Dia menatap temannya tajam. Di satu sisi Hilmi adalah sahabatnya yang sering berdiri paling depan saat Asyas membutuhkan, tetapi nahasnya dia juga yang kerapkali berkomentar tentang banyak hal yang Asyas kehendaki. Seolah mengatur dan Asyas tak suka.

"Jangan mendebatku tentang seseorang yang kau lihat dengan mata. Sedangkan aku melihatnya dengan hati," tegas Asyas.

Laki-laki itu mundur beberapa langkah lalu berbalik dan pergi meninggalkan Hilmi yang tak membalas sama sekali. Perkataan yang Asyas tuturkan sama dengan Qais ketika membela Layla. Cinta memang kerapkali segila itu. Dia hadir dan tak jarang memberi pengaruh besar pada akal. Orang-orang yang sedang jatuh cinta sedikit pun enggan telinganya menerima masukan. Nasihat-nasihat yang didengar orang yang sedang jatuh cinta hanyalah omong kosong yang tak memiliki tempat untuk ditelan.
Hingga pada titik ketidakmungkinan, Asyas berhasil jatuh pada perempuan yang sebelumnya tak pernah diinginkan.



Haloo akhirnya apdet. Gimana ... gimana? wkwk

Bila ada kesalahan sila sampaikan dengan baik. Jangan lupa vote dan komentarnya, kakak-kakak.

Yang belum follow, ayo sebelum lanjut follow dulu kalau nggak keberatan 😂

Salam | Milky Way

Surabaya, 12 April 2020



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro