03.Immortal Rival
Badannya tiba-tiba saja tersentak kaget. Mulutnya sedikit terbuka untuk beberapa saat, tak berapa lama kemudian ekspresinya kembali menjadi tenang.
"Oh benarkah?~ mungkin-- kita memang pernah bertemu?~"
"?! Benarkah?! Kalau begitu dimana--"
Tersentak dengan jawabannya, dirimu terlihat berseri-seri penasaran, kau menodongkan wajahmu kearahnya dan tangannya terulur begitu saja, mengelus pipimu.
"--Dimimpi indahmu?~"
"...hah?"
Untuk beberapa saat kau terdiam diam sambil memandanginya seperti orang bodoh. Tawanya meledak dan itu membuatmu memerah gila seperti petasan yang akan meledak ditahun baru.
"Hei! Padahal aku sedang serius-seriusnya! Bisa-bisanya kau!!!"
"Aw aw aw aw! Maaf maaf! Ha-habisnya reaksimu itu terlalu-- fuahahahahaha!!!"
"Berhentilah tertawa, bodoh!!!"
Kau terus memukulinya tak memperdulikan bahwa kini satu kelas telah melirik kearah kalian. Orang pertama yang berkomentar atas kejadian ini tak lain dan tak bukan adalah Mukuro. Ia menunggingkan seringai nakalnya kearahmu, lalu tertawa pelan seperti sedang mengejek.
"Ehem-ehem~ permisi ya lovebird yang ada disana~ kalau kalian mau bermesraan seharusnya kalian lebih memilih tempat yang sesuai... seperti di gudang penyimpanan barang olahraga misalnya?~ ya kan semuanya?"
Pfft pffft
Satu kelas tertawa renyah atas komentaran Mukuro, membuatmu salah tingkah dan akhirnya memutuskan untuk duduk tenang dibangkumu. Kau melirik Natsume yang entah kenapa, menutupi bagian bawah wajahnya. Walaupun begitu kau tetap dapat melihat bahwa kedua telinganya telah memerah padam. Kau memerengkan wajahmu bingung.
'Apa jangan-jangan-- dia merasa malu?'
Kau kemudian tertawa kecil membayangkan wajah malu-malunya.
'Kawaii na~'
Waktu berputar dengan cepat, Ichigo-sensei kemudian membubarkan kelas setelah menetapkan perangkat-perangkat kelas.
"Haaah... kenapa ini terjadi padaku~"
Haruka menghela panjang nafasnya. Menatap pilu namanya yang ditulis besar-besaran dipapan tulia sebagai 'ketua kelas'.
Kau kemudian menghampirinya, menepuk pundaknya lalu menyemangatinya.
"Haha, ganbatte Haruka-kun!"
"(Y/N)-san--"
"Yah... sebagian dari itu salahmu juga sih, kenapa kau tak menolaknya? Malah bengong-bengong sendiri seperti orang idiot..."
Natsume ikut-ikutan menyambar disampingmu, membuat Haruka mengembungkan pipinya kesal.
"...huh, mau bagaimana lagi... itu tadi mendadak sekali dan aku tak enak hati untuk menolak permohonan anak satu kelas padaku." Ucapnya sambil memalingkan wajahnya.
"Hah... kau tahu Haru? Kau ini terlalu banyak memiliki kelemahan... seperti sisi baikmu yang terlalu murni itu lalu--"
"Lalu?"
"Lalu apa?"
Kau dan Haruka serentak menatap kearah Natsume. Natsume meletakkan ibu jari dan telunjuknya didagunya, berpose ala detektif lalu mengatakan isi hatinya tanpa merasa bersalah sedikitpun.
"...lalu kau itu pendek. Masa dari smp sampai sekarang tinggimu tak pernah berkembang-kembang lagi setelah itu? Lihatlah! Bahkan kau terlihat sepantaran dengan (Y/N)!"
"Pffft--!!!"
Suara tawa tak sengaja meluncur dari bibirmu mendengar Natsume yang terang-terangan 'mengatai' soal kekurangan fatal dari seorang Haruka. Kau segera saja menutup mulutmu, melirik kesampingmu dan mendapati Haruka yang sudah memerah padam layaknya tomat.
"Be-be-be-be-berisik! Ti-tinggi badanku sama sekali tak ada kaitannya dengan semua hal ini!" Sahut Haruka sembari menutupi wajahnya. Ia mengeluarkan aura yang berkata 'jangan melihatku!' Dan jujur itu sangat menggemaskan.
"Oya? (Y/N)-chan kau langsung bertindak huh? Cepat seperti biasanya~"
"Huh? Siapa--"
"Muku-chan!"
Kau memeluk Mukuro erat dan Mukuro mengelus-elus pucuk kepalamu lembut.
"Yosh-yosh~ anak baik, anak baik~" ucapnya masih dengan pandangan mengantuknya.
"Umm... bertindak? Maksudmu?" Haruka memiringkan kepalanya, ia terlihat bingung dengan ucapan Mukuro.
"Umu, namaku Mukuro, panggil saja Muku, mungkin ini tak sesuai dengan penampilannya tapi anak satu ini bisa sangat keras kepala ketika itu berurusan dengan pendekatan... maksudku, kau tahu? Dia sedang mencoba mendekatimu~"
"Mendekatiku-- apa?!"
Haruka terlihat salah paham, ia menatap kaget kearahmu dan kau ikut melirik kaget kearah Mukuro.
"Muku-chan! Bukan seperti itu!!! Kenapa kau selalu berkata berlebihan seperti itu!!!" Cercamu sambil mencubit-cubit tangan Mukuro gemas. Mukuro terkikik geli, ia terlihat begitu puas melihat wajah memerah kalian.
"Ahahahahaha~ kalian ini lucu sekali, jika kalian suatu saat nanti benar-benar akan menjadi pasangan, maka aku akan duduk dibarisan paling depan untuk memberikan kalian semangatku~"
"Mou, Muku-chan! Hentikan! Kumohon hentikan!!!" >///< keluhmu. Mukuro lalu mendorong wajahmu menjauh darinya, ia kemudian memandang Natsume yang entah sejak kapan terdiam dalam pikirannya sendiri.
"Bagaimana denganmu lovebird pertamanya (Y/N)? Gak apa nih? (Y/N) mu bakal direbut oleh ketua kelas kita ini loh?~"
"...Huh? Apa? Dire...but?" Tanyanya.
"Makanya kubilang hentikan!!!" Kali ini kau benar-benar serius menanggapi kata-kata Mukuro. Kau menarik Mukuro menjauh dari mereka berdua, lalu mendorong badannya kearah pintu kelas.
"Kalian berdua yang damai ya~ jangan bertengkar karena tuan putri kalian akan kuambil lebih dulu daripada kalian--"
"HENTIKAN KYAAA KYAAA!!!" jeritmu histeris. Kau berlari malu kearah koridor diikuti dengan suara tawa Mukuro yang menggelegar dibelakangmu.
"HEI HEI PANGERANMU JANGAN DITINGGALIN DONG OHIME-SAMA~"
"MUKU-CHAN KENAPA KAU JAHIL BANGET?!" TwT
"WAHAHAHAHAHAHA!!!"
Kalian berdua berlari tanpa memperdulikan tatapan orang yang sibuk berlalu lalang dijalan, meninggalkan Haruka dan Natsume berdua didalam kelas dalam keheningan dan kebingungan.
Haruka berusaha memecahkan suasana aneh barusan dengan tertawa garing sembari menggaruk-garuk belakang kepalanya kehabisan kata-kata.
"Ahahahaha... itu tadi membuatku kaget... yah, tentu saja itu hanya candaan untuk melarutkan kegalauan ku tadi... kurasa? Mukuro-san memiliki sense humor yang bagus~ Iya kan Natsume?"
".........."
"? Natsume?"
"Huh? A-apa?"
"Apa kau mendengarkanku? Ada apa? Apa kau sakit?"
"Oh, maaf pikiranku teralihkan oleh hal lain tadi... maaf, aku harus cabut."
"Eh, tunggu dulu apa?! Ini baru hari pertama loh!"
"Aku tak akan pulang dasar, aku hanya akan mencari tempat sunyi yang bagus disekolah ini."
"Ekh, tapi tetap saja tak boleh-- Natsume? Hei, Natsume!!! Huh, dasar!"
Senyuman Haruka tertukar menjadi ekspresi cemberut saat melihat Natsume berjalan meninggalkannya. Ia lalu menopangkan kepalanya pada tangannya dimeja, kemudian menatap kearah kakinya dengan pandangan sedih.
"--Dia sedang mencoba mendekatimu~"
"...mendekatiku huh..."
Kata-kata itu terngiang-ngiang dipikirannya. Ia menutup matanya, didalam pikirannya hanya ada gambaran sebuah ruangan gelap kosong dimana hanya ada seorang anak kecil didalamnya. Sendirian menatap keluar jendela ruangan tersebut.
"...jika... jika itu benar-benar akan terjadi kembali padaku, maka kali ini aku akan benar-benar akan--"
Tak akan kuat menerimanya lagi...
Meremas dadanya yang merasa berdenyut, Haruka memeluk dirinya sendiri, mengeluarkan rintihan-rintihan menyedihkan seperti meminta pertolongan.
"...tidak boleh, tidak boleh, jangan...lagi...kumohon..."
"--ahahahaha! Tadi itu lucu sekali bukan? Guru itu tiba-tiba saja tersandung heels nya sendiri dan mendarat dengan pantatnya terlebih dahulu!"
"Wahahaha! Wajah kagetnya membuatku tak bisa berhenti menertawainya lol."
"Ah, sudah-sudah! Daritadi kalian menertawakan Shimazaki-sensei tanpa henti! Mau bagaimanapun dia itu wali kelas kita loh!"
"Wkwk, wali kelas tersial yang pernah ada wahahahaha!!!"
"Heh, kubilang hentikan--"
"HENTIKAN KYAAA KYAAA!!!"
"Hum? Suara apa itu-- yaiks!!!"
Laki-laki bersurai hitam itu melompat menjauhi koridor ketika melihat seorang gadis bersurai (H/C) berlari sprinter dengan kecepatan penuh. Ia mendengus kesal. "Apa-apaan gadis itu--"
"HEI HEI PANGERANMU JANGAN DITINGGALIN DONG OHIME-SAMA~"
"MUKU-CHAN KENAPA KAU JAHIL BANGET?!" TwT
"WAHAHAHAHAHAHA!!!"
Kemudian ia kembali melompat kaget ketika seorang gadis pirang mengejar-ngejar gadis itu. Ia tertawa gila berbeda terbalik dengan ekspresi mengantuknya.
"Wah, gila-- gadis berambut pirang itu cakep banget gak sih?!" Sahut laki-laki lain disamping laki-laki bersurai merah maroon.
Laki-laki bersurai merah maroon itu terlihat sedikit kaget dengan apa yang dilihatnya.
"Huh? (Y/N)-chan?"
"Apa? (Y/N)-chan? Apa kau mengenal gadis pirang itu Togashi? Lain kali kenalin dong--"
"Bukan dia." Potongnya cepat. Laki-laki disampingnya mendecih tak senang.
"Heh, kau ini tak seru deh."
"Oh diamlah, dan jangan hanya berdiam diri saja dijalan, ayo kekantin." Ajaknya, melangkahkan kedua kakinya menuju kearah yang sama dengan kedua gadis sebelumnya itu berlari.
"Oh, iya bukankah gadis berambut pirang itu sebelumnya berteriak 'jangan tinggalkan pangeranmu' atau semacam itu? Apa dia mungkin sedang bertengkar dengan pacarnya?"
"Hmm hmm mungkin saja? Yah... gadis zaman sekarang terlalu over reacting sih, sedikit-sedikit mudah nge-hype dengan hal-hal sepele seperti itu."
"Itu sebabnya cowo mereka tak betah denga mereka wahahahaha!!!"
Dua lelaki itu tertawa riang didepan laki-laki berambut maroon tersebut, tak menyadari bahwa ekspresi darinya telah berubah total dari senyuman bersahabat menjadi tatapan sinis. Ia menatap jijik pada kedua lelaki itu dan memutar arah badannya kearah lain.
"--iya kan Akino? Huh, Akino?"
"Kemana dia pergi? Bukannya tadi dia masih bersama kita?"
Keduanya saling menatap heran dan akhirnya mengacuhkannya. Mereka tetap berjalan santai kekantin walau tanpa laki-laki bersurai merah sebelumnya.
Ditempat lain, laki-laki bersurai merah yang sempat mereka cari tadi bersandar disebuah tembok, meludah ketong sampah disebelahnya.
"Cih! Kenapa aku harus dikelilingi dengan orang-orang tak berotak seperti mereka? Dari tadi pagi juga begitu, apa mereka tak mengerti bahwa keberadaan mereka itu menggangguku?!" Umpatnya. Ia menghela nafas panjang, menautkan kedua alisnya tak senang.
"...(Y/N)-chan... sudah punya pacar? Tak mungkin kan?"
-(Y/N) PoV-
Aku menggembungkan pipiku layaknya ikan mas didalam aquarium, Muku-chan terkikik geli sedari tadi dibelakangku.
"Fufu~ maafkan aku... nanti akan kubantu untuk menyelesaikan kesalahpahaman ini jika mereka mengambil artian yang salah, jadi maafkan aku ya?~"
"Huh! Tak akan!" Jawabku sembari membuang wajahku dari tatapan matanya. Jahatnya! Sikap jahilnya tak pernah berubah sejak kali terakhir kami bertemu! Muku-chan kemudian terdiam.
"...tidak juga dengan puding?"
".........."
"Hmm~ bagaimana ini~ sepertinya aku melihat puding enak didepan sana~ oh lihatlah kilauan coklatnya yang menyilaukan mata itu--"
"Ok, ok kumaafkan!!!"
"Deal hehe~"
-Time skip-
Setelah memesan makanan dari ibu pemilik kantin, kami berdua kini kebingungan akan makan dimana, melihat semua meja yang sudah terisi dengan gerombolan murid-murid.
"Bagaimana ini?" Tanyaku pada Muku-chan yang terlihat sudah mencapai kapasitasnya.
"Ugh-- aku sudah capek karena terlalu banyak menggunakan tenaga untuk mengejarmu... lebih dar ini aku akan pingsan--"
"Mukuro!"
Deg!
"Ugeh--" sahutku refleks akibat menyadari asal suara ini. Dari kejauhan seorang gadis cantik dengan rambut ungu kemalamannya melambai-lambai pelan, seperti mengajak Muku-chan untuk kearahnya.
Muku-chan memicingkan matanya, menatap siapa yang sedang memanggilnya.
"! Ah, Tenka!" Sahut Muku-chan kaget. Muku-chan kemudian berlari senang kearah gadis kampret sialan itu.
"Lama tak jumpa! Apa kabarmu? Kenapa kau tak bilang bahwa kau juga akan bersekolah disini?!" Tanya Muku-chan bertubi-tubi. Gadis itu menghela panjang.
"Banyak sekali pertanyaan yang harus kujawab... pertama-tama duduklah dulu-- kau juga (L/N)-san." Ucapnya dengan pandangan tak bersahabat padaku. Aku mengikuti ucapannya dan duduk berdekatan dengan Muku-chan, aku juga menatapnya dengan pandangan tajam.
"Lama tak jumpa Mano-san."
"Lama tak jumpa juga."
Bzzt bzzt bzzt
Dari mata kami seperti bermunculan sengatan listrik yang saling bertabrakan satu sama lain. Muku-chan yang tak mengetahui apa-apa mengenai kami hanya bisa menggigit sandwichnya dengan tenang.
"Itadakimasu, haum~"
'Tak akan kubiarkan Muku-chan bersamamu!' Batinku.
'Tak akan kubiarkan Mukuro bersamamu lagi!' Batinnya tersampaikan oleh tatapan matanya padaku.
Dan jam istirahat siang kami separuhnya terpakai habis oleh kontes saling menatap tajam.
'POKOKNYA GAK BAKALAN KUBIARIN!!!' *pout*
-Flashback-
To Be Continued...
A/N : Well~ mungkin di prologue ini bakal banyak humornya dulu tapi tenang saja~ disetiap waktu yang kalian jalani untuk membaca cerita ini kalian akan disambut oleh kejutan sayang dari adegan gore kesukaan kalian sesegera mungkin setelah adegan prolog ini habis ufufufufu~ sabar ya zeyeng, muach! :* *kiss air* //Jyjyk anjay!!!
Adieu!
Alice~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro