Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

HEPI BISDEY YUGI!!

A/N:

Maaf kalau penulisannya kembali kaku, udah lama ga bikin pair ini, ehe

.

.

.

Seorang elf bertubuh mungil berjalan lurus di aula kerajaan, kepalanya menunduk, di sampingnya berjalan seorang laki-laki berkulit sawo matang berambut emas-abu panjang sepunggung menuntunnya ke hadapan pangeran yang berada di aula kerajaan.

"Pangeran, atas perintah raja dialah yang akan menjadi tunangan pangeran."

Tangan mungil gemetar, meski begitu ia tetap berusaha untuk melakukan sesuai wejangan kakeknya mengangkat rok gaunnya sedikit sampai di atas semata kaki, menundukkan badannya, kepalanya masih tertunduk.

"Namaku Mutou Yugi, anak pertama high priest dari Kerajaan Elf."

Sepasang mata biru tajam memperhatikan tunangannya dari atas sampai bawah, ekspresi wajahnya sedikit berubah ketika tidak puas dengan perawakan tunangannya ini, untuknya tubuh mungil, ringkih, kurus seperti itu tidak mungkin bisa mengandung anak keturunan naga sepertinya.

"Jangan bercanda, anak lemah seperti ini menjadi tunanganku? Aku adalah Raja selanjutnya, dia yang akan bersanding denganku harus setara, tidak seperti elf ini."

Ucapan itu menusuk-nusuk hati sang elf, di dalam hatinya ia menggumamkan maaf tak henti.

"Maaf aku kelihatan lemah."

"Maaf aku seperti ini."

"Aku memang tidak cocok bersanding dengan calon raja."

Kedua matanya berkaca-kaca, ia tetap berusaha untuk kuat, menahan air matanya yang sudah mau mengalir, kepalanya yang menunduk menyembunyikan ekspresi menahan perih di hatinya. Ia ingin lari pergi keluar aula, tetapi kalau ia melakukan itu pasti pangeran akan makin merendahkannya dan dirinya akan semakin jauh dari kualifikasi bisa bersanding dengan pangeran.

Ia tidak boleh membiarkan pangeran merendahkannya lebih dair ini, ia sudah terpilih menjadi tunangan dari Kerajaan Naga, ia harus membuktikan bahwa dirinya pantas bersama dengan pangeran.

"Malik, maksud ayah apa memberiku elf lemah seperti ini sebagai istriku?"

"Raja hanya mengatakan, elf ini tidak lemah, pangeran akan tau ketika bersamanya."

Sebelah alis Kaiba terangkat, agak meragukan itu adalah perkataan ayahnya. Matanya kembali memperhatikan calon istrinya dari atas sampai, lalu mendengus, menyeringai, ia tidak bisa mempercayai perkataan ayahnya.

Sang elf mengangkat kepalanya. "Pangeran, maaf jika penampilanku tidak bisa bersanding dengan pangeran, tetapi Yang Mulia sudah memilihku sebagai tunangan pangeran, aku ... aku akan berusaha agar bisa mengimbangi pangeran, aku akan buktikan aku bukanlah elf yang lemah seperti apa yang pangeran katakan."

Malik tercengang mendengar perkataan sang elf mungil pada pangeran, tidak ada yang pernah bisa melakukan itu.

Pancaran matanya mengandung tekad yang kuat, keputusan yang sudah dipikirkan dengan baik-baik, Yugi tidak ingin orang-orang menganggapnya lemah, meski tubuh ini kelihatan lemah, ia adalah elf terkuat yang ada di negerinya. Elf yang bisa bersanding dengan pangeran naga di hadapannya ini.

"Kamu bisa mengatakan itu dengan mudah, kalau begitu buktikan padaku."

"Aku akan membuktikannya pada pangeran."

Sejak hari itu pangeran naga menerima Yugi menjadi tunangannya, tetapi dengan syarat sang elf bisa membuktikan perkataannya dalam waktu satu minggu, pangeran tidak ingin menghabiskan waktu jika satu bulan itu masih belum bisa meyakinkan sang pangeran, pangeran akan mengirimkan kembali Yugi ke Kerajaan Elf.

Pangeran membebaskan cara yang digunakan Yugi untuk meyakinkannya.

Yugi tinggal di Kerajaan Naga dengan kamar terpisah, setiap pagi Yugi bangun pagi, membantu Malik di dapur untuk menyiapkan sarapan untuk pangeran, Yugi melakukannya dengan senyum di wajahnya.

"Biar aku saja yang bawakan, aku tidak mau merepotkan--" perkataanya terhenti agak bingung harus memanggil Yugi dengan sebutan apa."--aku tidak mau bikin repot calon ratu untuk melakukan hal ini."

Yugi mengangkat nampan meja yang diatas sudah tertata rapi makanan sarapan untuk pangeran di meja. "Malik-san, tidak apa, biar aku saja, Malik-san bisa manggil aku Yugi."

"Itu sangat tidak sopan, saya tidak memanggil anda seperti itu."

"Beneran gapapa, lagipula aku ...," Yugi menundukkan kepalanya, "kalau aku gagal meyakinkan pangeran aku akan kembali ke Kerajaan Elf, aku belum tentu akan menjadi ratu kerajaan ini." Yugi mengangkat kepalanya sembari tersenyum, senyumannya sedikit berbeda, senyuman yang memancarkan kekhawatiran bercampur sedih.

Ekspresi wajah Malik menjadi sendu setelah melihat senyuman Yugi. "Aku yakin putri akan menjadi ratu, yang cocok mendampingi pangeran cuman putri aja, pangeran emang kelihatan kasar tapi sebenarnya pangeran khawatir."

"Khawatir?" Yugi memiringkan kepalanya bingung.

"Pangeran Kaiba sangat khawatir dengan kondisi tubuh putri yang kecil, mengira putri tidak mendapatkan perlakuan tidak baik di kerajaan, dan kamar putri itu setara dengan kamar pangeran, pangeran ingin putri bisa membiasakan diri di kerajaan ini."

"Aku dari kecil emang punya badan kecil seperti ini."

"Putri, tau kan kamar pangeran di mana?"

"Iya, kemarin habis makan malam pangeran mengajakku keliling istana dan memberitahukan letak kamarnya."

"Begitu ya, semoga berhasil putri."

"Terima kasih."

Yugi berjalan cepat menuju kamar pangeran, di depan kamar pangeran Yugi mengetuk pintu dua kali, setelah mendapat balasan dari dalam Yugi mendorong pintu menggunakan sisi tubuhnya, pintu kamar lumayan berat, Yugi memakai tenaga cukup besar untuk mendorongnya. Di sisi lain Kaiba cuman memperhatikan tunangannya itu di ranjang, ujung bibirnya melengkuk melihat Yugi yang mendorong pintu kamarnya.

Menurutnya ekspresi wajah Yugi saat mendorong pintu itu lucu. Wajahnya kembali seperti semula sesaat Yugi berhasil masuk ke kamarnya dan berjalan ke sisi ranjang.

"Selamat pagi pangeran, aku sudah bawakan sarapan untuk pangeran," ucapnya dengan nada riang.

"Simpen aja."

Yugi mengikuti kata-kata Kaiba. "Ada yang diperlukan lagi?"

"Tidak ada," ucapnya seraya membenarkan duduk, lalu mulai makan sarapannya.

"Kalau begitu aku pergi, tidak mau menganggu pangeran." Yugi memutar badannya, sebelum Yugi melangkah pinganggnya dilit ekor naga. "Pangeran?"

"Diam di situ dan temani aku makan."

"Baik." Yugi kembali memutar badannya menghadap Kaiba, kedua tangannya saling perpegangan di depan, kepalannya sedikit menunduk, Yugi tidak ada masalah dengan dengan menemani Kaiba sarapan, tetapi ekor naga utih masih melilit di pinggangnya dan itu membuatnya malu.

Yugi teringat kata-kata yang pernah ia baca dibuku, yang dilakukan pangeran ini merupakan semacam tanda kepemilikan, maksudnya dengan melilitkan ekor ke pinggang seseorang itu menjadi tanda bahwa orang itu miliknya atau seseorang yang dicintai. Setelah Yugi tahu ia akan menjadi pendamping seoran pangeran naga Yugi dengan mempelajari detail kecil sampai rela membaca berbuku-buku tentang ras naga yang berada di perpustakaan istana.

Yugi makin salah tingkah saat lilitan ekor naga makin erat ke pinggangnya.

"Kamu kenapa?"

"Gapapa," balasnya agak lantang, disaat sadar ia telah menggunakan suara yang agak keras kepalanya langsung menunduk.

Kaiba mendengus kala melihat tingkah Yugi. "Katanya kamu ingin membuktikan kalau kamu bisa bersanding denganku, kalau begitu," ekor naga terlepas dari pinggang Yugi lalu ujung ekornya bergerak ke dagu Yugi, ekor itu mengangkat kepala Yugi dengan paksa, "angkat wajahmu, lihatlah wajah yang di depan, perlihatkan bahwa calon ratu mereka memiliki wibawa yang kuat juga percaya diri."

"Baik."

Kaiba mengngkat nampan meja dari hadapannya pada Yugi. "Berikan ini pada Malik, dan cepatlah kembali ke sini, bantu aku mengganti baju."

"EH?!" Yugi memekik terkejut. "Pa ... pangeran, kita kan belum resmi, itu tidak boleh ... elf sepertiku harus tetap suci sampai hari pernikahan."

Wajah Kaiba mengkerut, memperlihatkan dirinya tidak suka dengan jawaban tunangannya, ekor naganya menghentak lantai cukup keras.

Yugi menerima nampan meja dari tangan Kaiba agak takut-takut. "Aku akan kembali abis ngasih ini ke Malik-san, aku permisi!" Yugi membalikkan badan dan keluar dari kamar pangeran.

"Aku tidak bisa mengerti isi pikiran elf," gumamnya kesal.

---

Yugi berlari kecil di sepanjang koridor sampai akhirnya bertemu dengan Malik.

"Malik-san aku disuruh memberikan ini, terus aku harus kembali ke kamar pangeran."

"Putri, oangern gak nyuruh yang aneh-aneh kan? muka putri merah."

"Eng ... enggak kok, tenang aja, aku permisi!"

Yugi berbalik badan dan lari kembali ke kamar Kaiba. Yugi menghabiskan setengah tenaganya untuk berlari di sepanjang lorong, nafasnya terengah-engah tepat di depan pintu kamar Kaiba. Yugi menarik nafas lalu menghembuskan nafasnya, menenangkan dirinya terlebih dahulu. Setelah Yugi merasa siap, ia mengetuk pintunya dua kali.

Yugi mendorong pintu sekali lagi dengan sekuat tenaga, di kerajaan ini pintu istana rata-rata lebih berat dari pintu yang ada di istananya, jadi setiap membuka pintu harus menggunakan cukup banyak.

"Pangeran, aku kembali."

"Lebih cepat dari dugaanku."

"Pangeran butuh sesuatu?"

"Ikut denganku."

"Kemana?"

"Ikut saja." Kaiba meraih tangan Yugi, menarik tubuh mungil itu ke dalam dekapannya. "Pegangan kuat-kuat."

Yugi melingkarkan kedua tangannya di leher Kaiba. Yugi tidka bisa menebak apa yang sedang direncanakan Kaiba, namun firasatnya yang tajam memberitahu dirinya untuk berpegangan dengan kuat karena sebentar lagi sesuatu mengerikan akan terjadi dalam waktu cepat.

Kaiba memastikan untuk memegang erat tubuh Yugi, setelah itu Kaiba berlari dengan kencang menuju jendela yang terbuka. Bingkai jendela menjadi pijakannya untuk melompat ke angkasa, saat kedua kakainya tidak berpijak, sepasang sayap merentang lebar menutup langit. Yugi terpana melihat sayap itu. Matanya yang berbinar menatap sepasang sayap besar nan lebar, menghilangkan rasa takut yang sempat muncul.

"Kukira kamu akan berteriak dan menangis."

"Mana mungkin aku berteriak, itu memalukan ...."

"Hn, sudahlah, aku tidak akan menunggu sampai seminggu."

Yugi bingung mendnegar ucapan Kaiba, menunggu sampai seminggu itu maksudnya apa?

Kaiba membawa Yugi terbang, melihat Kerajaan Naga dari atas, dan mereka mendarat di puncak gunung yang tidak jauh dari kerajaan, puncak gunung tersebut memiliki padang bunga yang luas. Kaiba ingin memperlihatkan padang bunga itu pada Yugi, Kaiba pikir padang bunga itu bisa membuat Yugi senang karena elf sangat dekat dengan alam, begitulah isi pikirannya.

"Sudah sampai."

"Padang bunga yang indah."

Kaiba menurunkan Yugi. Kaiba hanya diam berdiri seperti patung seraya memperhatikan Yugi yang berlari mengitari padang bunga dengan riang seperti anak kecil, mungkin emang masih kecil umurnya masih dibilang anak-anak kalau di ras elf.

Dia akan menjadi istriku? Jangan bercanda, kenapa ayah memberikan anak kecil padaku? decihan kesal keluar dari mulutnya, semakin lama Kaiba memperhatikannya, makin susah untuk menerima kenyataan bahwa elf itu akan hidup bersamanya, menjadi ratu kerajaan ini.

Tak lama Yugi kembali menghampiri Kaiba.

"Pangeran, boleh pinjam tangan kanannya?"

Kaiba memberikan tangan kanannya tanpa mengatakan apapun, Yugi menyematkan cincin yang terbuat dari bunga ke jari manis Kaiba.

"Ini cincin khas ras elf?"

"Bu ... bukan, kami memiliki adat untuk memberikan cincin bunga pada orang yang akan menjadi pasangannya nanti, mungkin bisa dibilang ke orang yang dicintainya ...," kata Yugi sambil malu-malu.

"Kamu baru bertemu denganku, kenapa kamu bisa menyimpulkan kamu mencintaiku?"

"Aku tidak tau soal itu, tapi karena aku akan menjadi istri pangeran, aku akan mencoba untuk mencintai pangeran sepenuh hati dan aku memilih untuk mencintai pangeran bukan karena dijodohkan tapi aku emang sudah jatuh cinta pada pangeran di hari aku bertemu dengan pangeran."

Kaiba menghembuskan nafas panjang. "Sudahlah lupakan saja, aku sudah menyiapkan untukmu juga." Ekor Kaiba melilit pergelangan kaki kanan Yugi, saat lilitan itu terlepas, ekor itu meninggalkan sebuah cincin yang mirip dengan gelang kaki terbuat dari perak. "Itu adalah cincin ras naga, kamu tidak bisa melepasnya, mulai hari ini dan seterusnya, selama cincin itu melingkar di pergelangan kakimu, kamu adalah milikku seorang, calon ratu kerajaan ini."

Setetes air mata jatuh dari mata Yugi, tidak menyangka dirinya akan diterima oleh sang pangeran.

"Aku tidak mau punya istri yang lemah, ingat itu."

"Pangeran aku ini kuat." Air mata semakin turun dengan deras dari kedua matanya. "Terima kasih pangeran."

Kaiba melangkah lebih dekat ke Yugi, menundukkan badannya dan menempelkan dahinya pada dahi Yugi.

"Sudah jangan menangis, aku percaya kamu kuat, lebih kuat dariku."

"Habisnya aku senang sekali, kupikir pangeran benci padaku."

"Aku tidak pernah membenci calon istriku, aku mencintainya, aku rela menukar nyawaku untuknya."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro

Tags: #kaiyugi#ygo