Bulan 3, #61&62 Life
Entah apa yang membuatku merasa tidak betah berdiam diri di kamar. Seolah ada yang menarikku keluar. Padahal aku berharap, akhir pekan ini aku tidak pergi ke mana pun juga. Namun, di sinilah aku. Louix Cafe. Menjelang tengah malam.
Hampir penuh. Mungkin karena awal bulan, mereka baru saja menerima pembayaran atas hasil kerja mereka selama sebulan kemarin. Sama sepertiku juga. Tapi bukan kebiasaanku untuk menghabiskan uang dengan berfoya-foya begini. Seperti yang tadi kukatakan, aku seolah tertarik keluar dari kamarku sendiri. Mungkin ada yang menghipnotisku. Anggap saja demikian.
Tidak ada satu pun kehadiran sosok itu di sini. Entah mengapa, setelah lewat tengah malam, aku ingin keluar dari sana. Aku berjalan tanpa arah. Benar-benar seperti orang yang terhipnotis. Seolah ada yang menggerakkanku ke mana aku harus pergi.
Maka tibalah aku di dekat pertokoan area pasar. Jujur, aku sendiri bingung mengapa aku pergi ke sini. Tempat yang agak jauh dari kamar sewaku.
Sepi. Hanya ada beberapa orang saja di sana. Bisa dihitung dengan jari. Beberapa petugas keamanan yang sedang berjaga dan beberapa orang lagi yang sedang berbincang-bincang.
Lalu muncullah seseorang dari arah seberang. Aku langsung melihatnya. Tentu saja karena aura aneh itu terasa olehku. Ya, ada sosok hitam itu di punggungnya.
Kulambatkan langkahku. Aku hanya ingin tahu, apa yang dilakukan orang itu. Aku juga ingin tahu, apa yang sosok itu lakukan.
Tepat di tempat sepi di balik deretan toko, dia menghilang. Aku yang penasaran, mencoba untuk mengintip dari balik dinding.
Astaga! Aku hampir berteriak.
Seseorang membantainya!
Dengan pakaian serba gelap, laki-laki itu menghempasnya. Seolah tak berdaya, laki-laki dengan punggung yang ditempeli sosok hitam itu terpelanting. Dia jatuh di ujung lorong. Layaknya boneka yang tidak bernyawa, yang dimainkan pemiliknya dengan kasar. Terguncang-guncang tanpa perlawanan.
Lalu ditariknya laki-laki tak berdaya itu dengan tangan kirinya. Dipegang kuat-kuat kerah bajunya. Masih tanpa perlawanan. Lalu tangan kanannya yang bersarung tangan gelap, menarik sosok hitam di punggungnya dengan kasar.
Sukses makhluk itu terlepas dari tubuh si laki-laki tak berdaya. Bahkan mungkin dia sudah pingsan karenanya. Lalu tubuhnya yang terkulai, dilepaskan begitu saja oleh laki-laki berpakaian serba gelap itu. Dia jatuh tersungkur di tanah.
Sedang sosok yang masih dalam genggaman tangan, dihempasnya ke tanah dengan kuat. Lalu dipukulnya sekuat tenaga. Terakhir, diremukkan sosok itu hingga hancur terburai. Cairan hitam menyiprat ke segala penjuru.
"Ah!" Aku tahu aku terkejut. Tapi tidak seharusnya aku mengeluarkan suara. Meski dengan cepat aku tersadar dan menutup mulutku, dia sudah mendengarnya. Aku bersembunyi di balik dinding sebelum dia sempat menoleh.
Lalu tanpa komando, aku lari sekuat tenaga menjauh dari sana. Aku takut. Jatungku berdetak cepat dan kuat. Dinginnya malam tidak membuatku menggigil, justru aku merasakan tubuhku membara ketakutan.
Aku tidak menoleh ke kiri atau kanan lagi. Aku fokus lari. Lari secepat dan sejauh mungkin. Meski sandalku rasanya tidak nyaman kupakai berlari.
Saat kusadari aku tidak lagi bisa bernapas dan tidak kuat berlari, aku berhenti. Sedapatnya aku bersembunyi. Menarik napas dalam-dalam, menahan suara, dan tetap diam terduduk di sudut bangunan. Aku tidak tahu di mana aku berada. Aku hanya diam. Hanya itulah yang terlintas.
**
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro