Bulan 12, #335 Life
"Terima kasih sudah mengajakku kencan," ucap Win yang membuatku meradang.
Aku langsung menatapnya tajam. Win terkekeh.
"Gara-gara kamu, kakak kasir di Louix menganggapku penyuka sesama jenis." Aku cemberut.
Win semakin terkekeh. "Itu bukan aku. Kenapa kamu marah padaku."
"Sudah, tidak usah mengelak. Apa bedanya kamu dan Runi." Aku semakin kesal.
"Sudah, tidak usah cemberut. Kita lagi kencan. Jangan merusak suasana dengan hal-hal sepele."
Sebuah pukulan kudaratkan di pundak Win. "Siapa bilang kita sedang kencan."
Win semakin terbahak.
"Sudah, hentikan. Jadi, bagaimana rencanamu?"
"Rencana apa?" Win menatapku bingung. "Pernikahan kita?"
Lagi-lagi kudaratkan pukulan di pundaknya. "Memancing Lord Imo keluar dari persembunyiannya."
"Oh, itu." Win menggosok-gosokkan wajahnya. "Kita bunuh para Imo di dekat gerbangnya."
"Bagaimana caranya? Mengumpulkan orang-orang yang punggungnya penuh Imo. Lalu membantai mereka bersamaan?"
Win berpikir sejenak lalu tertawa. "Sepertinya tidak mungkin mengumpulkan banyak orang di menara."
"Mengumpulkan Imonya saja? Lalu bantai di sana?" Aku pun bingung dengan usulku sendiri.
"Bisa. Tapi sepertinya tidak mungkin juga." Win terdiam.
"Kenapa tidak tanyakan pada Yuri dan Wuri?" Tiba-tiba terlintas begitu saja pertanyaan itu.
"Katanya mereka tinggal di sebelah kamarmu. Kenapa tidak kamu tanyakan pada mereka?" Win menatapku heran.
"Mereka tidak menjawab kalau kutanya. Aku jadi tidak minat lagi bicara dengan mereka."
Win terkekeh.
Malam pun semakin larut. Hening pun menyelimuti kami.
**
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro