Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bulan 10, #274 Life

Akhirnya Yuri dan Wuri pergi. Tapi mereka pergi dengan tergesa-gesa seolah mereka menyadari sesuatu. Aku cuek saja saat ini. Yang kucari sekarang adalah Win, bukan mereka. Jadi, kudekati Win.

"Hai, Win!"

Dia terkejut. Lalu menoleh ke arah dua perempuan yang baru saja meninggalkannya.

"Tidak suka melihatku datang?"

"Tidak juga." Dia terlihat seperti sedang gelisah. Gelisah karena aku datang atau karena hal lain. "Ada apa?" tanyanya seraya mengatur ekspresinya.

"Lord Imo," ucapku langsung pada pokok permasalahan.

Kali ini, Win benar-benar terlihat terkejut. "Ada apa dengan Lord Imo?"

"Aku bertemu dengannya. Karena penasaran, aku mendekatinya. Sewaktu dia melintas di dekatku, kuraih tangannya. Sayangnya aku tidak bisa memegangnya. Lalu dia menghilang."

"Apa maksudmu?" Win semakin terkejut.

Aku menceritakan semua kejadian yang kualami ketika itu di menara jam pasir kampus. Bagaimana perasaanku saat merasakan aura aneh yang begitu kuat hingga rasa dingin saat menyentuh Lord Imo.

"Kamu sungguh-sungguh menyentuhnya?" tanya Win tidak percaya.

"Ya," jawabku diiringi anggukkan kepala. "Tapi tidak berhasil memegangnya."

"Kamu tidak memakai sarung tanganmu?" tanya Win penasaran.

"Ya," jawabku cepat.

"Oh! Pantas saja. Imo tidak akan bisa tersentuh hanya dengan tangan kosong."

Aku melongo. "Seperti itu rupanya. Kenapa aku tidak ingat, ya."

"Kamu hanya sedang tidak sadar," ucap Win.

Aku meliriknya tajam. "Kamu pikir selama ini aku tidur, ya."

Win tersenyum.

Aku memandangi wajah Win lekat-lekat. "Sepertinya aku memang mengenali sorot mata itu. Tapi di mana," pikirku.

Ekspresi Win berubah. "Apa yang kamu pikirkan?"

"Tidak ada." Aku menggeleng dengan cepat. Lalu mengalihkan pembicaraan. "Jadi, fungsi sarung tangan itu, memang untuk memegang Imo, ya. Makanya hanya dengan sarung tangan itu kita bisa memusnahkannya."

"Tepat sekali. Tapi kekuatan Lord Imo sangat besar. Tidak semudah menghancurkan Black Imo."

Aku terdiam.

"Jika kamu lihat atau bertemu dengan Lord Imo lagi, panggil aku."

"Memanggilmu? Bagaimana caranya?" Aku melotot.

Win terkekeh. "Sebut namaku tiga kali. Kalau tiga kali tidak datang, panggil sekali lagi, mungkin aku ...."

"Tidak dengar," ucap kami berbarengan. Kami pun tertawa bersama.

"Sudah sana pulang. Sudah dini hari."

"Baiklah."

Aku langsung berbalik arah dan meninggalkan Win sendiri. Aku tahu dia memperhatikanku terus, tapi aku tidak mau menoleh. Malam ini, aku merasa lebih tenang.

**

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro