#269 Life
Aku baru saja hendak melangkah keluar gerbang kampus saat aura tidak enak memanggilku. Kuat sekali. Aku langsung menoleh ke arah menara jam pasir. Tepat sesuai dugaanku.
Lord Imo!
Aku langsung berbalik arah. Bergegas menuju menara dan menaiki tangga secepat yang kumampu. Aku terengah namun kuabaikan. Aku ingin melihatnya dari dekat.
Sampai di dalam puncak menara, aku semakin merasakan aura tidak mengenakkan itu. Sangat kuat dan membuatku lemah. Aku bersandar di dinding dan terengah.
Itu dia, Lord Imo. Dia di hadapanku. Sedang mengamati sesuatu di bawah sana. Apa dia menyadari kehadiranku?
Aku mencoba mengatur napasku agar suara engahanku tidak terdengar. Lalu berjalan perlahan ke arahnya.
Dia seukuran orang dewasa. Serupa bayangan hitam. Begitu pekat. Dan auranya menguar dengan kuat. Sangat tidak enak berada di dekatnya.
Tiba-tiba dia berbalik dan menatapku. Tanpa bola mata. Benar-benar seperti bayangan hitam yang selalu mengikuti kita. Lalu dia menyeringai. Tanpa gigi. Aku bergidik ngeri.
Sorot mata tajam yang kurasa. Seringai dingin dan mengerikan yang kulihat. Aku tahu dia menyadari kehadiranku. Aku membeku seolah terhipnotis olehnya.
Lalu dengan gerakan tiba-tiba, dia bergerak ke arahku. Aku tercekat. Tidak tahu mau berbuat apa. Dia ingin menyerangku. Atau dia ingin melarikan diri.
Tepat saat dia berada di dekatku, bahkan sangat dekat, aku langsung tersadar. Kuraih lengannya. Tembus!
Dia menoleh ke arahku. Menampakkan seringainya lagi. Lalu meninggalkanku begitu saja. Tepat di pintu masuk ruangan mesin jam pasir, dia menembusnya dan hilang.
Aku melongo.
Lalu aku tersadar. Telapak tanganku terasa dingin. Telapak tangan yang tadi kugunakan untuk memegang lengan Lord Imo. Kulihat telapak tanganku. Tidak ada bekas apa pun.
Kulihat pintu ruang mesin, aku langsung mendekatinya. Kuraih pegangannya dan membukanya. Kosong. Tidak ada siapapun kecuali mesin pembalik jam pasir.
"Ke mana dia pergi?"
**
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro