Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#194 Life

Akhirnya aku bertemu dengan Win juga sore ini. Dia seperti sedang merenung meski sebenarnya aku yakin dia sedang mengincar buruannya. Aku mendekatinya. Rasanya ingin sekali mengejutkan Win. Namun akhirnya aku tidak tega juga melakukannya.

"Hai, Win!"

Win tersentak. Meski sebenarnya aku hanya memanggilnya dengan nada senormal mungkin. Tidak terbayangkan jika aku benar-benar mengejutkannya.

"Kemana saja, lama tidak melihatmu."

"Banyak Imo yang harus dimusnahkan. Entah kenapa akhir-akhir ini jumlah mereka semakin banyak. Sepertinya keberadaan mereka meningkat dengan pesat." Raut mukanya terlihat lelah.

"Sungguh kebetulan sekali," sahutku dengan mimik wajah yang langsung berubah ceria.

Win menatapku curiga. "Apa yang mau kamu lakukan?"

Aku tertawa. "Tidak seburuk yang kamu pikir, Win. Aku hanya ingin bertanya. Ada begitu banyak pertanyaan yang ...." Kalimatku terputus. Win sudah menyela perkataanku.

"Aku sudah tahu, satu pertanyaan akan menjadi dua, atau bahkan berkali-kali lipat banyaknya. Lebih baik kamu tanya saja secepatnya. Sebelum aku berubah pikiran untuk menjawabnya." Win bersandar di kursinya. Mengatur posisi hingga membuatnya nyaman.

Aku memandangi Win. "Kamu kelihatannya lelah sekali. Apa kamu baik-baik saja?"

Win menggumam. "Hm!"

Aku masih menatapnya tidak percaya.

"Cepatlah. Apa yang mau ditanyakan?"

"Tidak sabar sekali. Aku hanya khawatir padamu, mukamu tampak terlalu lelah."

"Terima kasih sudah menaruh perhatian padaku. Jangan sampai menaruh perasaan juga. Lalu jatuh cinta padaku," ucapnya santai.

Aku menghela napas kesal. "Ya, sudah kalau tidak mau diperhatikan." Aku mengalihkan pandanganku.

"Tadi katanya mau bertanya. Apa?"

"Iya," kataku pelan. "Jika kamu bisa melihat para Imo. Lalu kamu bisa memusnahkannya. Apa aku juga bisa?"

Win langsung menoleh padaku. "Apa?"

"Mm, maksudku ... kamu bisa melihatnya. Lalu bisa memusnahkannya. Bagaimana caranya kamu memusnahkannya? Apa aku juga bisa melakukan itu? A-aku bisa merasakan keberadaan mereka. Aku juga bisa melihat mereka. Setidaknya itu bisa menjadi modalku untuk mengejar mereka, kan?"

Win menaikkan alisnya hingga dahinya berkerut. "Hmm ...."

Aku masih menatapnya. Menunggunya menjawab pertanyaanku.

"Betul juga katamu. Seharusnya, kalau kamu bisa melihatnya, kamu juga bisa menangkapnya. Tapi ...," kata-katanya menggantung.

"Apa?" tanyaku tidak sabar.

"Hanya pasukan Langit yang bisa melakukannya." Win membalas tatapanku.

"Apa tidak ada kemungkinan orang lain juga bisa melakukannya? Hm, maksudku selain para pasukan Langit?"

"Setahuku, hanya mereka yang bisa." Win mengerutkan dahinya.

"Lalu bagaimana cara kalian memusnahkan Imo?"

"Ini," tunjuk Win seraya mengangkat tangan kanannya. "Sarung tangan Langit."

"Sarung tangan Langit?"

Mungkin raut wajahku menjadi aneh hingga Win nyaris terkikik karenanya. Masih dengan menahan tawa, dia pun mengangguk.

"Apa maksudnya?" tanyaku masih kebingungan.

"Sarung tangan yang ditempa dari bongkahan langit."

Aku semakin melongo.

"Sudahlah. Anggap saja kamu mengerti." Dia mengalihkan pandangannya ke atas.

Aku ikut melihat ke langit malam yang gelap. Nyaris tengah malam.

"Bongkahan langit itu, jika diambil, sedikit saja, bisa ditempa menjadi sarung tangan ini. Kekuatannya jangan ditanya. Bisa untuk memusnahkan para Imo. Cukup satu tangan yang bersarung tangan ini, sudah bisa membuat Imo hancur berserak. Itu sebabnya, aku hanya menggunakannya sebelah saja."

Aku menoleh ke sarung tangan yang dipakai Win. Terlihat biasa saja. Sarung tangan berwarna gelap yang bentuknya sangat sederhana. Terlalu sederhana kalau menurutku. Seperti yang biasa dijual di pasar.

"Ini yang bisa menghancurkan Imo. Sementara yang biasa memakainya, hanya para pasukan khusus Langit." Win menunjukkan tangannya. Lalu dia menoleh padaku. "Itu sebabnya aku tidak yakin, apa kamu bisa melakukannya."

"Kita tidak akan pernah tahu kalau kita tidak mencoba. Bagaimana?" Aku menatap Win. Menunggunya menjawabku.

"Hm, aku tidak yakin. Tapi bisa kita coba. Setidaknya kamu bisa merasakan keberadaannya. Juga bisa melihatnya."

Aku mengaguk.

"Mari kita coba," ajak Win. "Kita lihat apa kamu bisa melakukannya."

"Ya."

**

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro