Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#167 Life

"Ke mana saja?" sapa sebuah suara yang sangat kukenali.

Aku menoleh. "Hai, Win. Aku tidak ke mana-mana. Kamu yang menghilang begitu saja."

Dia tersenyum. "Padahal kemarin kita bertemu," jawabnya santai seraya meraih kursi di hadapanku. Lalu duduk bersandar dengan santai.

"Kemarin? Kapan? Aku tidak keluar kamar seharian." Keningku berkerut bingung.

Dia terkekeh. "Mungkin aku salah orang," jawabnya cepat.

Aku meliriknya jengkel.

Matanya mulai memindai keadaan sekelilingnya. Saat seperti itu, dia terlihat sangat serius. Membuatku semakin penasaran.

"Apa kamu punya saudara kembar? Atau saudara yang mungkin kukenal?" Kutatap wajah Win lekat-lekat.

Win menoleh dan menatapku bingung. "Tidak."

"Aku seperti mengenali seseorang dalam sorot matamu."

Win semakin menatapku dengan pandangan heran dan gelisah. "Maksudmu?"

"Entahlah. Seperti ... kita sudah saling mengenal lama." Sebenarnya aku ragu. Namun aku terlalu penasaran.

Win mengalihkan pandangannya. Dia seperti menyembunyikan sesuatu. Atau mungkin malah menghindari sesuatu. "Ada yang mau ditanya lagi tidak? Nanti aku sibuk, kamu malah mengganggu dengan bertanya banyak pertanyaan yang tidak ada habisnya."

Aku tersenyum malu. "Sebenarnya memang banyak pertanyaan yang mau kutanya. Aku traktir minum deh biar kamu semangat jawabnya."

"Aku tidak minum. Lagi fokus. Nanti aku minum, tidak bisa fokus jawab pertanyaanmu."

"Apa hubungannya?" tanyaku bingung.

"Ya kamu belikan aku minum, aku asyik minum. Tidak peduli kamu tanya soal apapun." Cengirannya melebar.

Aku mengembuskan napas kesal. "Baiklah. Pertanyaan pertama, apa memusnahkan Imo harus dilakukan pada malam hari? Karena aku tidak pernah melihatmu di siang hari."

Win melirikku. "Jawaban pertama. Tidak harus. Kapan pun aku lihat makhluk kecil itu, langsung kubantai."

"Oh." Aku mengangguk-anggukkan kepala.

"Jawaban kedua."

"Aku belum tanya," selaku cepat.

Win tersenyum. "Imo itu akan semakin kuat saat dia sudah menyerap banyak makanan dari tubuhmu. Semakin kuat, semakin banyak tenagaku yang terkuras untuk memusnahkannya."

"Itu pertanyaan yang keberapa?" ledekku.

"Bawel," ucapnya cepat. "Lebih baik aku yang menjelaskan daripada aku harus mendengar banyak pertanyaan bercabang darimu."

Aku terkekeh. "Yakin tidak mau kutraktir minum? Banyak cerita, semakin harus banyak minum."

Win melirikku jengkel. "Ini mau kuteruskan atau kutinggal?"

Aku tertawa. "Baiklah, aku diam. Mendengarkan dan menyimak baik-baik. Jika tidak mengerti, aku akan tanya banyak pertanyaan bercabang."

"Itu lebih baik."

Aku tersenyum.

"Jawaban ketiga," ucap Win dengan serius.

Aku menghela napas kesal. "Itu bukan pertanyaan ketiga."

"Baiklah," Win memulai kuliahnya. "Imo itu sebenarnya tidak bisa dilihat oleh siapa saja. Hanya pasukan Langit yang bisa. Seharusnya. Tapi aku tidak tahu kenapa kamu bisa melihatnya."

Win menatapku heran. Aku mencibir.

"Pasti sudah terjadi sesuatu pada dirimu yang tidak kamu sadari. Atau kamu memang terlahir istimewa."

"Rasanya tidak juga, karena sepertinya dulu aku tidak pernah menyadari keberadaan para Imo itu." Aku mencoba mengingat-ingat. Lalu aku menggeleng lemah.

"Aneh."

Kami terdiam cukup lama. Aku masih mengingat-ingat. Win masih memperhatikan sosok Imo itu.

**

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro