Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 3- 💋 Kabur dari pernikahan💋


Esok hari Elina harus menemui director of sales marketing untuk mempertanggung jawabkan kesalahannya. Berharap masih ada kesempatan untuk bekerja di sana. Penghasilan di hotel adalah salah satu pemasukan utama untuk membayarkan hutang. Jika dipecat, Elina tidak tahu harus berbuat apa.

Langkah Elina berat ketika mengayun masuk ke dalam lobi mewah salah satu hotel bintang 4 itu. Memasukkan ponsel ke dalam selempang setelah membaca pesan singkat dari sang adik. Elina sedikit bernapas lega ketika adiknya sudah bisa membayar biaya kuliah sendiri di Yogyakarta. Well, meskipun ada rasa bersalah.

Acara pelepasan masa lajang atau biasa dikenal dengan sebutan bridal shower, diadakan oleh Serafina di sebuah hotel mewah Solo. Kali ini Serafina memilih The Casanova Hotel yang merupakan hotel bintang 4 di kawasan Slamet Riyadi. Tidak banyak yang diundang dalam perayaan tersebut. Hanya tiga orang teman kerja Serafina, dan Elina.

Tema acara malam itu adalah pink. Elina tidak memiliki gaun atau busana berwarna pink. Ia hanya memiliki kaus dengan warna netral. Tetapi tadi Serafina sempat mengirim pesan untuk memberikan gaun kepada Elina. Bukannya Elina yang memberikan kado bagi calon pengantin, justru Serafina. Sungguh, Elina merasa cukup malu karena tidak bisa memberikan hadiah spesial untuk sang sahabat.

Elina memencet nomor 7 untuk tiba di kamar Serafina. Wanita itu menyewa satu kamar yang digunakan untuk beristirahat setelah acara bridal shower. Pun kali ini Serafina juga meminta Elina untuk menginap bersama.

Sedari tadi netra Elina dimanjakan dengan interior hotel yang mewah dan elegan. Di setiap sudut ruangan dilengkapi sentuhan klasik warna keemasan. Elina pernah bermimpi bisa bekerja di hotel mewah tersebut. Mungkin suatu saat nanti.

Terkadang rasa iri terbesit di benak Elina. Kehidupan Serafina selalu dilimpahi kemudahan. Meskipun terlahir dari keluarga yang sederhana, sejak dekat dengan Jimmy, semua kebutuhannya tercukupi. Well, Elina juga ikut merasakan kemudahan itu sesekali.

Mengetuk pintu kamar hotel dengan cetakan angka 717 yang tergantung. Tidak lama kemudian pribadi Serafina muncul dari balik pintu.

"El, ayo masuk!" seru Serafina seraya menarik tangan Elina masuk ke dalam kamar tipe suite room. Dalam kamar itu terdapat living room dan ranjang king size yang terpisah. Bahkan tersedia dapur bersih lengkap dengan kulkas mini dan segala keperluan memasak. "Aku punya hadiah buat kamu."

"Fin, harusnya aku yang ngasih hadiah buat kamu," ucap Elina sambil mengambil satu kotak berukuran kecil dari tas selempangnya.

Netra Serafina melebar ketika melihat hadiah kecil tersebut, sebuah kotak warna merah jambu favoritnya. "Ih, El apaan sih? Aku dah bilang nggak usah bawa kado segala."

"Harus bawa lah. Jangan lihat dari harganya ya, Fin. Ini murah tapi semoga berkesan buat kamu," terang Elina.

"Aaaa! Elina, makasih ya. Kamu sahabatku yang paling baik." Serafina tidak tahan untuk memeluk sang sahabat. "Aku buka nanti aja deh."

Senyuman tipis terbit di wajah Elina. "Semoga kamu suka ya."

"Pasti suka dong. Sekarang giliran aku kasih hadiah ke kamu, nih." Serafina mengulurkan paper bag warna silver dengan cetakan brand ternama di sampulnya.

"Fin, ini apa?" tanya Elina bingung.

"Buka aja. Itu sebenarnya Jimmy yang ngasih, tapi aku kurang suka. Modelnya sederhana sesuai selera kamu," jelas Serafina. Wanita itu menyilangkan kakinya setelah duduk di sofa tunggal dekat ranjang. Rok tutu warna pink tersibak sebab gerakan yang tercipta.

"Dari Jimmy, jangan ah," tolak Elina.

"Ih kenapa? Anggap aja ini hadiah dari aku karena kemarin kamu udah bantuin aku," paksa Serafina seraya mengulurkan kembali paper bag itu.

"Tapi, Fin."

"Udahlah El, Jimmy nggak bakalan peduli sama barang yang udah dikasih ke aku," tukas Serafina. Baginya Jimmy adalah pria kaku seperti kanebo yang sangat bertolak belakang dengan kekasihnya.

Elina membuka paper bag tersebut dan melihat isinya. Sebuah gaun warna salem dengan aksen brokat di bagian dada dan kerutan di pinggang. Terlihat sangat indah. Seumur-umur, Elina tidak pernah memiliki gaun bermerek dengan harga mahal. Elina biasa membeli pakaian murah di Pasar Klewer atau Pusat Grosir Solo.

"Kamu suka to?" tanya Serafina dengan wajah semringah.

"Ini bagus banget, Fin," ucap Elina dengan kedua mata yang berbinar.

"Ya udah, kamu coba aja sana," pinta Serafina.

Tidak menunggu waktu lama, Elina lantas mencoba gaun yang terlihat apik di tubuhnya. Memiliki panjang yang tidak terlalu pendek mampu menampilkan kaki Elina yang jenjang. Ia sangat menyukai gaun manis itu.

Elina menatap tampilan dirinya pada pantulan cermin. Rambut hitam yang dibiarkan terurai membingkai wajah perpaduan China dan Jawa itu. Elina sangat cantik meskipun tidak ada riasan berlebih di wajah. Bibir Elina tersenyum tipis.

"Fin, gimana?" Elina tercengang ketika melihat pribadi Dennis berada di ruangan tersebut bersama Serafina. Mereka baru saja berpelukan satu sama lain. "Dennis?"

"El, aku nggak bisa nikah sama Jimmy," terang Serafina dengan kedua mata yang nanar. Pernikahan itu disanggupi oleh Serafina karena desakan orang tuanya ketika Dennis tiba-tiba hilang tanpa kabar selama 5 bulan.

Awalnya Serafina berpikir bisa menikah dengan Jimmy dengan iming-iming masa depan yang cerah meskipun tanpa cinta. Tetapi, ternyata hati Serafina masih tertuju pada Dennis seorang.

"Fin, kamu ngomong apa?" tanya Elina kaget. Ia lantas menghampiri Serafina. "Fin, kamu jangan bikin orang tua kamu bingung. Ojo ngawur (Sembarangan) Serafina!"

Serafina terdiam sesaat. Ia tahu jika membatalkan pernikahan akan membuat kedua orang tuanya malu. Keluarga Serafina seperti ketiban dunia runtuh ketika tahu putri mereka dicintai oleh putra konglomerat keluarga Hartawan. Sebagai buruh pabrik, orang tua Serafina, terutama sang ibu tentu tidak akan berpikir dua kali ketika lamaran itu datang.

"El, aku nggak suka sama Jimmy," tutur Serafina yang tidak bisa menahan tangis. "Aku cuma sayang sama Dennis."

"Fina, tapi Jimmy itu sahabat kecil kamu. Lagian cinta itu bisa dipupuk seiring berjalannya waktu, tresno iku jalaran soko kulino." (Cinta datang karena terbiasa)

Serafina menggeleng samar. "Aku nggak bisa El. Aku cuma cinta sama Dennis dan mau nikah sama dia. Cuma sama dia."

Dennis menggenggam tangan Serafina dengan erat. Lalu mereka berjalan cepat keluar pintu tanpa sepatah kata terucap.

"Fina! Serafina! Woy! Kalian mau kemana?" seru Elina seraya mengejar Dennis dan Serafina. Tetapi terlambat, pasangan itu sudah masuk ke dalam lift dan meluncur ke lantai dasar.

Elina menyugar rambut kasar dan mendadak pusing. Apa yang harus dilakukan olehnya sekarang?

Berlari menuju ke kamar hotel lalu mencari ponselnya. Elina harus menghubungi orang tua Serafina dan memberitahu kabar buruk ini. "Fina, bener-bener iku bocah!"

Pintu kamar hotel dibiarkan terbuka, posisi Elina menghadap pada jendela dengan pikiran kalut sehingga tidak bisa mendengar langkah kaki yang mendekat. Tiba-tiba saja sepasang tangan melingkari pinggangnya dan memeluk erat.

"Sayang, kamu cantik banget pakai baju ini." Suara yang dikenali oleh Elina membuatnya meneguk saliva kasar. Tiba-tiba saja jantung Elina berdebar dengan sangat kencang.

Elina membalikkan tubuh dan membuat Jimmy terkejut bukan main. "Loh! Mana Serafina? Kok kamu pakai bajunya?"

"Jim, Se-serafina kabur sama Dennis." jelas Elina dengan nada tergagap.

"Ka-kabur? Sama Dennis? Siapa Dennis?"

"Pacarnya Serafina," tandas Elina yang membuat Jimmy menyugar rambut frustasi. Ia tidak menyangka akan dicampakan oleh Serafina. Sahabat masa kecil yang menjadi cinta pertama Jimmy.

Menghembuskan napas kasar lalu duduk di sofa seraya menopang kepala. Malam ini Jimmy harus mengenalkan Serafina kepada Eyang Putri yang baru saja kembali dari umroh. Rencana pernikahan Jimmy dan Serafina memang terbilang cepat. Harga diri Jimmy bisa jatuh jika keluarganya tahu Serafina kabur bersama pria lain.

Ellina ikut duduk di hadapan Jimmy sambil terus berusaha menghubungi orang tua Serafina. Kepalanya ikut pusing memikirkan reaksi orang tua sang sahabat.

Tidak lama kemudian, Jimmy bangkit dari duduknya dan menarik tangan Elina. Membawa Elina untuk berjalan keluar kamar.

"Mau kemana?" tanya Elina bingung.

"Kamu harus tanggung jawab karena udah biarin Serafina kabur!"

TO BE CONTINUED....

Lah kok Elina disuruh tanggung jawab sih, kira-kira tanggung jawab apa ya? Ikuti terus cerita Jimmy dan Elina buat dapatkan kebahagiaan setiap jam 06.00 WIB yak ^^

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro