Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

피는 같은 의미가 아니다 (27)

1 Tahun kemudian,

Daeng Hwa baru saja menemukan jimat yang sudah rusak dari salah satu rumah di daerah pegunungan sekitar. Pria itu menghirup bau dupa kuat dan anyir darah manusia telah mati sepekan lalu. Tidak ada tetangga, binatang buas ataupun mematikan di hutan ini.

Istrinya pulang ke kampung halaman, tak memungkiri kalau kepekaannya tidak lengkap. Semakin usia bertambah dia tidak bisa merasakan makhluk pengintai, bisa jadi dia akan diserang kala lengah.

Memasukkan beberapa bukti dan beberapa senjata yang bisa dia perbaiki. Daeng Hwa membuang asap rokok dari mulutnya. Bayaran tinggi dengan hasil memuaskan adalah jalan dia tempuh untuk membantu anak sambungnya bisa masuk ke departemen pelatihan kepolisian.Agak melelahkan, dia sudah memungut beberapa potongan tulang terbakar bekas pembunuhan itu terjadi. Bayaran seorang mafia cukup tinggi, sedikit khawatir kalau pria itu akan mengamuk jika tahu putri kesayangannya sudah meninggal karena kesalahan bapaknya sendiri.

"Kau tahu, aku takut ayahmu membunuhku jika aku membawa dirimu dalam keadaan begini." ucapan itu terdengar parau, menahan batuk akibat asap rokok dia hisap sendiri.

Tatapan dingin tak hidup di depannya, anak perempuan itu berjongkok dan memegang rambut pria di depannya seolah ingin menenangkannya. Tangan menembus setiap helai rambut pria di depannya. "sungguh malang nasibmu karena kau memiliki ayah penjahat, musuhmu membunuhmu dengan bengis setelah melecehkan dirimu."

Wajah pucat ruh anak tak bersalah itu menitikkan air mata. Pergi bagai cahaya dan asap lembut. Kemampuan ini selain mengagumkan juga menyesakkan dada saja, tutur ucap dalam batin si pria dukun.

"Semoga kau tenang di dalam surga, biarkan para penjahat dan ayahmu kena karma-nya."

,


"Jadi?"

Tatapan tajam dengan posisi duduk santai. Tak bisa dipungkiri bahwa pemuda itu tak mau memakan waktu lama hanya untuk mengurus satu makhluk pendendam satu hari penuh.

Kasus yang sama, dengan bayaran lebih tinggi kalau berhasil. Beberapa dukun sudah menyerah dan memilih pergi dibandingkan harus menuruti keinginan jiwa pemberontak dan kelabu di depannya.

Celine Roseta Kehyl, meninggal sebelum tahun baru. Tepatnya tahun kemarin dan itu membuat rumah besar mewah milik orang tuanya menjadi angker juga tak bisa dijual lagi. Meski begitu tempat ini dirawat dengan baik oleh para pelayan rumah yang mereka saja sudah tak berani menginap. Pemilik sah tempat ini memilih untuk pergi ke luar negeri menjalani bisnis mereka. Tidak mau mengenang kepergian putri mereka yang pernah memberontak hanya demi pria miskin.

Walau Yoongi tahu kalau kedua orang tuanya juga ingin putri nya pergi dengan tenang.

"Tak bisakah kau memahami, kalau dunia ini sudah bukan tempatmu. Kau sudah lihat bukti yang aku bawa, kekasihmu sudah menikah lagi. Kau tidak ada harapan baginya," terdengar kasar dan nada menyindir itu sukses membuat retakan kecil di kulit ruh penasaran di depannya makin kelabu.

"Cinta kau simpan membuat kau tidak bisa pulang, kau sudah mati. Kau hanya sejarah bagi nya, orang tuamu bisa jadi tertekan mengingat putrinya saja menjadi teror rumah ini."

Roseta, melihat nyalang Yoongi dan bisa jadi dia siap untuk menyerang seperti dia lakukan pada pengunjung lainnya. Yoongi berdecih, dia bisa tahu jalan pikiran makhluk seperti itu. Kemampuan dia semakin pesat sejak setahun, tak ada bayangan buram dan selebihnya wujud solid di depannya tercipta karena energi ketakutan dari penghuni rumah ini dia serap begitu lama, setahun penuh.

Yoongi ingin sombong, keluarlah senjata tusuk konde milik ibu tirinya. Beliau sedang pergi dia bisa bebas menggunakannya. Disamping benda ini adalah benda simpel, tusuk konde itu juga cukup sakit bagi makhluk yang keras kepala tak mau pulang.

"Pulang atau aku paksa!"

Digertak saja tak bergeming, mungkin dengan serius Yoongi membunuhnya makhluk itu sudah tidak akan berani melawan nya.

Setan di depannya memang cantik, tapi sudah ditunggangi iblis.

Yoongi capek, ingin tidur. Ini sudah banyak makan tenaga yang dia punya. Di balik pintu ada Jimin sedang menunggu Yoongi jikalau pemuda sipit itu dalam bahaya minta bantuannya.

Walau kecil kemungkinan Jimin akan lakukan itu, mengingat Yoongi sudah pro.

"Kau tidak bisa memaksaku, ini rumahku." Roselina menunjukkan aura gelap. Berusaha menakuti dengan caranya, dia tidak suka jika diusir dari rumah yang sudah ada sebelum dia dilahirkan.

Yoongi mendongak sebentar, menarik nafas dan membuangnya. Tampak udara kabut keluar dari mulutnya. Kekuatan bulan memang besar tapi dia harus tetap konsisten memberikan energi pada dirinya dan sekitar.

"Terserah padamu, aku ingin segera ke kasur dan memberikan sukmamu ke pohon bulan agar kau paham," gerakan siap menyerang, tusuk konde itu menjadi pedang di tangannya. Sesuai keinginan senjata apa yang ingin dia gunakan dalam pertarungan jarak dekat ini.

Roseta membuka kedua matanya setelah terpejam cukup lama. Dia tidak suka Yoongi mengganggu dirinya, ada kalanya pria itu harus diberi hukuman dalam pikirannya. Dia mencari kematian untuk kedua kali sebenarnya.

"Aku akan menghabisi mu." Terdengar santai dari bibir hantu cantik itu.

"Coba saja, kau ini sudah mati."

Pedang tersebut menjadi cahaya. Yoongi dan kedua mata putih kebiruan bersinar. Pohon bulan merespon si penjaga sedang butuh sedikit kekuatannya untuk melihat secara solid dari fisik dan aura makhluk di depannya.

Itu adalah keajaiban, Yoongi memanfaatkan untuk membuka kebenaran soal Jungkook yang terluka karena diganggu dan dukun baru yang sudah menggantikan posisinya untuk dekat dengan Jungkook.

Yoongi tidak suka jika harus di buang begitu saja, sangat tidak suka.

"Terpaksa aku harus memenggal kepalamu. Sebelum ada korban,"

Benturan energi kedua pihak mengakibatkan pintu, jendela bergetar.

,

Jimin mendadak pening, sungguh dia mual dan tidak bisa menahan diri untuk membuang isi perutnya. Berlari melewati Yoongi begitu saja.

"Astaga, kau melakukan lagi."

Menengok ke belakang, manusia di depannya sungguh durjana. Tidak paham, tak sadar kalau dia membawa kepala hantu telah buruk rupa.

Yoongi memang tak bisa bohong, dia membawa kepala yang gambarannya dimakan belatung. Katakanlah ini karma, dia juga enggan kalau pohon bulan tak memintanya. Tapi sukmanya ada di kepala wanita ini. Ada beberapa juga yang Yoongi bawa lebih parah dari ini.

"Ayo kita ke pohon bulan Jim, sumpah pengikat antara aku dan pohon itu tidak akan selesai jika kita buang waktu."

Yoongi mengambil air mineral yang sudah dia siapkan sebelum eksekusinya pada Roseta.Beberapa teguk telah membasahi kerongkongannya.

"Menurutmu,apakah Jungkook tidak akan berkomentar sama denganku. Jika sudah selesai tolong temui dia, bisa jadi dia merindukanmu yang sudah dianggap kakak," ucap Jimin enteng.

Entah kenapa dia begitu bodoh mengatakannya, menampar kecil mulutnya. 'Sial, aku bisa dibenci Yoongi. Harusnya aku tak mengatakan demikian,'

Takut jika Yoongi akan mengusirnya membuat Jimin menoleh ke belakang. Hanya ada ekspresi Yoongi datar tanpa suara. Melewati dirinya begitu saja dan menampilkan punggung indigo itu makin menjauh melewati pintu keluar.

"Duh... Padahal aku hanya berniat baik agar dia ingat kalau sekarang ulang tahun Jungkook. Bodoh sekali aku!"

Tak ingin membuat masalah, akhirnya Jimin menyusul Yoongi dalam lari kecilnya. Seperti biasa baju yang dia gunakan sama seperti satu tahun lalu dan sepertinya melekat dalam waktu yang akan lama.

,

Banyak sekali wartawan di sekitar sini, ketika dua pemuda baru saja keluar dari bandara. Jepretan kamera juga kerumunan pencari gosip memberikan sederet pertanyaan. Seokjin menjentikkan jari, dia ingin lewat bersama adiknya yang sedang menjalankan perawatan jari palsu dan proses penyembuhan lainnya. Dimana kaki yang dianggap lumpuh itu bisa sembuh walau tak total, begitu pula biaya rumah sakit di Belanda cukup mahal.


Setelan baju hitam dan gandengan tas mahal dibawa oleh sang kakak, berisikan barang kepentingan adiknya juga dirinya. Di samping itu Jungkook menatap kosong juga risih dengan keadaan sekitar. Memutuskan kalau menggunakan masker sampai rumah adalah pilihan terbaik.

Di belakang sana ada seorang wanita yang memakai gaun cantik merah dengan mengulas senyum cantiknya. Memberikan lambaian tangan bangga seolah dia adalah selebriti utama. Seokjin sebenarnya ingin menegurnya, tapi melihat Jungkook mengalami Jet flag membuat dia urung melakukannya.

Dengan background gelap alami wanita itu tampil seolah dia adalah ratu panggung. Dalam hatinya Jungkook sudah tak peduli, dia ingin ke kamar. Memutuskan kesendirian nya dan menganggap bahwa masalah dirinya dengan para makhluk sudah selesai. Meski, kemungkinan terburuk adalah teror dari mereka hanya cuti belaka dan akan lanjut sampai dia mati.

Paman Jung sudah ada di sana, memberikan tempat bagi Seokjin juga Jungkook. Meminta mereka masuk ke dalam mobil. Dimana semua pengawal berusaha keras untuk menuntut jawaban dari pertanyaan mereka, meringsek masuk. Para pengawal kewalahan berharap tuan mereka segera pergi karena tubuh mereka akan terombang ambing oleh tindakan para wartawan yang haus berita.

Sikap tak suka Jungkook pada wanita ini kian terasa. Datang cepat dan masuk begitu saja sembari mengatakan terima kasih pada paman Jung yang terperangah.

"Bisakah kau keluar, ini bukan tempat anda." Ujar sang paman mengusir wanita itu menyindir.

Wanita yang dipanggil madam noe, itu akhirnya tersenyum. Dia menarik kaki putihnya masuk ke dalam mobil bak seorang ratu elegan.

"Tidak bisakah kau mengalah. Aku sudah sangat lelah mengawal seorang pewaris dari gangguan makhluk tak kasat mata. Apa perlu aku membuatmu punya pengalaman kerasukan hebat?"

Terdengar ancaman, membuat sang paman bergidik ngeri.

Seokjin sudah pusing tapi dia tak mau waktu lama berada disini. Dia merangkul sang adik lalu membawa masuk ke bagian kursi depan. Setelahnya dia duduk di kursi belakang di samping dukun wanita yang sudah bekerja selama setahun lamanya.

"Bawa kami pulang, tolong bawa dengan hati-hati agar adikku tidak tambah pusing," pinta Seokjin datar.

Si wanita tampak sumringah dengan senyum tak tahu dirinya. Di balik jendela ada begitu banyak manusia berusaha menerobos kaca jendela sebelum ditutup.

"Bisakah kau pergi, aku bahkan sudah sembuh."

Jungkook tak Sudi melihat wajahnya. Dia sangat benci sejak pertama kali melihatnya. Karma apa yang dia dapatkan masa lalu, tapi melihat perempuan itu sepertinya tak asing.

"Kalau kau usir aku, kau akan mengalami hal sama seperti dulu." Timpalnya, lipstik merah itu tampak apik di bibirnya.

Seokjin sebenarnya tak suka cara Jungkook mengatakan hal tak sopan. Walau dia kadang kesal dengan kelancangan madam noe. Tapi, dibalik itu semua beliau sudah menyelamatkan adiknya dari Kematian.

Bukan menyelamatkan sih, tapi lebih tepatnya menunda. Tetap saja tatapan malaikat maut selalu mengawasi manusia di muka bumi.

"Tapi aku tidak suka pada anda. Aku menganggap kau datang secara kebetulan ketika seseorang mencoba menolongku," ujar Jungkook memainkan ponselnya. Tapi pikirannya sudah kacau, benda di tangannya hanyalah pengalihan semata. Tak ingin menatap mata wanita di belakang nya.

Madam mengulas senyum cantiknya, ada umpatan lirih di dalamnya. Seokjin mendengar tapi dia abaikan saja karena tak mau resiko kalau dia marah adiknya akan ditinggalkan dan banyak makhluk siap membunuh Jungkook.

"Aku tidak akan pergi, aku punya perjanjian dengan kakakmu."

Jungkook tahu jawaban yang sama akan dikatakan, begitu saja Seokjin percaya dan membuat Jungkook memutar bola matanya malas.

"Aku juga perjanjian dengan Yoongi hyung, dia dukun lebih hebat dari pada kau madam."

Entah itu pujian atau sengaja menjatuhkan mental lawannya. Ketika Jungkook membawa nama Yoongi dalam setiap perdebatan. Bisa dipastikan kalau bau dupa akan semakin kuat mengitari tubuhnya.

"Jangan bicara sembarangan Jungkook, selama ini yang membantumu madam. Yoongi saja pergi dan sekarang tidak kembali, bagaimana bisa kau begitu membela seseorang seperti dirinya?" Seokjin membenarkan duduknya. Menaruh tasnya kesal. Dia tidak ingin marah pada adiknya, tapi dia juga tak mau ambil resiko kalau wanita disampingnya marah lalu pergi seperti sebelumnya.

Jungkook hanya diam, bukannya dia tak bisa menjawab. Apapun dia ucapkan nantinya jatuhnya Seokjin tetap akan membela madam noe.

"Entah mantra apa yang kau lakukan padaku kakakku. Bagiku kau adalah orang asing yang menjadi dukun pengemis."

Begitu sarkatik tapi sudah biasa. Madam noe mengambil rokok nya, tak peduli seberapa tak nyaman beberapa orang di dalam mobil karena ulah nya. Asap rokok siap mengepul hampir semua mobil di dalamnya. Dia sangat bangga pada dirinya sendiri, menciptakan musuh dan mempermainkan saudara.

Tujuan utama yang belum bisa dia jelaskan sedikit demi sedikit tercapai. Dengan sedikit kerja keras dan banyak keberuntungan.

,

Kediaman Kim kini bertambah besar dan luas. Paman Jung keluar dibantu sang supir yang ikut membukanya. Semua turun dari kendaraan mewah disana. Jungkook tertidur beberapa menit sebelum sampai ke tujuan. Sedikit bayangan mimpi hinggap dalam benaknya, sadar atau tidak siluet wanita mengerikan dengan darah di mulutnya muncul.

Seokjin membuka pintu adiknya, melihat terkejut kala wajah gelisah di balik masker Jungkook di tidurnya dia lihat.

"Bangun, Jungkook. Apakah kau baik saja?"

Terperanjat dalam bangunnya, Jungkook sedikit oleng dan blank.

"Ehm, Jin hyung. Maaf... Aku bermimpi buruk lagi."

Seokjin mengerti dia tak banyak bicara. Bukan pertama kali dia melihat adiknya demikian. Rasa khawatir menjalar dan Seokjin cukup simpan dalam hati saja. Sang kakak membantu adiknya keluar dari kendaraan tersebut. Memberikan pegangan kokoh pada pundaknya, takut kalau tubuh Jungkook akan ambruk.

Bulan bersinar terang dalam purnama. Seseorang melangkah dari sana dengan pandangan tajam juga senyum miringnya yang menampilkan arogansi juga pencapaian dia punya.

Madam noe mengendus bau dupa dari sana. Ini tidak asing, membuat dia menatap sedikit ketus ke arah pemuda di depan matanya. Gaun merah dia pakai tampak mundur seiring kakinya melangkah, dia berusaha tenang diantara gempuran aura yang mendorong dirinya sedikit.

"Apa kabar Jungkook, lama tidak bertemu."

Sapa hangat darinya. Tatapan tak suka Yoongi berikan ke arah Seokjin juga dukun wanita itu. Beda dengan Jungkook yang dia berikan tatapan hangat juga rindu.

"Untuk apa kau datang ke sini Min," bukannya jawaban hangat tapi ketus. Seokjin tidak ingin adiknya dalam bahaya lagi.

Sangat tidak ingin, karena buah kesialan datang dalam lingkungan rumahnya.

Tbc....

Maaf terlalu lama, aku berusaha menulis lagi setelah sekian lama. Terima kasih atas kesetiaan kalian.

Gomawo

Desember, 2023

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro