Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

죽음의 운명 (13)

"Kelahiran mu bukan kesalahan... Justru kelahiran adalah usaha Tuhan untuk membuat kehidupan terus berlanjut. Ketika setan mulai membisikkan kata jahat, saat itulah hati dari seorang bayi suci lahir menjadi kotor juga berdosa..."

.

Jimin....

Dia duduk disini, sendiri dan menikmati suara burung kutilang yang sengaja bernyanyi untuk semua penghuni hutan disana. Alangkah indahnya kalau dunia semuanya menjadi tenang begini. Bagaikan mimpi masa kecil yang akan menjadi primadonanya.

Jimin mengambil salah satu gantungan dari sakunya. Berbentuk bulan sabit dan ada noda merah disana, terbuat dari batu giok hijau persis dari jaman kerajaan masa lampau. Jimin mengangkat kalung itu penuh kelembutan juga senyuman. Akankah dia bisa mengulang masa itu? Saat dia tidak punya batasan, membantu orang lain termasuk Yoongi sendiri?

Seorang pria datang membawa nampan makanan diatas piringnya. Dia paman si pemuda itu. Jang Shin, salah satu paranormal di tempat ini dan tidak terlalu terkenal seperti kakeknya Yoongi. Namun, kekejaman atas dia membunuh makhluk itu yang membuat namanya semakin naik.

"Kau tahu Jim? Kau punya batas untuk membantunya dan harus kau lakukan demi kebaikanmu sendiri. Kau tidak mendengarkan kataku dan justru menginginkan hawa nafsumu sendiri. Kau lupa? Siapa kau dan kenapa kau bisa ada disini? Paman tidak ingin menjadi pencerita hari ini."

Dia memberikan makanan itu pada Jimin. Nampan yang berisikan makanan favoritnya setelah satu hari penuh Jimin berpuasa hanya karena Yoongi. Tak ada minat, kepala menggeleng masih belum ada rasa lapar dan menerima piring itu sebagai tanda apresiasi.

"Aku tahu apa yang aku lakukan paman...."

Terlalu enteng dia menjawab dan pamannya sangat tidak suka jika seorang anak muda kurang pengalaman jatuhnya menggampangkan juga mengejek orang tua dengan ungkapan kalau orang tua itu tidak tahu sepenuhnya soal keselamatan.

"Kau bilang begitu tapi paman menjadi marah. Apakah aku harus mengatakan pada Yoongi siapa kau sebenarnya?"

Jimin tercekat dan menoleh langsung tidak suka. Matanya ada raut dendam yang tak bisa dia keluarkan. Inikah yang diinginkan pamannya? Menghancurkan persahabatan baru saja dengan Yoongi? Selama ini Jimin hidup dalam perkampungan terbatas tanpa dia tahu kalau di kota dia ada teman baru. Jimin tidak minta banyak lagi pada Tuhan soal hidupnya. Dia hanya kesepian dan hidup di dalam halusinasi yang dia ciptakan demi...

Entahlah, semua memang sulit dijelaskan dan bukan waktu baik bagi dirinya mengatakan semua.

"Paman melakukan ini agar kau paham. Sekali lagi sampai seterusnya. Apapun yang kau lakukan, tidak akan bisa kau lakukan. Yoongi juga punya kehidupan sendiri kau tidak harusnya ikut campur urusannya. Apalagi... Berhubungan dengan masalahnya mengenai setan berbahaya. Kau tahu akibatnya bukan?" Pertanyaan yang menjelaskan rasa khawatirnya sebagai seorang keluarga dekat.

"Tapi paman sudah terlalu mengekang ku, aku merasa tidak bisa bertahan jika seperti ini terus..." Jawab Jimin tidak suka.

"Jika Yoongi tahu kau siapa, maka aku jamin kau akan semakin sulit untuk bisa hidup. Kau harus ingat pantangan apa yang kau punya dan batas bagaimana?" Ucapan demi ucapan semakin serius saja.

Suara semilir angin menerpa lingkungan. Menghadirkan kecanggungan diantara keduanya yang sebenarnya tidak mereda.

Ketika mendengar hal itu saja membuat Jimin kehilangan harapannya. Kalau memang dia tidak bisa membantu orang lain, lalu dia harus apa? Bernafas di dunia dalam keadaan ini saja rasanya sangat sulit. Jimin pergi menahan air matanya, tanpa suara atau ucapan balasan sama sekali. Pergi meninggalkan pria itu dalam kemelut panjang. Tak ada yang bisa dia lakukan selain masuk ke kamar dan merenung semuanya.

"Berhenti dan dengarkan apa yang akan kau dengarkan sebelum kau menyesali semuanya..." Pamannya kembali menahan dirinya. Ini sangat merepotkan karena perasaan sendu ini harus segera tumpah di dalam kamar. Tidak seorang pun boleh melihatnya, karena dosa jika dia berbagi kesedihan.

Sedikit melirik tapi bukan kesan kalau dia peduli. "Bisakah kau berhenti untuk mengekang diriku? Paman sudah sangat merepotkan aku ya hahaha..." Tertawa dalam tangisan. Sungguh... Ini semua bukan hal mudah yang harus dilakukan memang. Kedua tangannya sudah tidak ada lagi tenaga untuk dia mengusap dua kelopak mata yang menumpahkan segala isi cairan asin miliknya. Jimin memang cengeng, pamannya selalu saja memanfaatkan perasaan naif nya. Anehnya... Kenapa dia harus mendengarkan ucapan pria itu selanjutnya karena dia punya firasat.

Dia tidak akan bisa bertemu Yoongi dan membantu nya kalau kebenaran dikatakan oleh pamannya.

"Kita tidak bisa menyembunyikan semua ini dari mata manusia bahkan Yoongi. Kau ingat Jim... Ada batasnya, kau tidak bisa mengandalkan keberuntungan dan bermain kucing." Arogansi dia katakan benar. Duduk tenang dan mengabaikan tatapan Jimin yang semakin membencinya itu benar. Jika memang ada dendam dari hari seseorang itu, benar! Tapi... Bagaimana bisa Jang Shin membenarkan dua dunia yang memang berbeda.

Salah!

Rahasia tetap rahasia. Tidak bisa diperkirakan kapan kebenaran akan segera bangkit dan tampak. Dupa dipasang di pohon yang besar. Jimin tidak masalah baunya, tapi baginya.... Jimat yang sudah dipasang pamannya membuat dia semakin sesak saja. Bukankah Jimat hanya dipergunakan untuk mereka yang sudah mati?

Jimin akan selalu menyangkal dari kekalahan dan takdir yang membuat dia enggan mengatakan semuanya, termasuk Yoongi jika suatu hari nanti Tuhan membuat dia sadar dan otomatis bertanya padanya. Tangan dan jemari mungil Jimin bergetar seolah menahan semua perasaan marahnya saat ini. Dia mendongak meratapi nasibnya di dalam rumah sederhana yang akan ambruk jika badai topan menerjang satu menit saja.

"Lebih baik paman pergi dari sini. Kedatangan paman membuat aku tidak nyaman, ini sungguh menyakitkan juga. Apa yang aku lakukan.... Cukup aku saja yang lakukan dan kalian semua juga tidak boleh ikut."

Ambigu....

Jimin seakan berkata dengan banyak orang. Padahal... Hanya satu yang ada di belakang punggungnya. Pamannya tak langsung menjawab. Hanya diam dalam keadaan sebal saja. Jika dirasa dia tidak cukup untuk membuat sadar. Jang Shin menganggap kalau karma yang akan menjawab semuanya.

Jimin masuk ke dalam kamarnya tepat setelah pintu itu dibanting sangat keras. Si pemilik kamar mengunci dirinya dalam teritorial damainya. "Paman pulang saja. Aku bisa menjaga diriku, paman juga tidak bisa tinggal disini sampai bulan purnama tiba," jelas Jimin sembari menundukkan kepalanya berat.

Ucapan terima kasih ini? Apakah ini yang menjadi balasan atas jasa yang sudah dilakukan oleh pria tak beristri dan beranak itu? Baginya... Jimin sudah seperti anaknya. Sayangnya, pemuda itu tak mau mengerti. Disini ada yang salah. Sedikit ngotot juga kekeh untuk mengatakannya. Bangun dan menarik nafas. Pandangannya masih epic melihat lingkungan asri di depan matanya. Jimin memang keras kepala dan dia ingin memakluminya walau ini sangat susah.

"Kalau aku pulang, kau akan mati karena banyak membantu orang lain. Tanpa memikirkan dirimu sendiri, tanpa mencintai dirimu sendiri. Kupikir kau bisa menjadi pemuda egois demi kebaikan mu sendiri. Paman salah... Terlalu besar harapan yang paman berikan padamu. Selama kau bisa menjadi apa yang kau mau, kau terjebak pada kepercayaan orang lain. Manusia, paman juga manusia. Tapi... Kau lupa siapa dirimu." Ada senyuman dan itu sangat misterius jika orang lain melihat makna senyuman itu.

"....."

Omong kosong! Itu yang menjadi pemikiran Jimin saat ini. Dia mengetuk pintunya sebanyak tiga kali, sedikit menutup kedua telinganya dengan caranya bukan kesalahan. Jika pamannya masih membahas hal yang membuat dia harus menjauhi Yoongi.

Tidak akan bisa, sepertinya.

Ada kesabaran yang habis. Ada kapak suci disana yang siap menghabisi, bahkan satu makhluk tak membuat kesalahan padanya saja menjadi korban pelampiasan kekesalannya. Sejak kapan kapak itu melayang dan mengenai kepala itu sampai wujud setan itu pergi? Ada senyum kepuasan dari Jang Shin setelah dia mendapatkan tindakan keras kepala Jimin.

Acara saat ini adalah mengambil kapak setelah senjatanya memakan korban yang telah terbang menjadi abu. Ada rasa bangga di wajahnya dan Jimin tidak perlu melihat itu karena dia sudah tahu. Pamannya bagai psikopat.

"Keluar dari harapanmu Jimin, KAU KELUARKAN SAJA PEMIKIRAN BODOH MU ITU! KALAU TEMAN MU ITU TAHU SIAPA KAU, DIA AKAN SANGAT MARAH DAN BISA MEMBUNUHMU! PERCAYA PADAKU JIM!"

Setelah dia bicara demikian, ada detik dimana dia langsung tertawa keras dengan kedua mata terpejam menutup kedua kelopak matanya agar tidak melihat cahaya dan panas matahari di atas kepalanya.

,

Secangkir kopi biji Arab telah dibeli oleh istrinya. Sebelum dia juga putra kandungnya pergi ke desa lain untuk melakukan pekerjaan penting. Tanpa acara atau kesibukan seperti dia sebelum menikahi wanita ini. Janda anak satu, seorang wanita yang sudah memikat hatinya setelah mendiang istri pertama yang menjadi saksi kisah cintanya di langit.

Kemungkinan yang bodoh!

Khawatir dengan Yoongi jauh lebih mendahului kegiatannya sampai dia akhirnya menyesap beberapa kopi untuk memberi ketenangan pada dirinya sendiri. Walau...  Dia sudah tinggal di salah satu lokasi dekat hutan dengan eloknya lingkungan yang asri.

"Yoongi, dimana kau nak?" Gumam pelan bertanya pada dirinya sendiri. Hembusan nafas saat dia tidak bisa sesantai dulu walau dia menjadi penjahat. Yoongi sulit memaafkannya dulu, apalagi keluarga barunya. Anak tirinya juga sangat sulit untuk menerima dirinya. Kalah usia juga kemalasan menjadi hasrat dukun sejak dia muda telah hilang.

"Begitu banyak yang berubah, aku sudah tidak bekerja menjadi pembasmi hantu. Sekarang orang tidak percaya dengan keberadaan mereka."

Hembusan asap nikotin, dia sengaja memberikan itu pada sosok di depannya agar segera sadar dan pergi. Dia juga tidak suka melihat penampakan secara jelas dalam jangka lama. Rasanya sangat tidak baik untuk masa tuanya. Sosok hantu itu bahkan mengatakan dan meminta pertolongan pada pria seperti dirinya.

"Kau bisa menolongku? Aku sungguh ingin-"

"Kau tidak lihat aku sedang bersantai? Datang saja lain kali, aku akan membantu saat aku ingin."

Ketus dan menyakitkan, andai setan seperti dirinya bisa mencekik manusia dan tidak ada larangan karenanya maka sudah di lakukan oleh wanita dengan wujud menyerahkannya itu. Ada pedang kecil di dekatnya, andaikata sosok wanita ini melakukan hal merugikan maka dia akan menusuk wajah roh itu secara permanen dan musnah.

"Kalau kau sayang kehidupan selanjutnya. Dengarkan saja kataku, kau tidak akan bisa mendapatkan kehidupan kedua kalau kau lalai." Tersenyum seperti anaknya, manis seperti anaknya pula. Daeng Hwa,

"Dasar kau!"

Pergi bagai hantu pengecut. Dia sayang harapan juga lainnya. Angin berhembus menerpa wajah itu secara sengaja akibat makhluk itu melakukan hal menakutkan. Dinginnya aura adalah kekalutan setiap orang yang peka.

Yoongi datang berlari, pulang menemui ayahnya yang duduk santai.
Luka dan sisa lebam di wajahnya, Yoongi merasa bengkak di sebelah matanya saat benda tumpul mengenai wajahnya. Kekerasan dia dapatkan bukan dari manusia. Bisa dipastikan kalau ada pertanyaan yang ditanyakan Daeng Hwa pada Yoongi kemudian. Kaki telanjang milik pemuda pucat itu saja sudah membuat sang ayah peka langsung menoleh ke belakang. Yoongi dan baju sobeknya, compang-camping hampir jatuh kehilangan keseimbangan.

"Appa!"

"Yoongi? Kau, anakku?"

Mendekat dan lantas memeluknya. Pelukan kuat menekan rasa rindu itu,
Akhirnya setelah satu Minggu lebih lamanya, putra kandungnya bisa pulang dalam keadaan selamat walau bonyok. Tak masalah....  Sudah wajar bagi seorang pria pulang dari pertarungan kembali dalam keadaan menyakitkan. Yoongi langsung jatuh lemas dalam pelukan ayahnya saat dia merasa nyaman disana. Tangan sang ayah bagai pahlawan yang menahan anaknya agar tidak tenggelam di bawah kakinya.

"Aku merasa lemas ayah..."

Mendadak payah dan ini bukan Yoongi biasanya. Ada banyak tenaga dibuang setelah kasus kerasukan dan Jimin terluka lantaran membantunya. Yoongi mendapatkan kalung batu giok berbentuk bintang entah dari mana, saat sang ayah menyipitkan kedua matanya kala melihat benda itu di leher sang anak. Selain membantu putranya untuk bisa tegap berdiri dan berjalan, dia masih memperhatikan dan mengingat sesuatu soal kalung itu.

"Bagaimana bisa Yoongi mendapatkan benda itu?" Ucapnya dalam hati serasa resah berkepanjangan. Rasa ingin tahunya harus dia tahan saat dia merasa anaknya terasa berat hanya untuk berjalan beberapa langkah setelahnya. "Appa... Aku tidak kuat berjalan, tolong bantu aku mendapatkan tenaga dengan masaka mu," bisiknya pelan secara dia menahan rasa lapar juga. Yoongi sudah makan beberapa camilan dari Jimin, tapi... Semua itu bagai angin yang tak bisa mengisi seluruh lambungnya. Yoongi tak bisa mengatakan kalau dia habis pergi dari rumah Jimin saking marahnya pada seorang pria yang mengaku sebagai keluarga dekat Jimin.

"Ayah akan membuat masakan enak untukmu. Ke kamar oke? Kau harus banyak istirahat," ucap sang ayah ramah dalam senyuman. Selain dia merasa janggal akan kalung di pakai anaknya. Dia merasa hawa dingin berada di sekitar tubuh anaknya. Ada juga bagian dimana kulit putranya terasa dingin bukan karena es. Ini bukan dingin biasanya. Tidak ada rasa dingin begini meski tubuh seseorang berada di depan kulkas. Daeng Hwa sangat peka akan perasaan dan sekitar, dia bisa melihat ada banyak makhluk mengikuti anaknya sampai ke rumah ini.

Yoongi memaksakan dirinya masuk ke dalam kamar sesuai perintah ayahnya menggunakan kedua tangan menopang pada tembok rumahnya. Yoongi tidak tahu kalau ayahnya sedang mengawasi keluar sana dalam tatapan mata serius luar biasa. Ada banyak jimat di rumah ini, saking banyaknya makhluk tak kasat mata mengikuti anaknya jimat yang dia pasang seolah tidak mempan untuk mendorong mereka agar tidak mendekati rumah ini. Ada garam suci cukup banyak. Mereka datang bukan dari tempat dekat seperti makhluk kebanyakan yang sering kesini. Tempat cukup jauh, juga bau daun dari hutan yang keramat.

'Yoongi? Kau datang darimana? Mereka mengikuti anakku sampai kesini. Bau busuk ini membuat anakku lemas, aneh.... Aku pikir kalau anakku kehilangan kemampuan indigo nya. Energi miliknya tidak akan bisa bertubrukan dengan energi mereka.' ucap sang ayah lirih. Dia harus segera melakukan pembersihan dan memberikan garam suci di air hangat anaknya.

"Yoongi, sebelum kau makan ayah akan membantu mu agar kau mandi nak. Jangan biarkan penyakit datang ke kamar dan membuat kau sakit!" Sedikit keras agar sang anak mendengarnya. Salah satu makhluk merasa tidak nyaman saat tatapan mata tajam Daeng Hwa menatapnya. Mundur setelahnya saat manik mata hitam itu seolah membuat dia harus mundur atau kau mati.

Yoongi anak dari seorang pemburu hantu penuh pengalaman, kalian harus ingat itu.

'Enak saja kalian ingin mengganggu anakku, kalian akan mati jika berani melakukan hal itu. Kalian terlalu lemah...' sombong dan itu benar. Derajat manusia lebih besar dari para setan yang tinggal di dunia dan itu adalah fakta.

"Yoongi, lepas bajumu. Ayah akan membantumu! Masuk ke kamar mandi, cepat!" Teriaknya sekali lagi.

Yoongi mungkin akan merasa malu karena siapapun bisa mendengar suara ayahnya walau rumah ini tidak dekat dengan para tetangga di desa. Mungkin saja pemuda manis itu menepuk jidatnya menahan rasa malu. Dibalik kegarangan sang ayah kalau dia tegas dan marah, tersembunyi kekonyolan yang membuat jaim Yoongi.

"Kalau appa mengatakan begitu, aku tidak akan mau mandi yaaaakkkk!" Suaranya berseru keras menolak hal memalukan ini. Dia bukan anak kecil dan ayahnya harus memahami itu.

"Hey, bagiku kau tetap bayi kesayangan appa. Paham!" Ada tawa renyah disana. Kadang anak kesayangannya itu sangat lucu kalau sedang merasa malu. Membayangkan sang anak menjadi kucing galak yang tenggelam dalam baik air hangat garam suci.

Daeng Hwa menjadi terhibur sendiri.
Baginya menjadi seorang ayah saja adalah berkah paling besar dan luar biasa tentunya. Kenangan akan dia juga istrinya, saat dia dulu merasa takut kalau anaknya menjadi keturunan yang bisa melihat hantu.

Kembali ke fakta dan kebenaran. Buktinya, Yoongi hampir mati dan kehilangan segalanya akibat kekuatan dia punya.

Dua bola mata ini kini menjadi turun temurun. Kekuatan yang dia dapatkan saja malah jatuh pada anaknya. Selain ini menyiksa semua yang ditakutkan di masa lalu terjadi sudah. "Kemampuan ini... Kenapa harus Yoongi mendapatkannya Tuhan? Kau tahu bagaimana menderitanya dia karena kemampuan yang sama denganku ini. Aku tidak tahu derita apa dan bagaimana Yoongi bisa mengatasinya tanpa aku juga kakeknya... Selama ini, dia hanya tahu kalau makhluk itu pengganggu dan selalu suka aura manusia." Satu hembusan nafas dia buang. Kedua kelopak mata dia pejamkan sejenak. Hanya butuh beberapa menit sebelum sang anak bersiap untuk mandi.

Bagaimana cara agar dia bisa mengembalikan kehidupan anaknya seperti semula?

,

Seokjin datang di sebuah gereja. Seperti biasa... Dia melakukan amalan doa dan meminta bantuan Tuhan. Saat ini, dia bisa menemukan adiknya dalam keadaan tidak sadarkan diri di sebuah rumah tua. Seseorang telah mengabarinya, seorang wanita yang menaruh sepatunya di teras rumah tua. Dekat persawahan yang berbatas dengan pedesaan. Kali ini dia putus asa dengan apa yang dialami adiknya.
Pendeta yang mengisi doa melihat dirinya menangis sembari bersimpuh di depan sana.

Inginnya kesana untuk bertanya gerangan apa yang terjadi? Dia sudah memperhatikan beberapa menit ekspresi Seokjin. Langkah baiknya ditahan oleh seorang wanita yang menjadi suster pengurus gereja disana. Seorang wanita yang memberikan senyum rendah diri menandakan kalau dia manusia baik disini. Mungkin sebagian orang tidak tahu, dia memakai topeng cantik yang membuat orang di masa lampau nya tidak akan menyadari wanita itu. Seokjin masih berada di tempatnya terlalu khusyuk melaksanakan doanya. Kehidupan membawa dia lupa bahwa musuh abadi masih tetap ada dan selamanya akan begitu.

"Bapak dicari para tamu di kantor bapak, sebaiknya bapak segera menemui mereka. Sudah cukup lama mereka menunggu bapak," ujar nya dengan nada manis sekali.

Pria itu mengangguk dengan senyum khas miliknya. "Baik, saya akan segera kesana. Terima kasih Suter Marina. Oh ya.... Tolong minta pada suster Hye menyiapkan minuman juga makanan bagi para tamu di kantor, oke?" Pergi berlalu membawa buku kitabnya.

Kini hanya Seokjin yang berada disana sendiri. Tidak ada lagi keberadaan seseorang yang memperhatikan pemuda itu dan menjadikan kesempatan emas bagi wanita itu. Siapa lagi kalau bukan dari ibu anak itu, Jung Kyung.

"Tuhan? Apakah aku punya kesalahan padamu? Katakan padaku, kenapa semua ini terjadi? Kenapa kau membuat adikku mengalami hukuman yang memang seharusnya aku hadapi. Aku merasa kalau aku yang memiliki kesalahan. Jungkook adikku... Dia malah tidak melakukan suatu hal yang membuat dia harus menerima rasa sakit juga hukuman tak wajar itu," ucap Seokjin mengatakan maksud soal adiknya yang diganggu makhluk halus.

Air mata jatuh deras dalam diam, menjadi salah satu pemandangan menyenangkan bagi Marina alias Jung Kyung yang sedang memperhatikannya dalam gelap bayangan. Bibir dengan balutan lipstik natural itu membentuk kurva bahagia juga tipis. Dia tidak bisa tertawa terbahak dan menghancurkan rencananya sendiri. Seokjin anak yang peka, meski dia sudah mengubah tampilan begini tetap saja akan ada yang tahu siapa dia. Bodohnya, sang suami dan menyesalnya dia tidak membuang anak itu ke panti asuhan. Seokjin sudah terlanjur tumbuh menjadi anak pintar dan bisa diandalkan lantaran mertuanya yang sudah membuat anak itu masuk sekolah internasional. Reportnya, dia tidak bisa memanfaatkan Seokjin karena semua sudah terbongkar akibat perbuatan dukun muda itu.

"Anakmu sangat tampan. Sayang aku sudah mati, kalau tidak... Aku bisa membuat dia jatuh cinta padaku dan membuat dia menikah denganku hihihi..." Tertawa begitu menakutkan dari seorang makhluk halus bergaun putih dan rambut panjang. Jung Kyung mendengar bagaimana bisikan itu penuh akan ambisi. Ide bagus kalau dia membuat setan disampingnya ini membuat anaknya menderita lebih lama.

"Kau dan segala khayalan mu bisa diwujudkan kalau putraku mati. Kenapa kau tidak temani saja dan ikuti dia kemana pun? Kau tahu? Seokjin anakku... Dia sangat takut dengan hal mistis. Dia bisa mati secara perlahan dan ketika dia mati, dia akan menjadi setan yang biasa bergentayangan bersamamu."

Cuplikan bahkan ucapan serius itu dia katakan di balik bayangan dinding bangunan gereja ini. Dia masih setia menyembunyikan diri dan menjaga jarak dari anaknya. Hanya nampak dagu diantara cahaya lampu bangunan. Makhluk di sampingnya tersenyum tanda kalau dia setuju atas usul ini. Masukan yang sungguh masuk akal juga sangat menguntungkan baginya. Bangga sekali makhluk itu memiliki tuan yang sangat pengertian. Setidaknya, dia bisa mendapatkan korban pria lainnya. Terbang perlahan berada di dekat Seokjin, dia tersenyum bangga dan menoleh ke arah Jung Kyung.

"Kau bisa mendapatkan nya lakukan saja apa yang kau mau padanya. Aku merasa sangat tidak peduli, bagiku... Dia bukan putraku." Tak ada lagi tanda bahwa dia menyesal mengatakan semua ini. Demi kekayaan yang masih di tangan anaknya, dia akan lepas dari kebohongan menjadi pengasuh tempat ini.

"Aku menyukai anda nyonya kesayangan ku," rasa bangga amat besar. Penampakan itu terlalu bangga dan senang sampai dia hilang dan masuk ke tubuh Seokjin. Tampak tidak terjadi apa-apa selain jantung itu merasa berat secara mendadak. Seokjin kira dia hanya masuk angin saja, tangannya bergerak menekan dada itu supaya dia merasa lega. Bangun dari rasa bersimpuh nya saja sangat susah. Nafas itu tersenggal dan dia merasa berat di bagian kepalanya.

"Rasakan itu putraku. Rasakan itu sayangku, mau tidak mau kau akan mendapatkan karma yang sepantasnya kau dapatkan karena sudah membuat ibu kecewa dan menderita demikian," ucap itu pelan juga mengandung ancaman tabu.

Sekali lagi, dia akan merasa bangga dan percaya diri kalau anaknya akan mati secara perlahan. Mawar hitam akan dia berikan tepat pemakaman putra pertamanya ada. Tanah itu juga akan basah karena hujan nantinya. Selain membalas dendam atas kematian pria dia cintai, suaminya. Maka, dia akan melampiaskan dendam dan kesenangannya yang jahat itu pada Seokjin juga.

Kedua mata itu tampak merah bercahaya untuk memperlihatkan pada dunia kalau dia belum mati sebagai wanita lemah. Seharusnya dia mati dan dimakamkan dengan peti emas di usianya 80 tahun lebih dalam singgasana menyenangkan penuh kaya dengan harta yang tidak akan dia turunkan pada orang lain.

"Jungkook juga akan segera menyusul kakaknya, atau lebih baik lagi Jungkook pergi dulu maka kakaknya akan segera mati juga. Bagus sekali, aku tidak perlu repot untuk menyingkirkan anak itu dari muka bumi ini."

Hal yang sama dia lakukan sekali lagi, setidaknya saat dia ingat kalau dia pernah mengatakan ini pada seseorang.

'Kim Taehyung juga sudah mati, hanya tinggal Yoongi si dukun itu yang akan mendapatkan pembalasan selanjutnya,' gumam pelan dalam tatapan penuh kebencian. Dinding rumahnya menjadi segala saksi atas tindakan dia lakukan di masa itu. Saat dia merasa sebal kala Taehyung memergoki aksinya dan sang suami untuk melenyapkan pewaris utama. Kedua putra mereka yang bagaikan seorang pangeran mahkota.

Ingatan masa lalu, Taehyung tidak akan bisa dia singkirkan dari segala ancaman. Ini memang paling muak.

"Sampai mati aku tidak akan membiarkan Anda menyakiti mereka. Kita lihat saja nanti, siapa yang akan berada di neraka duluan. Ketika aku mati, aku jamin... Aku akan berada diantara kedua putramu selamanya. Sampai kau benar masuk neraka."

Terbesit ancaman Taehyung menggema di indera pendengarannya saat ini. Kenapa harus pemikiran dan masa lalu ini datang mengganggunya.

"Benar-benar, sialan!"

Sedikit mengumpat di tempat suci bagi mereka yang memiliki agamanya.

,

Kali ini....

Apakah Namjoon bisa memberikan ampunan bagi salah satu arwah yang pernah membantunya juga tugas dari Tuhan? Ini di luar kuasa juga batasnya. Saat dia hendak memenggal kepala Taehyung dengan pedang dari tangannya. Mingyu memberikan dan mengawasi rencana dan apa yang akan dia lakukan. Namjoon punya hati sebagai seorang malaikat pencabut nyawa. Dia tidak menduga kalau masalah ini akan menjadi masalahnya juga.

Taehyung mengangkat kepalanya dan memejamkan matanya seolah pasrah akan semua dia dapatkan. Dia pernah melakukan hal sama seperti dia lakukan pada iblis lainnya. Memenggal kepala dengan senjata mereka dan membiarkan tubuh itu hancur seperti debu, dibawa pergi olah udara juga angin tak berbekas. Tak membiarkan kedua kaki para iblis yang sudah melakukan banyak dosa dan kesalahan di atas tanah bumi.

"Tahu rasanya. Aku tahu rasanya bagaimana aku harus menghadapi untuk membunuh para iblis yang membangkitkan kemarahan Tuhan. Sekarang aku berada di posisi mereka dan kau berada di posisiku dulu. Ketua... Ah, tidak. Ini tidak pantas, aku bukan bagian dari kalian. Aku iblis sekarang, dimana aku tidak pantas mendapatkan keadilan juga."

Taehyung tidak tahu mengapa dia malah mendapatkan hukuman. Padahal....  Dia sangat marah pada makhluk lain yang sudah mengganggu kehidupan adiknya. Bukankah makhluk dalam tubuh Jungkook juga harus dilenyapkan sekarang? Bukan dirinya yang ingin menghabisi makhluk itu juga?

Rasanya Taehyung mendapatkan ketidakadilan saat ini. Dulu, dia tidak merasakan apa-apa. Dia hanya tahu membuat manusia mati, mengantar ruh mereka dan membunuh para iblis yang membuat masalah dengan kehidupan manusia. Tuhan membuat pola pikirnya berbeda dari dirinya saat ini. Saat dia punya sayap hitam sebagai utusan Tuhan, dia malah tidak ada perasaan dan mati rasa dalam hatinya.

Bukankah dia sedang dipermainkan takdirnya?

Perasaan Taehyung saja, apakah menurut kalian juga begitu?

...........

TBC...

Semoga kalian suka dengan apa yang aku buat pembaca kesayangan ku dan itu adalah kalian. Tetap semangat dimanapun kalian berada dan jangan lupa jaga kesehatan.

Gomawo and saranghae ❤️.

Aku sayang kalian semua, jangan lupa kalian sayang aku ya ❤️

#ell

09/01/2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro