Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

인생에서 가장 약한 부분 (16)

"Dunia ini kejam, tapi aku tetap peduli padamu. Peluru yang lolos membunuh bukan berarti seseorang menjadi pahlawan, lalu... Apakah aku jahat di matamu sekarang?"

.

(Author ***** POV)

Yoongi tak pernah minder atau pengecut selemah ini. Seokjin telah sukses mematahkan ambisinya untuk bisa menjadi orang pertama yang dilihat Jungkook setelah hari panjang dirinya sebagai sosok manusia kerasukan. Di matanya kalau adiknya kini tak memperhatikan dirinya seperti waktu itu, masa lalu yang menurut Yoongi sendiri indah walau dia hanya berteman dengan arwah penasaran.

Cemburunya pada Seokjin tidak kentara. Beberapa orang yang mengenal Yoongi tentu saja paham akan perasaan pemuda itu. Mereka diam bukan berarti tidak peduli, baik Jimin atau Daeng Hwa sendiri enggan membuat luka lebih besar lagi bagi seorang Yoongi. Sudah ada banyak cara juga tenaga dia kerahkan disaat ambisinya sukses membelenggu Yoongi sampai dirinya sukses untuk menaklukkan separuh hitam.

Tak sama, tak ada goresan penghargaan untuknya.

Yoongi jatuh lemas dalam lamunan tidak faedah miliknya. Hilang sikap dan sifat keras yang dia miliki ketika hatinya terluka tanpa alasan. Ini aneh, rasanya seperti bukan dirinya biasanya.

"Jungkook kau aman sekarang, ada Hyung. Ayo kita harus keluar dari kamar ini, sebelum makhluk itu mencoba untuk masuk ke tubuhmu lagi," ucap Seokjin sembari mencoba menggendong tubuh bongsor milik adiknya.

Tubuh Jungkook sangat lemas, dia tidak mampu berjalan. Darah terus keluar pelan dari beberapa luka gigitan yang dia sendiri masih belum peka. Mungkin semua tubuhnya seakan mati rasa dan tidak ada alasan baginya untuk bisa menolak atau malu karena kakaknya menggendong dirinya ala bridal style.

"Seokjin, sebaiknya bawa ke rumah sakit. Luka itu harus disembuhkan!"

Sedikit berteriak, karena Daeng Hwa tidak mau seseorang yang sudah kerasukan mulai berulah. Yoongi masih disana dengan pandangan mata sangat kosong tanpa tahu kalau dia saja akan mengganggu dua orang yang mempertaruhkan hidup untuknya. Saking sebalnya, Daeng Hwa sedikit memberikan sentakan pada putranya supaya waras kembali.

"Yoongi! Tak ada gunanya kalau kau duduk disana dan memikirkan hal yang tak akan bisa membantumu sama sekali! Tetap waras, kalau kau masih sayang pada ayahmu ini. Kau cari tempat aman, aku dan Jimin akan atasi masalah ini!"

Siapa yang tak kesal?

Orang tua tidak ingin hal paling buruk terjadi pada anaknya. Anak adalah berkah bagi mereka, tak akan bisa dia biarkan makhluk yang lolos bisa memuaskan balasan mereka. Jimin juga begitu dengan dia menahan nafas juga menggeleng kepalanya pelan. Bisikan demi bisikan di kedua telinganya saja terus ada dan mulai untuk mempengaruhi mentalnya selalu. Mental Jimin yang bisa rapuh dan patah kapanpun takdir mengatakannya.

Kalau dia kehabisan waktu juga kesempatan untuk bisa menghalangi setiap langkah makhluk astral di depannya maka dia sudah menjadi pecundang sejati untuk bisa dikatakan sahabat payah.

"Jimin, kau bisa melepaskannya. Aku tak masalah... Yoongi akan tahu kalau kau tetap memaksa bagaimana dirimu selanjutnya," ucap Daeng Hwa. Membentur telapak tangan dengan jimat di bagian perut sosok mengerikan di depannya.

"Bagaimana bisa? Ini akan membuat anda kerepotan. Tidak! Aku tidak akan membuat anda dalam bahaya sendirian, selama aku masih memakai kalung ini. Aku jamin semua akan baik saja," kata itu sebagai penenang.

Daeng Hwa menatap senyuman Jimin yang manis disana. Tak ada takut atau kesusahan disana. "Kau sangat nekat sama seperti anakku, Yoongi. Sejak dan sebelum mengenal aku atau Jungkook. Dia lebih cuek dari apa yang kau duga selama beberapa hari ini," terdengar kalem.

"Tentu saja. Aku bisa menilai secara baik, Yoongi memang dingin. Dia terlalu baik sampai mudah terluka, aku harap dia kembali seperti semula. Saat kau mengatakan hal itu tadi, cuek juga kuat."

Harapan memang harapan, Jimin bisa apa selain dia harus menjadi penopang Yoongi.

Terlentang di dinding bukan waktu lama untuk sosok itu lepaskan kembali. Yoongi berjalan dalam pandangan entah tak fokus. Lantai dingin memang menyambut kedua telapak kakinya. Hilang rasa percaya diri bukan masalah dan bukan apa-apa bagi seorang Yoongi. Kehilangan Jungkook sudah membuat dia bagai pria bucin ditinggal mati pasangannya.

Apakah sesakit ini?

Seokjin juga tidak memberikan peluang sedikit atau besar untuknya. Penunjang kehidupan seorang anak muda yang sudah diabaikan oleh salah satu pihak keluarga.

Yoongi merasa kalau kasih sayang, kepercayaan juga balas kebaikan semua itu hanya sebuah mitos. Dongeng saja dan opini dalam cerita yang tak akan pernah ada faktanya. Yoongi tak ingin uang atau balasan jasa. Kenyataan pasti ialah saat dia ingin Jungkook berlari memeluk dirinya lalu mengatakan "tolong maafkan aku atas kebodohan yang aku lakukan ini," semua ini adalah sebuah mimpi yang lama akan hilang bersama dengan angin.

Tak ada yang tahu kalau dia menangis dengan memejamkan mata sejenak. Menjatuhkan sisa air mata di bawah kelopak mata sipitnya. Yoongi terasa tubuhnya ini tak mampu menopang apa yang ada dalam sisa tenaga miliknya. Oh, rupanya salah satu makhluk sudah mengikuti setiap langkah juga bekas telapak kakinya.

"Tupahamu, dia ada di belakang Yoongi. Jangan biarkan dia mengambil jiwa manusia Yoongi," Jimin menyadari badan Yoongi tengah diikuti. Akan ada banyak kejanggalan aneh kalau seseorang tak segera membunuh sosok mengerikan dengan lidah menjulur panjang.

"Yoongi hyung! Awas dibelakang mu!" Teriak Jimin berlari dan berteriak, melangkah mencoba memeluk tubuh Yoongi dari belakang. Sosok bernama Tupahamu mulai menjulurkan lidahnya menusuk untuk menerobos bagian belakang punggungnya.

Yoongi mendengar suara teriakan panik di belakangnya, dia melihat sosok itu memiliki mata merah dan panjang menjulur mulai menyakiti bagian depan tubuhnya. Harusnya dia tidak melihat, harusnya dia tidak bisa mendapatkan gambaran detail dari sosok makhluk yang sebenarnya juga tidak ingin menunjukkan dirinya. Membunuh dalam diam adalah salah satu kelebihan makhluk itu, "apa-apaan ini?" Gumam Yoongi pelan saat dia tahu kalau kedua kakinya sudah tak bisa bergerak karena membeku di tempat.

Bodohnya, Yoongi tidak segera pergi dari tempat itu dan hanya terperangah melihat eksistensi sosok itu yang mulai untuk menerjang dirinya dalam simbol kematian nyata. Mungkin patah hati juga sakitnya pengabaian Jungkook membuat dia payah sekali.

"Tidak!"

CRAAASSHHH!

Kekuatan mana yang bisa Yoongi dapatkan? Dia tidak sadar kalau kasus dia dapatkan memang bukan kasus pertama kali.

"Jim- Jimin...."

Rasanya dia sangat tidak punya manusiawi. Mati dalam tempat karena pengabaian, bukan... Jimin terluka parah dengan lubang di punggung dan itu sangat mengerikan. Alasan logis untuk seseorang segera sadar lalu berteriak sangat keras. Darah sudah menempel di telapak tangan Yoongi dan menjadi jejak di atasnya. Kalau dia tidak salah, sudah dua kali Yoongi terselamatkan nyawanya.

Gambaran masa lalu saat Jungkook juga lakukan hal sama sebagai hantu, melindunginya dari kematian nyata setelah Yoongi membantu dirinya dalam gedung sekolah. Kenapa setiap sosok, manusia atau makhluk yang Yoongi dekat dan mereka mendekati Yoongi terluka parah dan hampir kehilangan daya hidup mereka?

Apakah ini benar?

"Jimin, kenapa kau lakukan ini? Ayah! Jimin terluka, tolong aku ayah!"

Yoongi memeluk tubuh temannya itu dalam keadaan bobrok dan sangat ketakutan. Kedua mata Jimin masih terbuka dengan dia sangat sekarat, dia merasa tubuhnya seperti mengeluarkan sesuatu yang bernama cairan kental. Meski menurutnya ini jarang terjadi padanya, lidah tajam sosok mengerikan itu sangat tajam hingga mampu mengoyak dari awal hingga belakang. Sangat dalam dan ini membuat Jimin merasa frustasi dalam rasa sakit.

"Yoongi hyu- Hyung akhhh! Syukurlah jika kau selamat," ucapan dalam nada gemetar menahan sakit teramat sangat.

"Bodoh! Kenapa kau harus lakukan ini! Kenapa kau malah melindungi ku, kau bisa menyayangi nyawamu sendiri. Bukankah kau bisa lakukan itu?!" Antara kesal juga menangis, apa yang dirasakan oleh Yoongi memang sangat rumit untuk dijabarkan.

Kepala Jimin mendongak menahan segala apa yang dia bebankan. Ini bukan kesalahan Yoongi dan dia tidak mempermasalahkannya. Hanya saja tubuh itu bereaksi dengan darah keluar dari sudut bibirnya.

Inginkan takdir membawa dia ke ambulance, Yoongi mengabulkannya diantara dia mengabaikan teriakan sang ayah yang menatap dirinya gusar di belakang. Susah payah dia melawan, berhubungan dengan suatu rahasia diantara keduanya. Konsentrasi Daeng Hwa pecah dan dia tidak mau mati di tempat ini juga. Haruskah dia mengatakan kalau Yoongi percuma saja membawa Jimin ke rumah sakit?

Karena pada dasarnya semua itu tidak akan bisa dikendalikan oleh manusia.

Sama sekali tidak bisa, ini sangat menyulitkan memang.

,

Keresahan hati itu lebih dominan dari sebuah dendam atau kuasa dia saat dia diijinkan untuk mengambil setiap nyawa manusia yang berpahala dan pendosa. Namjoon gusar sampai dia mengibaskan jubahnya asal saat burung hendak mendarat pada dirinya tapi tidak jadi.

Burung gagak, pesan pembawa kematian. Menandakan kalau disini akan ada seseorang menerima giliran untuk menghadap Tuhan. Hanbin baru saja usai mencabut nyawa seekor anak kucing yang kini berada di pangkuannya dan tampak nyaman dalam rasa lelap dimiliki olehnya.

Memperhatikan Namjoon sekarang tidak bedanya sama sekali dengan Taehyung dulu saat dia masih menjadi utusan kematian. Keduanya tampak sama dalam waktu beda, kini yang membuat Hanbin rindu adalah saat Taehyung gusar maka dia akan menampakkan wajah datar tapi bisa menimbulkan tawa absurd.

Hanbin merasa sangat tidak pantas malaikat maut punya masalah demikian. Lebih baik mereka mengambil beberapa nyawa manusia yang sudah masuk daftar dan membuat pekerjaan beberapa utusan menjadi ringan. Jika mereka punya kehidupan sama layaknya manusia, timbul bayangan Hanbin kalau dia akan dan Namjoon menikmati Americano di D'cafe ujung jalan dekat gedung ini.

Lucu sekali memang, bahkan untuk melakukan satu hal itu saja Taehyung hampir di depak.

"Kalau begini terus kau bisa keriput dan cepat tua, masih ada beberapa celah uban yang akan tumbuh di rambut anda senior," ungkap Hanbin dengan menunjuk jempolnya bahagia.

Ada yang mencoba lawakan, kali ini sungguh tidak lucu dan tidak ada hal yang bisa ditertawakan memang. Kalau siang berganti malam, malam berganti siang. Fenomena itu setiap hari terjadi, Namjoon merasa akan lucu kalau dia bisa melihat pendosa hancur karena dosa mereka.

Tipikal kalau malaikat kematian punya bayangan kejam untuk para korbannya.

"Sungguh dramatis, aku baru saja membantu dirimu menangkap kucing yang sebenarnya tidak atau belum siap meninggalkan dunia ini. Apakah kau ingin aku memoles kepalamu? Kau payah dalam melakukan tugas kecil meski itu hanya mencabut nyawa seekor ulat bulu..." Namjoon dan segala ucapannya, menjatuhkan mental Hanbin dalam sekali kalimat menyakitkan kedengarannya.

"Untung saja aku malaikat. Aku sudah biasa kena mental setelah anda senior, Taehyung lebih kena mental ketimbang aku."

Duduk disana dan mengusap si kucing kesayangan salah satu manusia yang telah menantikan hewan kesayangan ini di akhirat sana. Doa seseorang dikabulkan karena suatu kebaikan besar dia buat secara sukarela juga ikhlas. Kenyataan pastinya ialah ini sangat tidak adil, ketika pemilik kucing itu rela mati. Pasangannya menikah lagi dan menjadi penjahat atas tindakan pembunuhan kejam yang terjadi beberapa menit sebelumnya.

Hanbin merasa ini sangat buruk. Di atas gedung ini, mereka para manusia tidak tahu kalau sahabat mereka.... Kematian. Selalu saja juga ada untuk menemani mereka tepat di samping denyut nadi.

"Kasihan engkau kucing. Pemilik mu sangat baik sampai dia siap sengsara demi pujaan hati. Apakah kau tahu? Kalau jantung yang suci adalah sebuah kebaikan. Aku pikir manusia jahat bisa baik kalau mereka mendapatkan jantung seorang manusia yang baik pula. Aku salah," kuat Hanbin mengangkat tubuh kucing tua menggemaskan itu. Umurnya sudah melebihi usia manusia yang katanya bisa hidup sampai 67 tahun dan hidup lebih dari angkat itu adalah sebuah anugerah terbesar untuk mereka agar bisa memperbaiki diri.

Namjoon mengira kalau Hanbin punya segala keunikan yang sama dengan Taehyung. Keduanya memang aneh dan terkadang membuat Namjoon sulit membedakan. Apakah dia yang mulai gila atau memang Hanbin masih belajar karena dia masih baru dalam tugas sesungguhnya?

"Manusia memang punya tabiat yang gak bisa diubah begitu saja. Kalau aku menjadi malaikat kematian, apakah itu menjamin aku akan menghapus segala kesalahan dan dosa saat aku hidup?" Mendengar seseorang di masa lalu mengatakannya dengan jelas sampai terbayang sudah.

Namjoon mengusap pelipis miliknya. Rasanya sangat pusing dan ini sungguh tidak pernah terjadi dalam hidupnya. Kenapa memikirkan perubahan Taehyung jauh lebih sulit dibandingkan dia diancam akan masuk ke dalam kuali panas neraka dan lebur? Semua yang dia baca dalam sebuah peraturan akhirat membuat dia lupa. Taehyung adalah kandidat dimakan dia harus mengabaikan segala pantangan demi keselamatan dirinya sendiri.

Jauh dari sana dia mengacu pada pertanyaan besar.

Kenapa dan mengapa Tuhan tidak mengijinkan dia melarang Taehyung melakukan semua ini? Alasan apa, lalu kenapa bisa? Soal dimana dia tidak bisa mengabaikan begitu saja semua. Hari ini sempat resah layaknya manusia dan membuat sosok dirinya langsung berganti tugas secara pribadi.

"Hanbin, apakah kau bisa mencabut nyawa manusia di dalam kamar 14, aku harus lakukan suatu hal dan ini penting. Salah satunya mengenai Taehyung."

Namjoon memberikan buku di tangannya pada malaikat muda itu. Ada wajah bingung sekaligus rasa tanya besar dalam benaknya.

"Kau serius memberikan beberapa tugas akhirat ini padaku? Apakah kau tidak takut kalau aku akan membuat kesalahan yang pasti akan membuat kau rugi, aku saja-"

Ia diam sejenak saat melihat raut gusar Namjoon. Oh... Dia mulai paham akan situasi sesungguhnya. Kalau dia salah maka dia akan belajar untuk memperbaiki segalanya. Hanbin mengangguk saat dirinya menerima buku hitam itu, ada senyuman tipis Namjoon yang menunjukkan lesung pipinya samar. "Kau sangat berhutang padaku, Senior.... Aku harap apa yang kau lakukan itu benar dan Tuhan tidak membuat data hukuman untukmu," itu adalah doa dan bukan sekedar ungkapan semata.

"Baiklah aku bisa melakukan sesuatu dengan tenang, saat aku kembali pastikan para roh bisa ke akhirat untuk mendapatkan ketentuan selanjutnya," ucap Namjoon melambaikan tangan sebagai tanda pamit. Dia akan kembali setelah selesaikan urusan, dia harap dia tidak akan mendapatkan peradilan jika pikirannya ini benar.

"Bodoh, kalau aku sampai gagal. Bisa-bisa nanti aku yang kena masalah. Ya, hati-hati. Tetap kuat apapun terjadi, oh ya... Asah senjata mu jika seandainya para iblis balas dendam padamu."

Anggukan setujui, tidak ada yang tahu bahaya apa yang akan menimpa selanjutnya. Bahkan untuk senyuman diantara kedua lesung itu menujuk pada bahwa dia mencoba untuk kuat dalam situasi apapun walau ini surut. Kedua sayap membentang lebar saat kancing jubah bagian depan lepas. Sayap hitam mengkilap di terpa cahaya Surya.

Pergi entah kemana melesat cepat dan jauh ke atas udara penuh keyakinan, Hanbin tahu kalau tujuan utamanya adalah menolong Taehyung meski pendapatnya ini bisa saja salah kaprah.

"Senior, kau masih belum berubah. Masih tetap peduli, meski kau tahu kalau takdir bisa saja marah padamu."

,

Malam menyapa, waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Antusiasme Seokjin menunggu adiknya sadar dari acara tak sadarkan dirinya telah membuat hasil tak terduga. Gumaman pelan serta dia yang meminta sang kakak mendekat ke arahnya untuk bisa membantunya bangkit secara pelan.

Disinilah Jungkook berada. Menatap bayangannya sendiri, menatap dirinya pucat dengan Seokjin di sebelahnya membawa kaca berukuran sedang. Wajah lebam, bekas tangan luka lalu diperban. Bekas darah merembes keluar dari sekitar kulit yang tergores juga terkoyak.  Ketika hati tak sesuai dengan pikiran, mendapati dirinya bobrok membuat dia menangis.

Jungkook merasa dirinya tak lagi tampan dengan begitu banyak perban juga bekas luka yang ada.

"Ini bukan kesalahan mu, ini memang di luar batas kendali mu. Saat itu kau memang tidak tahu apa yang kau lakukan dan tidak menyadari bahwa setiap langkah kau lakukan membuat kami semua hampir celaka."

Seokjin mengatakan semua, berharap jika suatu saat adiknya bisa pulang dia bisa menghadapi sisa ketakutan disana. Para karyawan tidak semuanya dan tidak mudah untuk bungkam saat mendapati masalah ini. Dokter yang baru saja selesai mengurus lukanya masuk setelah memberikan rasa hormatnya untuk pengusaha muda Kim tersebut.

"Ini bukan aku, ini pasti orang lain yang mencoba mengambil ragaku!"

Jungkook menutup wajah, dia merasa kalau ini tidak mungkin dia. Dimana jarinya? Oh, sudah putus karena keadaan. Dokter mengatakan kalau tangan kiri Jungkook tidak bisa diselamatkan pada setia sendi kecilnya. Membuat luka juga duka berkepanjangan. Tatapan sendu juga rasa kasihan untuk dirinya sendiri yang benar-benar tidak akan diduga.

"Aku cacat secara permanen, tidak akan ada orang yang mau menerimaku dengan jari putus seperti aku," kelemahan dia punya adalah dia kehilangan rasa percaya dirinya.

Seokjin tak banyak bicara dan hanya memberikan tatapan pelan saat dia memeluk adiknya. Satu-satunya harta juga keluarga tersisa yang tidak akan mungkin dia dapatkan lagi. Jungkook merasa hatinya bolong, harinya sial sampai tatapan mata menatap ke cermin sana sungguh tidak berminat lagi. Melihat bahwa ada bagian tubuh yang cacat membuat dia tidak kuasa untuk bisa mengatakan ini aku, tampan dan berani.

Di luar dugaan semua. Seokjin menangis tanpa suara dan memilih menjatuhkan air mata di atas bahu adiknya. Dia merasa gagal lebih gagal dari pada dia tidak lulus dua kali dalam tiga tahun. Saat ini, Jungkook hanya bisa menarik nafas berat dan tersenyum tanpa tahu apakah dia senang atau miris.

"Jangan berpikir kalau kau cacat dan gagal untuk selamanya. Ada kakak disini yang akan selalu bersamamu, di setiap langkah kau lakukan kakak akan membantumu."

Ini bukan soal letak dimanapun Seokjin ada dan membantu. Jungkook harus hidup mandiri suatu hari nanti dan tidak mengandalkan warisan kakain6a saja. Cita-cita untuk menjadi seorang bintang hilang saat fisiknya saja kurang. Akankah dia tahu? Kalau sebenarnya hari ini menjadi sangat bobrok dengan hati penuh luka?

Ya, tidak ada yang tahu pasti silsilah apa dan karma bagaimana semua ini terjadi. Jungkook menatap bayangannya sendiri penuh artian jijik.

"Lepaskan aku dari belenggu penderitaan ini..."

"....."

Jungkook lupa hingga berkata jika dia paling miris diantara siapapun. Jungkook mencoba mengatakannya dalam ungkapan lirih dan Seokjin tetap mengabaikan itu semua. Apakah dia bisa mengatakan kalau Jungkook harus lepas dari pengawasannya?

Tidak!

"Tolong... Lepaskan aku, biarkan aku dimakan atau mati. Saat aku tahu kalau aku tidak bisa menggenggam mimpi lagi. Katakan padaku, apakah aku harus? Seperti ini selamanya? Hidup dalam sebuah kecacatan dan fatal?" Kini dia tidak bisa menoleh. Hatinya sudah remuk redam dengan takdir yang mempermainkannya puas.

Iblis sudah membuat dia seperti ini, ajaran soal dimana Tuhan mengutuk para iblis. Apakah itu benar! Saat dia tahu kalau... Takdir kelam akan selalu mengikutinya.

"Jungkook, kenapa kau diam saja? Apa yang kau pikirkan?"

Cukup lama bagi Seokjin mendapatkan jawaban darinya. Jungkook sama sekali tidak mau mengatakan secara langsung sampai membuat kakaknya hampir menahan nafas.

"Hyung... Aku ingin mati, bunuh diri sampai aku tidak bisa melihat bayangan cacat ku lagi..."

Kata-kata bodoh keluar dari mulutnya sendiri. Seokjin dengan keras menampar ego sang adik, keras dan sangat keras sampai Jungkook merasakan apa itu mati rasa di pipinya.

.....

TBC ...

Mungkin cerita ini tak seseram chapter pertama tapi aku masih berusaha mengeluarkan kemampuan terbaik yang aku punya.

Semoga hari kalian selalu menyenangkan dan tetap jaga kesehatan dimana pun kalian berada.

Gomawo and saranghae ♥️

#ell

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro