업 (5)
"Aku percaya adanya mereka yang tak nampak. Manusia yang bisa melihat mereka di sebut istimewa. Kebanyakan ingin menantang menjadi indigo, tapi aku memilih mundur karena sebuah alasan. Aku takut membahayakan mereka yang dekat denganku."
(Author *** POV)
Ruangan disini kosong. Yoongi terlambat dan hingga tubuhnya mematung di dalam kamar seorang pasien yang baru saja di bawa pulang. Padahal suster tidak mengatakan apapun selain, pasien di rawat di ruangan 013.
"Mana mungkin aku ditipu." Dengusan kesal anak muda itu masih terpantau dengan jelas, berlanjut dengan selimut dia buang dongkol. Jatuh ke lantai dengan ekspresi wajah tak suka dengan semua ini. Bagaimana dia akan membantu adiknya kalau korbannya saja sudah pergi dari ruang perawatan. Makin lama rumah sakit ini semakin tidak jelas saja soal unit layanan disini. Tempat inilah dimana dia juga hampir merenggang nyawa melawan wanita gila yang menjadi ibu kandung Jungkook.
"Susah payah aku masuk ke dalam sini. Kenapa aku tidak menemukannya? Apakah dia sungguhan ada?"
Pandangan mata mengedar mencari tahu dimana seseorang itu berada. Berlari keluar melewati lorong mengikuti jalur lurus tempat orang-orang bergerak untuk mencari jalan keluar. Bobrok sudah badannya ketika dia jatuh tidak sengaja menubruk seorang pemuda lainnya dengan membawa berkas di tangannya.
Tak ayal kalau keduanya mengalami rasa sakit beberapa bagian tubuhnya. Yoongi memegang pantatnya dan pemuda tanpa dia kenali itu menyentuh puncak kepalanya.
"Dimana matamu?! Apakah kau bisa melihat dengan jelas, kau buta ya!" marahnya orang itu membuat Yoongi sadar kalau dia yang salah. Tapi separuh juga dia tidak mengakui kesalahannya karena setiap orang juga punya masalah. "Aku tidak buta dan maafkan aku karena tidak sengaja." Yoongi mencoba membantu berhubung dia sudah berdiri lebih dulu. Meski dia tidak suka dengan sikap kasar seseorang dalam menanggapi masalah dia menyadari bahwa dunia ini tidak akan mengasyikan kalau tidak ada orang seperti macam dia.
Bukannya menerima sebuah kebaikan justru pria itu malah menampik tangan Yoongi begitu keras karena enggan. "Mana mungkin aku menerima bantuan dari orang sepertimu." Matanya memicing tak suka dengan deru nafas tak terima dengan semua ini. Ada kalanya Yoongi harus bersikap apatis kalau mendapatkan orang semacam dia. Biasanya manusiawi di dalam orang seperti ini sudah mati dan bosan dengan gaya hidup sosial.
"Begitu ya. Aku juga tidak suka menolong orang seperti mu. Lagi pula sepenuhnya bukan salahku dan maafkan aku kalau ini fakta."
Jengkel!
Hanya itu yang bisa dikatakan keduanya dalam hati. Tak ingin membuat masalah begitu panjang dengan adanya pertarungan diantara keduanya.
Yoongi ditinggalkan begitu saja dengan bahu di tubruk secara sengaja. Keduanya sempat beradu tatap elang tapi bagi Yoongi hal itu hanya biasa dalam kemarahan seorang pria.
"Yang benar saja sifatnya seperti anak-anak tapi kelihatan usianya lebih tua dari aku. Dasar sialan!"
Yoongi menebak kalau manusia itu telah menyindir dirinya. Sebagai manusia biasa dia juga wajib melakukan hal sama agar puas.
Berjalan melewati lorong sampai tidak sengaja dia merasa tubuhnya menjadi dingin dan menggigil tanpa dia menghindari diantara ketidaktahuannya. Yoongi melewati beberapa makhluk penunggu rumah sakit dengan tubuh sedingin es karena balas dendam yang kejam. Dadanya menjadi sakit dan nyeri, hal itu membuat pemuda bermata sipit itu terbatuk dengan tubuh jatuh ke depan dengan kedua tangan menyangga.
Ini aneh...
Tak biasanya dia begini selama dia menjadi normal. Apakah ada makhluk yang sengaja mengganggunya atau memang ini ada kaitan lain dengan takdir mata batinnya? Mata kanan Yoongi terasa sangat sakit saat dia melihat ke depan, biasnya cahaya matahari dari kaca tidak akan mungkin membuat dia merasa kacau begini saat melihat sekitar. "Kepalaku sakit AAAARRRGGHHH!" dijambaknya rambut miliknya dengan kuat.
Ini bukan sakit biasa karena kenyataannya dia bisa segila ini dalam reaksi tubuhnya. Jatuh terjungkal ke samping dengan posisi kedua lutut kakinya sempat menyentuh lantai. Seorang suster mendekati dirinya yang meraung kesakitan, kedua mata itu seolah melihat bayangan hitam terbang di atas kepalanya.
"Apa yang terjadi, tolong tenang anda akan mendapatkan bantuan. Mana yang sakit, saya akan menolong anda." Suster itu tak mengabaikan tugasnya dia juga berusaha untuk meredakan sakit itu dengan cara menahan agar kedua tangan Yoongi tidak melakukan gerakan menarik rambut sampai akarnya.
Selain berbahaya hal itu juga akan membuat dampak fatal bagi kesehatan kepala.
"Kepalaku sakit... SAKIT ARGHHH!"
Ini pertama kalinya dia seperti ini. Entah apa salahnya sampai Tuhan membuat dia merasakan hal seperti ini. Yoongi bergerak tak karuan dengan tubuh sangat lemas, suster tersebut lantas menelfon teman kerjanya yang lain untuk menolong. Sembari tangannya berusaha untuk memberikan pertolongan pertama pada Yoongi tentunya.
"Tolong rasanya sakit! Tolong aku siapapun, hilangkan rasa sakit ini!" Suaranya serak dan terus meracau melepaskan rasa sakitnya. Kedua kakinya bergerak gelisah dengan keadaan tubuh bak lepas dari tubuhnya. Dari kejauhan saja seorang pria melihat putranya demikian langsung lari mendekat. Dia berusaha mencari Yoongi dan ternyata menemukan anaknya di sini dalam keadaan tidak baik.
"Yoongi kau kenapa? Nak apa yang terjadi padamu. Suster, apa yang terjadi dengan anak saya. Kenapa bisa begini!" kepala sang putra di angkat di bawa dalam pangkuan dengan paha sebagai bantalannya. Suster itu masih berusaha menolong dan menjelaskan situasi dia lihat tadi. "Saya menemukan putra anda seperti ini tiba-tiba. Saya pikir dia jatuh. Namun, ketika saya dekati dia langsung mengeluh kepalanya sakit dan berusaha untuk mencabut rambutnya sendiri." Penjelasan itu sudah membuat semua terbuka.
"Anda tenang saja. Dokter akan segera datang. Saya sudah menghubungi bantuan." Suster itu juga sudah melakukan tugasnya dengan baik. Walau ayahnya masih sedikit lega, tetap saja dia tidak bisa melihat anaknya dalam keadaan begini di waktu yang lama.
"Appa, kepalaku sakit appa. Rasanya seperti ditusuk ratusan duri. Appa, tolong aku kepalaku sangat sakit. Aku melihat ada banyak bayangan terbang ke atas kepalaku." Tanpa disadari oleh Yoongi sendiri kalau dia langsung mengeluh rasa sakit dan keadaannya pada sang ayahnya. Bukan hanya itu saja, tangan kananya bergerak mengangkat jemari sembari menunjuk ke atas. "Banyak sekali yang terbang di kepalaku appa. Kepalaku sangat sakit..... To-tolong aku," pintanya minta tolong.
Daeng Hwa mencoba menenangkan dirinya sendiri. Kalau dia panik maka semua akan semakin buruk, dia masih menerka dengan kejadian sekarang. Dia juga menyentuh kepala sang anak dan mengusap nya pelan. Dia menatap ke sekitar dan melihat bagaimana banyaknya makhluk di dalam lorong ini memperhatikan dirinya juga dua lainnya.
Pantas saja di dalam hatinya dia langsung berkata kasar. Semua ini diperkirakan perbuatan iblis yang mencoba mengganggu anaknya.
Suster itu masih mengusap bagian tangan dan menggosoknya. Cara dia pelajari sebagai tindakan agar pasien tidak pingsan dan akan membuat dokter kewalahan. Sakitnya sang pasien akan menjadi salah satu penangangan yang tepat bagi mereka.
"Anda akan baik saja, saya akan- KYAAAAAAAAA!" teriakan datang ketika suster itu sempat mengulas senyum ke arah Yoongi yang menjadi tanggung jawab dalam penanganannya. Gadis itu mundur dengan pantat menyentuh lantai dan kaki menggesek bagian lantai. Dia tidak bisa berdiri karena terlanjur lemas.
Daeng Hwa yang bingung menatap suster itu dengan sebelah alis terangkat. Dia melihat begitu besar ketakutan gadis kesehatan itu dengan tangan gemetar menunjuk ke arah Yoongi.
"Ada apa, kenapa kau melihat anakku seperti itu..." langsung terdiam di tempat dengan kedua mulut bungkam tanpa suara. Duduknya membeku dengan pikiran semakin kalut sekarang. Yoongi bangkit dalam keadaan duduk dan kepalanya tidak merasa sakit lagi walau dia sudah bangun dan terduduk di depannya.
"Yoongi kau..." Ayahnya berkata lirih. Kedua matanya tak takut tapi terkejut dengan kejadian di depan matanya. Seorang anak manusia dari darah dagingnya sendiri kini menatap dirinya dengan senyuman mengerikan. Lebih tepatnya senyum evil, menampilkan giginya seakan menunjukkan inilah gigiku yang cantik juga bersih.
Seorang suster sulit rasanya untuk bergerak, dia memilih untuk berjalan dengan merangkak untuk turun dari tangga. Tak peduli lagi dengan teman-temannya yang datang. Seharusnya dia biasa melihat seperti ini tapi rupanya aura takut sudah mendominasi dirinya.
Ini memang berbeda dan Daeng Hwa membenarkannya juga.
"KYAAAAAAA! di-dia ber-ber-berdarah. Matanya berdarah, ja-jangan dekat aku! TIDAAAAKKK!" dirasa tubuhnya mampu bangkit dan berdiri. Akhirnya dia bangun dan mencoba untuk melangkah lari, kakinya melangkah lebar dengan kedua tangan terangkat ke udara. Melepaskan rasa emosional dan tidak percaya pada dunia mistis dalam pengalaman hidupnya.
Daeng Hwa masih disana menatap wajah sang anak yang bisa menggerakkan lehernya bagaikan kepala buruk hantu seratus delapan puluh derajat. Ini bukan Yoongi anaknya dan tangannya sudah ingin menghajar ruh di dalam itu begitu kuat.
Sangat ingin!
"Kau siapa? Tidak mungkin kalau kau anakku, Yoongi." Sangat cepat ketika mencekal lengan kanan putranya, hal itu membuat kedua mata saling bertatapan setelah dia melihat sendiri bagaimana lehernya bisa bergerak di hadapannya seperti burung hantu. Yoongi masih tersenyum menyeramkan dengan dua garis pipi yang terbentuk akibat darah keluar dari pelupuk matanya.
Sosok lain itu tak ingin cepat pergi serta sedikit nyaman dengan raga yang akan menjadi koleksi kerasukan barunya.
Daeng Hwa memegang kedua pundak anaknya dan melihat kedua mata itu terlalu santai. "Kau bukan anakku Yoongi. Katakan siapa dirimu! Iblis kejam katakan kau siapa!" Daeng Hwa mengguncang tubuh itu agar anaknya bisa bangun dan sadar. Wajah ayahnya sangat kesal dan tidak sama sekali ada penyesalan dari wajah Yoongi.
Dalam keadaan seperti ini dia membuang kedua tangan pria di depannya dengan sangat mudah. "Jangan sentuh aku manusia. Aku tidak butuh tingkah khawatir mu." Sosok di tubuh itu sangat manis dalam tersenyum, itu karena senyuman itu milik raga seseorang yang asli. Daeng Hwa masih diam dan matanya memperhatikan dengan dalam. Jika dia memaksa agar ruh itu keluar dari tubuh anaknya, maka sesuatu tidak diinginkan akan terjadi.
"Kau tidak memaksaku benar bukan?" Menggigit bibir bawahnya dengan tampan. Wajahnya terasa kontras dengan darah diantara dua pipi yang melintas bergaris di bawah kelopak matanya. Bahkan dengan mudahnya dia memutar tubuhnya dengan senyuman yang terlalu puas.
"Aku bisa saja membunuhmu. Tapi kau gunakan tubuh anakku, makanya aku menahan diri. Keluarlah sebelum kau menyesal atas semua ini."
Daeng Hwa bersumpah akan membunuh iblis pe-rasuk itu. Yoongi bersenandung dengan senang, kedua tangan membentang luas hendak memisah cakrawala. Begitu Lamat Daeng Hwa perhatikan di segala tingkah polah terhadap tubuh anaknya.
"Kau sosok wanita. Untuk apa masuk ke dalam tubuh pemuda yang nyatanya tidak akan bisa sah kau gunakan sebagai manusia biasa." Separuh menyindir dan separuh lagi berdoa agar setan itu segera pergi.
"Kau tahu. Aku sangat ingin menari. Aku memang wanita tapi dalam hal kematian gender tidak ada gunanya. Boleh ku katakan, aku sangat suka tubuh ini." Dia bersandar pada dinding. Sekali lagi memberikan kesaksiannya bahwa dia suka dengan sosok manusia bernama Min Yoongi ini.
"Keparat! Aku tidak akan membiarkan kau menggunakan tubuh anakku. Keluar kau setan!"
Seorang ayah akan selalu marah kalau saja anaknya dilakukan hal seperti ini. Baru empat lagi kakinya berjalan mendekat ke sana, suara dari arah selatan berbunyi dan beberapa orang saling berbincang gelisah.
"Cepat kita harus menolongnya atau dia akan semakin parah!"
Dokter muda tampak dengan jas putihnya, Daeng Hwa sedikit bingung dan sulit akan mengatakan apa pada pihak rumah sakit. Kemustahilan ini akan membuat semua orang tidak percaya, apalagi setan bisa bertingkah semaunya.
Daeng Hwa mengepalkan tangannya. Suka tidak suka dia akan memaksa setan itu keluar, walau menggunakan kekerasan. Baru saja dia menarik lengan bajunya dengan cepat, mata Yoongi menatap seorang dokter yang mencoba mendekati dirinya. Secara mendadak tubuhnya kaku sebentar dengan kepala mendongak dan mulut terbuka. Secara langsung tubuh itu jatuh lemas ke samping dan ayahnya menjadi penyelamat tubuh itu agar tidak terluka.
"Yoongi! Kau tak apa, Yoongi!" Tubuhnya saja terasa sangat dingin. Efek dari tubuh kerasukan memang tidak menyenangkan. Dia bisa menepuk pipi itu dan segera membersihkan sisa noda darah yang menempel agar beberapa tenaga medis yang datang tidak curiga. Ini bukan hal yang bisa dijelaskan dengan logika kesehatan semata. "Semoga saja tidak ada yang menyadari kejanggalan ini." Kasihan dengan anaknya dan dia membiarkan seorang dokter memeriksa denyut nadi putranya.
"Cepat bawa dia keruang perawatan. Pasien ini denyutnya lemah." Beberapa perawat laki-laki langsung membantu dokter itu. Kini sang ayah wajib mendoakan untuk putranya. Ini bukan gangguan biasa yang selalu di hadapi Yoongi.
Secara tidak sengaja seseorang telah mengirim karma buruk pada anaknya. Daeng Hwa biarkan saja kalau anaknya di depan sana demi mendapatkan pertolongan. Jauh di belakang ini tepatnya, dia mengawasi setiap makhluk yang sekarang mengawasi dirinya juga.
Bukan mereka.
Ataupun beberapa makhluk yang mencoba meminta bantuan padanya. Aura beda karena dia merasa ada aura putih kelam meminta dengan paksaan. Tubuh lemah Yoongi kini di seret dengan ranjang rumah sakit. Terlalu panik juga sangat buruk hingga akhirnya pria itu berusaha tenang seperti biasa.
Ketika dia berhenti angin berhembus seolah memberi kabar bagi dirinya untuk diam sejenak. Memperhatikan di sekitar dengan kemampuan yang makin lama pudar dimakan usia badan.
"Jadi itu kau." Gumam Daeng Hwa dengan kedua mata penuh api amarah seorang ayah tak terima. Dia bisa mendengar, melihat dan merasakan bagaimana cekikikan senang makhluk itu atas semua dia lakukan pada putranya.
"Lihat saja, aku pasti akan mengulangi perbuatanku lagi." Suaranya di buat manis dengan dia tersenyum sombong. Mulut itu bahkan rusak pada bibirnya layaknya kulit bagian luar terkena air panas. Seorang gadis muda yang bekerja sebagai perawat di rumah sakit jiwa. Siapa tak kenal tempat ini? Dulunya sebagai tempat orang sakit gila dan para dokter selalu bekerja full disini. Tempat para ODGC bernaung dan menghabiskan sisa usia mereka disini. Pihak keluarga yang meninggalkan mereka ataupun mereka pergi dari rumah dan menganggu ketertiban umum.
Sosok gila yang pernah hidup kini menjadi arwah dengan penampilan menyeramkan dirinya. Daeng Hwa juga melihat ada luka di bagian perutnya seperti tikaman, juga beberapa bekas lecet di tangan yang sangat pucat.
"Kau korban. Jangan lakukan hal sama seperti anakku pada manusia lainnya."
Saat mendengar ucapannya. Dia tidak lagi tersenyum lagi. Justru wajah datar dengan tatapan tidak suka. Manusia terlalu ikut campur menurutnya dan dia tidak akan mau. Bisa jadi ini akan menjadi urusan yang panjang. Berhubung tempat ini sepi, dia sama sekali tidak akan membuang kesempatan. Waktu adalah uang dan uang adalah sumber kehidupan baginya. Dia melakukan perbuatan ini demi membalaskan tindakan tidak baiknya pada Yoongi.
"Dengan nama Tuhan, aku akan menyingkirkan dirimu iblis."
Siapa bertarung walau titik darah penghabisan. Di sini Daeng Hwa bertekad untuk tidak kalah dengan makhluk yang di hukum oleh Tuhan karena menghina Adam. Manusia pertama di bumi dan bapak dari segala manusia di dunia.
Semua berlangsung dengan cepat, saat iblis itu melesat dengan manusia yang berlari dengan tangan memegang tasbih doa.
Disini tidak ada saksi atau manusia yang melihat kejanggalan apa saja dalam rumah sakit ini. Disini juga Tuhan akan menunjukkan dimana letak kemenangan manusia, siapa yang kalah dan siapa yang menang.
,
Garis takdir tidak akan berubah sama halnya dengan apa yang terjadi sekarang. Seokjin datang ke pemakaman seseorang dengan bunga dan juga satu botol air. Berharap kalau tubuh jenazah keluarganya yang kering di dalam tanah bisa menjadi segar walau tak seberapa.
"Taehyung, maaf aku datang sekarang. Terlalu banyak rumput yang membuatmu kotor dan aku akan meminta pengurus membersihkannya." Pada akhirnya di tersenyum dengan tenang. Hatinya gusar, tak tahu harus bicara pada siapa. Inginnya bicara pada sang paman yang sudah dia anggap seperti ayahnya sendiri. Hatinya tidak mampu karena Seokjin sadar kalau dirinya bukan anak kecil lagi.
"Bunga ini sangat cantik untuk menghiasi rumah ini. Apakah kau tidak keberatan kalau aku ingin mengatakan banyak hal padamu, terutama aku sangat merindukan dirimu Taehyung. Kau adalah adik sepupu yang keras kepala dan aku menyayangimu."
Jika Jungkook ada disini menemaninya untuk berziarah di makam saudara. Pastinya akan lebih baik lagi. "Jungkook adik kita terlalu sibuk sampai aku kehabisan cara untuk membujuknya agar datang menemui mu. Aku tahu kau ini sangat keras kepala dan tidak pernah dekat dengan kita, tapi kau selalu mencari kesempatan untuk bisa berbincang dengan keluarga. Jujur aku sangat rindu dengan dirimu yang seperti itu." Rasa bersalah muncul ke permukaan ingatannya saat dia tersenyum dan melihat kebenaran dari masa lalu orang tuanya.
"Maafkan ayah dan ibuku. Mereka melakukan hal kejam padamu, menghilangkan hak bahagia dan semuanya. Bahkan aku tidak pernah bisa melupakan perbuatan jahat mereka, kini aku simpan benda kenangan milikmu di rumahku. Jika suatu hari nanti benda itu akan berguna maka benda itu akan membawa manfaat bagi pemegangnya." Seokjin tidak mau membuat Taehyung kecewa di sana. Setidaknya usaha untuk mengembalikan semua tengah dia jalankan. Bahkan Seokjin sendiri sudah mengatakan kebenaran kematian Taehyung pada seorang gadis yang sudah menikah.
Gadis yang dulunya adalah kekasih Taehyung dan sudah mengira bahwa Taehyung meninggalkannya karena gadis lain. Walau sempat syok dengan kebenaran berita soal kematian Taehyung, saat Seokjin mendengar sendiri kalau si wanita menyesal telah membuat rumor buruk soal adiknya. Maka semua menjadi jelas dan sama sekali tidak akan menduga bahwa kematian seseorang bisa membuat kesalahpahaman tak berujung.
Disini sang kakak mengepalkan kedua tangan. Menunduk kepala dan berdoa penuh khidmat. Demi kebaikan sang adik dan demi keselamatannya disana. Angin berhembus menerpa dirinya dan wajahnya. Dia masih khusyuk dan tak peduli kalau awan mendung sudah menutupi seluruh langit.
"Aku harap, adik kita Jungkook dalam keadaan baik. Taehyung bisakah kau minta pada Tuhan disana, pinta padanya agar semua baik saja. Biarkan Jungkook menyadari apa kesalahannya dan bisa mengubah pola pikirnya seperti dulu. Saat ini dia butuh bantuan kakak, dia butuh bantuan keluarga. Aku tahu aku putus asa, aku masih berharap jika saja kau mendengar. Tolong bantu adikmu lewat mimpi, katakan padanya kalau kami sangat menyayanginya dan bukan membencinya."
Karena kasus tabrak lari seperti ini sudah menjalar menjadi kasus besar. Bisa saja pihak polisi datang dan memberikan surat penangkapan, hal yang paling di takuti oleh Seokjin saat adiknya tak bisa berada dalam zona stabil.
Jauh di belakang sana, lebih tepatnya dekat dengan pohon palm yang sudah mati. Satu sosok besar datang mengintip dengan matanya. Tangannya sudah siap dengan gerakan jari akan menerkam dan menusuk tubuh berdaging dalam koyakan kuat. Tugasnya menghancurkan target dalam aksi membunuhnya. Salah satu kelebihan diberi ilmu hitam dalam dunia sihir.
Gerakan cepat dan siap untuk menusuk pemuda yang tengah berdiri dalam balutan doa panjang. Angin berhembus makin kencang dari arah samping dan membuat poninya bergerak, sedikit lagi iblis itu akan mencapai punggung seseorang dan...
Melampaui nya.
DRUAAGGHH!
Sakit bernanah, keluar dari tubuhnya.
Ujung tombak telah menyakitinya, tak ada ampun apalagi sesal setelah dia mencoba memberikan penghabisan pada satu makhluk pengganggu.
"Aku tidak terlambat. Kau datang membawa petaka, dasar santet." Namjoon salah satu penjaga di makam temannya. Ya, setelah mendapatkan tugas khusus dan Taehyung berhasil mengatasi semua dosanya dengan penebusan yang besar kini dia mendapatkan hadiah dari Tuhan dengan tak terkira.
Siapapun yang berusaha menyakiti keluarga Taehyung. Mereka yang membenci dengan menggunakan ilmu sihir, iblis dan juga berbau dukun lainnya. Secara khusus Namjoon akan bertanggung jawab selama lima tahun untuk melindungi mereka. Itu adalah hadiah dan tentu saja, utusan Tuhan yang beruntung dan senasib dengan Taehyung juga pasti menginginkan hal itu juga.
Iblis malang itu tidak tahu saja. Berurusan dengan Namjoon sama saja akan mempercepat kematiannya.
Gerakan tangan malaikat itu berusaha menepis aura buruk. Manusia tidak akan mendapatkan ikatan dari karma yang tak seharusnya dia dapatkan.
"Kau salah telah mengganggu manusia ini. Sebagai hadiah, aku akan ucapkan selamat datang yang menyakitkan." Namjoon membanting ujung tombaknya ke tanah dengan kuat. Mampu dirasakan oleh makhluk kejam itu sebagai sebuah gertakan. Siapa yang akan sanggup melawan utusan Tuhan?
"Pergi atau aku lempar tombak ini di tubuhmu."
Bergidik ngeri ketika iblis itu melihat mata Namjoon yang berwarna biru satir. Ini bukan kemampuan biasa, dia biasa menggunakan api dan juga udara. Kali ini makhluk itu menyerah dan memutuskan untuk mundur. Dia masih ingin hidup di dunia sampai dunia kiamat. Namjoon tidak akan mau mengejarnya selama makhluk laknat seperti itu pergi dengan sendirinya.
"Taehyung, kau sudah membuat keputusan baik dengan meminta pada Tuhan soal ini." Dia tatap langit dan tersenyum. Ini permintaan yang langka dan tidak akan ada seorang pun memikirkan hal itu. Dia lihat di makam sana, manusia dengan nama Kim Seokjin itu sudah tak berada di tempat. Menghilang dengan hati puas setelah melepas rindu dengan berdoa dan bercerita.
Namjoon melirik dalam keadaan diam, dia juga merasakan apa yang dirasakan oleh Seokjin. Dirinya bukan manusia tapi ini aneh. Apakah Tuhan memberikan dia sebuah rasa agar bisa memahami setiap ciptaan di dunia? Sudah sangat lama dia tinggal disini dengan beberapa pengalaman dan argumen hidup. Jarang terbang memakai sayap dan melangkah berjalan untuk mengambil setiap pelajaran yang jatuh.
"Kim Taehyung, semoga kau mendapatkan bahagia di sisi Tuhan." Kini Namjoon berdoa, padahal dia malaikat pencabut nyawa. Ditakuti oleh manusia dan makhluk lainnya, siapa yang tak takut mati?
Semua takut akan hal itu.
Mati.
.
Kedua mata itu terbuka seiring waktu dan nafas yang masih kembang kempis di hidungnya. Suara sang ayah yang memanggil namanya menjadi alasan bagi dirinya bangun dan menerka.
'Apa yang terjadi?'
Dia bangun di dalam kamar di rumah ayahnya. Kamar dengan dinding kayu berbau jati dan cat masih baru. Kali ini bukan alasan dia datang kesini sendiri. Dia dihantar oleh keluarga yang menyayangi mereka. Yoongi kaget saat sang ibu di sampingnya dengan wajah pucat terlalu banyak memikirkan dirinya.
"Syukurlah kau sudah bangun. Ibu selalu berharap kau baik saja," dia membantu agar Taehyung bangun. Memaksa agar pemuda itu tidak merasa sakit karena banyak tidur, bagaimana tidak? Satu Minggu dia tidak sadarkan diri dan membuat dirinya terkejut. Dang Wook mengatakan itu semua dengan dia meletakkan nampan makanan untuk ibunya.
Dia merasa biasa saja, hubungan keduanya juga tidak dekat. Yoongi tidak akan meminta makan secara langsung dengannya, kala kedua matanya melihat lirikan tajam kakak tirinya itu.
"Kau baru bangun ya. Kenapa kau bisa kerasukan begitu? Kau tahu ayah sampai menangis satu malam saat pertama kali melihat keadaanmu bodoh!" Dang Wook menjitak adiknya seakan dia punya dendam untuk melakukannya.
Ibunya langsung memberikan tatapan marahnya. "Tidak baik saat ini untuk mengganggu adikmu. Dang Wook, siapkan makanan untuk adikmu." Ibunya kini mulai bangun, dia ingin mengatakan kabar baik ini untuk sang ayah. Dalam hal ini kakak tirinya lah tidak suka semuanya. Dia menjadi babu saat Yoongi sedang sakit, wajar kalau tak terima karena mereka bukan satu kandungan yang sama.
Yoongi ditinggal sendiri dan ini membuat dia terdiam berfikir atas semua yang terjadi.
"Kepalaku sakit dan aku pingsan. Apa yang terjadi? Padahal semua baik saja sampai..."
Kedua mata Taehyung memicing dengan mata sipitnya. Realita dan ekspetasinya sekarang menunjukkan bahwa dia sangat lupa dengan semua terjadi. Terakhir dia bermasalah dengan pria sombong, lalu sakit seperti puluhan jarum menyerangnya.
Tubuhnya jatuh ambruk ke depan dengan teriakan dirinya menahan sakit. Saat dia sadar kalau sebenarnya dia berada di dunia aneh dan gelap. Begitu banyak makhluk astral terjebak di dalam sana. Ini seperti sebuah mimpi yang tak di duga.
"Apakah benar aku kerasukan? Kenapa Dang Wook mengatakan hal itu? Tak mungkin kalau dia berbohong." Pandangannya menjadi kosong dengan menatap garis tangan di telapak depannya. Yoongi meringis ketika kepalanya masih sakit sebelah, dia ingin mencari tahu sendiri kalau dia pasti baik-baik saja. Tidak pernah sekalipun hal ini terjadi padanya.
Itulah kenapa dia menolak hal berbau mistis sekarang. Sebenarnya dia tidak suka tubuhnya di pakai ruh lain yang suka mengganggu. Dia pukul pelan kepalanya, menolak semua rasa sakit itu.
"Yoongi kenapa kau tidak ingat semua? Apa yang terjadi padamu, dasar bodoh!" Sentak nya pada diri sendiri. Dia tidak mau kalau akhirnya dia kehilangan hal penting yang membuat dia rugi pada kemudian.
Saat ini tubuhnya masih sedikit kuat untuk mencoba bangun. "Aku harus keluar dan bertanya dengan appa." Mendikte dengan sangat sampai dia mencubit pahanya secara sengaja agar kakinya tidak malas. Kalau dia malas bergerak maka keberhasilan dia dapat sangatlah kecil. Itulah kenapa dia membiarkan giginya menggigit bibir bawahnya dengan keras.
Tak peduli kalau pada akhirnya dia merasa ini sangat menyakitkan.
Seorang diri masih berusaha untuk bangun dengan tertatih dan di luar sana kedua orang tua yang tengah mendengarkan hal penting dari seseorang. Madam Shu yang datang berdasarkan permintaan besar dari seorang ayah. Walau dia tidak mau dan beberapa kali menolak, pada akhirnya dia mengalah dan memberi kesempatan padanya.
Selama ini wanita itu begitu angkuh dan keras kepala. Tidak mau dengan mudah menuruti keinginan orang lain dan menjadi tamu.
"Kau memintaku datang dan aku sudah menurutinya. Mendengar ceritamu tempo lalu kau sudah berfikir dampak buruk pada anakmu. Kau sudah ku peringatkan bukan? Kalau kau tidak boleh menghilangkan kelebihan dirinya. Sejak bayi tulang rusuk Yoongi bengkok dan dia harus menerima nya. Karma melihat makhluk lebih besar dari bencana yang dia terima saat ini."
Kesalahan dirinya karena membuat situasi sang anak menjadi rumit. Daeng Hwa tahu peraturan, demi rasa sayang pada anaknya dia melanggar hal itu.
Tidak ada yang tahu kalau Yoongi disana. Diam dengan mendengarkan obrolan para manusia dewasa yang akan dimulai.
Dang Wook datang dengan nampan dan melihat punggung Yoongi berada di depan pintu masuk ruang tamu.
"Yoongi, kau menguping ya."
Semua orang tentu saja terkejut. Apalagi ayahnya bertatap langsung dengan putranya yang baru saja bangun tidur siang.
.......
TBC...
Semoga suka dengan tulisan yang aku buat ❤️
Gomawo and saranghae 💜
#ell
05/06/2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro