Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

(17) 그들은 증오로 가득 차있다

"Semua dimulai dari sebuah masa lalu...."

.

(Flashback *** on)

"Selamat pagi anak-anak, kita akan mulai belajar dan berdiri semua!"

Seorang wanita datang memakai bajunya, cantik dengan penampilan rambut panjang diikat rapi. Tersenyum manis pada semua anak-anak yang sibuk dengan dunia mereka. Kecuali, Yoongi ( 9 tahun ) berdiri saat dia mendengar guru di depannya meminta anak didiknya berdiri.

Yoongi langsung menjadi pusat perhatian anak-anak sebayanya tengah memperhatikannya.

"Yoon, apa yang kau lakukan?"

"Dia aneh sekali, selalu saja bertingkah tak masuk akal."

Semua mempertanyakan sikapnya, mengatakan hal yang mereka anggap aneh. Yoongi juga tidak tahu apakah dia sudah benar melakukan ini? Dirinya memperhatikan anak-anak sekitar yang tak menggubris ucapan guru di depan mereka tadi, padahal seluruh kelas bisa mendengarnya karena guru itu berbicara dengan suara keras tadi.

"Apa kalian tidak menuruti ucapan ibu guru, dia kan meminta kita berdiri," kata Yoongi dengan pandangan ke depan.

"Kau gila, tidak ada guru yang masuk kesini bodoh!"

Yoongi tidak mengerti, dia justru sangat jelas melihat dan mendengar bagaimana guru itu masuk sembari meminta para murid segera memberi hormat padanya tadi. Hembusan nafas resah dan wajah bingung miliknya, membuat Yoongi langsung menatap ke depan dan melihat guru cantik itu mengulas senyum ke arahnya. "Tapi aku-" sedetik kemudian dia tidak bisa bicara saat melihat guru itu mengulas senyum yang semakin aneh. Desiran darah di tubuh Yoongi kecil seolah melaju cepat dengan wajah tegang luar biasa. Dia tidak mengira kalau ada permainan cukup besar menimpa dirinya saat ini.

"Jadi kau yang bisa melihatku ya, bagus sekali. Aku akan memberikan hadiah kecil padamu, atas sikap sopan mu itu anak manis."

Yoongi tak sempat mengira kalau ini semua permainan yang dibuat oleh sosok di depannya. Dari wanita cantik menjadi hantu tanpa mata yang mengerikan, dimana beberapa belatung juga amis darah menetes sampai mengenai meja guru di depan sana. Panggung sandiwara yang dibuat oleh sosok itu hanya bisa dia lihat seorang diri, tanpa tahu bagaimana agar dirinya sendiri bisa mengatasi rasa takutnya.

Tidakkah Yoongi berteriak?

Tentu, dia ingin. Tapi dia tidak bisa karena lidah di dalam mulutnya terasa pahit juga kelu, matanya menatap sosok di depannya penuh ketakutan. Hingga sedikit dia mundur dalam nafas tersengal tak terarah.

Betapa bahagianya hantu wanita itu sampai membuat seorang anak hampir ketakutan diantara teman sebayanya yang sedang bahagia menunggu pelajaran dimulai beberapa saat lagi.

"Indigo..." Bisik sosok itu mendekati Yoongi dengan melayang. Belatung itu ikut di atas kepalanya juga jatuh dengan santainya di dekat tangan Yoongi yang berada di atas meja dalam keadaan super gugup.

Makin lama Yoongi mencoba untuk menghindari tatapan makhluk halus di depan matanya, makin kuat juga makhluk itu memaksa dia untuk terus melihatnya. Gangguan besar ini membuat Yoongi sesak nafas, dia menangis di tempat dalam bibir memanggil kakeknya lirih.

Sia-sia, tidak ada bantuan datang seperti biasa. Yoongi inginkan pandangan matanya tak melihat penampakan lagi, beberapa belatung akan masuk ke dalam mulutnya kalau dia menangis semakin keras dengan mulut menganga. Bukan main ancaman sosok di depannya karena dia begitu senang ketika tahu ada manusia bisa melihatnya.

"Anak manis jangan menangis, sini lihat aku, aku begitu cantik dan kau tak perlu takut." Bujuk pelan dalam senyuman hantunya. Semakin bahagia sosok itu maka Yoongi semakin ketakutan.

Tidak ada pilihan lain selain Yoongi harus menuruti petuah orang tua.

'buka payung mu dan biarkan doa melindungimu.' tatkala nasihat kakek terdengar, bocah indigo itu langsung membukanya. Cahaya muncul di permukaan payung itu, sebuah tulisan doa dengan tinta merah bagai jimat. Cahaya itu membuat sosok yang hendak memanfaatkan keadaan itu langsung berteriak keras ketakutan, enggan mendekati tubuh Yoongi lebih dekat lagi.

Yoongi menangis terisak dan semua teman-teman di dekatnya berlari hendak keluar kelas jika saja seorang guru tidak masuk menahan banyaknya anak-anak yang merasa terkejut atas tindakan Yoongi yang sebenarnya berdiam diri sembari memegangi payungnya. Ini bukan salahnya, juga bukan aneh bagi mereka yang mungkin memahami perasaannya. Kebanyakan dari mereka anggap Yoongi kecil tak waras dengan membuka payung di dalam ruangan yang dikenal sebagian orang sebagai penghasil karma buruk.

"Min Yoongi, apa yang kau lakukan?!" Bentak sang guru, menarik bocah itu sampai menjatuhkan payung yang dipegangi oleh Yoongi.

Untungnya sosok yang menakutkan itu sudah pergi entah kemana. Tipikal keberuntungan yang diharapkan Yoongi agar datang, tapi... Sang guru malah menarik kedua bahunya sedikit keras dalam nada berkata marah.

"Kau lakukan apa?! Kenapa kau membuka payung di dalam kelas, kau membuat semua teman-temanmu ketakutan!" Bukannya merendahkan suaranya dia malah sedikit berteriak dan membuat Yoongi semakin terisak dalam tangisnya.

Yoongi yakin dan percaya kalau dia mengatakan apa dia lihat, tak akan ada yang mau mempercayai dirinya walau satu menit sekalipun. "Ibu juga hikkss... Tidak akan percaya dengan apa yang aku katakan, a-aku yakin ibu tidak akan hikssss... Percaya padaku!" Sentak Yoongi di akhir kalimatnya sambil mendorong tubuh sang guru hingga beberapa langkah lagi.

Lari dan lari, apa yang bisa dia lakukan selain ini? Mengusap air mata saat dia benar-benar tidak bisa mengontrol drama hidup miliknya yang menyedihkan.

(Flashback **** off)

,

"Yoongi, buka matamu, Yoongi! Yoongi, buka matamu, Yoongi!"

Terkejut dalam pekik sebuah mimpi, dimana masa kecil itu sangat menyedihkan bagi dirinya yang polos diantara anak seusianya tak tahu apa soal penampakan yang selalu mengganggu dirinya. Pipi merah bekas Yoongi menampar diri akibat tidak dapat mengontrol dirinya setelah melihat Jimin tak sadarkan diri di depan matanya.

"Ayah?"

"Kau tak apa? Syukurlah, ayah kira kau-"

"Dimana Jimin, ayah dimana dia!"

Yoongi belum sempat mendengarkan pertanyaan sang ayah dan dia justru menghujani pertanyaan keras untuk ayahnya. Jimin menjadi prioritas utama bagi dirinya sampai Yoongi merasa kalau dia, akan kehilangan sahabat baru datangnya untuk selamanya. Keadaan semakin membuat dia bingung saat dia memperhatikan sekitar, sebuah kamar tak asing.

"I- ini di kamar? Apakah aku disini? Ayah, katakan padaku... Dimana Jimin, tolong katakan padaku?!" Tak santai dan hatinya semakin resah. Kalang kabut sampai dia hendak bangun dan ditahan sang ayah, gelengan kecil dalam senyuman menenangkan Daeng Hwa meminta agar Yoongi tidak melakukan kesalahan lagi seperti sebelumnya. "Dengarkan ayah dan duduk dengan tenang, kau akan membuat semua runyam. Bukan seperti dirimu saja, Yoongi...." Ucap sang ayah yang sukses membuat anaknya terdiam beberapa saat dalam pikiran bingungnya.

Berkedip diantara dua mata sipitnya, benar. Ayahnya mengatakan sebuah kebenaran soal, perubahan mengenai dirinya. Semata-mata itu semua karena tuntutan Jungkook yang begitu keras untuk bisa mengubah ideologi bodoh dia kira. Yoongi sudah mengalami perubahan karena sayang pada orang lain, itu terdengar miris dalam telinga juga pendapat Daeng Hwa sebagai seorang ayah.

"Baik ayah, maafkan aku. Kupikir aku sudah berhasil menolong Jungkook, aku melihat Jimin dia..." Hembusan nafas ini sangat berat dan tak mudah baginya untuk mengatakan itu semua. Secara harfiah dia terlalu berlebihan dalam memperdulikan Jungkook, bagi dirinya ini standar dirinya untuk tetap peduli pada Jimin walau dia punya ide egois dalam benak hatinya. Permainan kata dalam otak, kedua jemari saling bertautan satu sama lain hendak menautkan kekacauan dalam hati.

Yoongi merasa lelah juga berat untuk bisa mendapatkan jawaban, dia hanya bisa menaruh dagunya serta berpikir keras demi mendapatkan semua jawaban yang dia butuhkan. Jungkook dimana sekarang lalu bagaimana dengan kabar juga keadaannya? Dia ingin menelepon tapi tangannya seolah tak bisa mengambil benda persegi teknologi itu sekarang. Daeng Hwa menyiapkan salah satu obat untuk anaknya, selama ini Yoongi masih ada beban yang tak bisa dilepas. Sebuah tanggung jawab yang sebenarnya juga bukan urusan anaknya. Dang Wook juga mengabari dirinya, agar Yoongi tidak terlalu dekat dengan Jungkook supaya saudara tirinya itu tidak gila.

Meski pendapat anak sambung itu dia setujui. Daeng Hwa merasa akan sangat egois kalau dia mendadak melarang apa yang Yoongi suka.

Dalam setiap langkah masuk ke dalam dapur, pria dengan marga Min di depannya itu terus mencari jawaban. Apa yang bisa dia katakan dan buat? Anaknya sudah tidak menjadi anaknya yang dulu. Pertama kenal dia merasa bangga akan kekuatan yang di miliki oleh putranya itu. Sekarang dia akui, jika Yoongi sedikit lemah.

"Paman, apakah semua baik saja?" Suara itu datang ketika Daeng Hwa menyiapkan teh hangat hijau untuk Yoongi, putranya. Jimin datang dari sisi tak terduga, tak membuat pria itu kaget juga karena dia mengenal apa yang dia tahu dan pahami.

"Jimin akhirnya kau membaik, Yoongi mencari mu. Temui dia atau dia akan berpikir kalau kau mati," ucapan itu sangat serius juga sedikit menakutkan kalau di dengar. Tentu itu menjadi salah satu hadiah mendasar bagi Jimin yang merupakan seorang tamu dalam rumah ini.

"Kau tak keberatan seperti sebelumnya? Jika aku menemui anakmu, bukankah kau akan-"

"Dia tidak tahu maka aku ijinkan dirimu. Kalau dia tahu, aku bisa minta kau segera enyah dan itu sangat mudah untuk aku lakukan..."

Baru saja seseorang ingin mengatakan apa dalam benaknya, seorang ayah memotong ucapan itu sama seperti dia memecah gula dalam teh menggunakan sendoknya. Bau harum teh hijau tercium sangat menyenangkan, tidak disangka Jimin akan suka baunya. Walau kenyataan yang pasti teh itu juga tidak akan dibuat untuknya. "Biarkan aku membawa teh itu untuk sahabatku..." Ungkapnya dalam raut berharap cemas. Jimin ingin menemui sahabat dengan hangat.

Yoongi khawatir padanya dan dia tahu, dia bisa mendengar suara gelisah Yoongi dari dalam kamar sebelahnya. Daeng Hwa menoleh ke belakang dan melihat Jimin mengulas senyum manisnya, kedua pipi gembul itu menunjukkan bagaimana Jimin terlalu banyak makan beberapa hari yang lalu. Dalam beberapa detik tangan itu seperti ragu untuk memberikan gelas cantik itu agar pindah tangan.

"Percaya saja, aku tidak menaruh racun atau penyakit dalam teh ini. Aku katakan padanya kalau ayahnya membuat ini penuh cinta."

Jimin berusaha meyakinkan pria di depannya. Seorang ayah akan masih dan terus khawatir soal anaknya. Jimin tak habis akal, dia justru mencuci tangannya menggunakan sabun agar semakin bersih. Walau kebenarannya dia bisa membuat ceroboh sendiri kalau tangannya sampai licin akibat sabun.

"Kalau aku jadi kau aku tidak akan membuat usaha lebih keras hanya untuk meyakinkan aku soal ini," yang dia maksud adalah Jimin akan sia-sia melakukannya. Pada akhirnya dia membawa sendiri teh kesukaan putranya itu. Menghancurkan hati seorang pemuda itu mudah, Jimin bisa mengulas senyum diantara wajah menusuknya. Perhatian juga hal apa yang Yoongi suka sepertinya akan sulit dia pelajari.

"Jika urusan mu sudah selesai kau bisa pulang, itu pun kalau kau punya rumah."

Agak sakit hati kalau mendengar nya. Ditinggalkan manusia begitu saja membuat Jimin kena mental, bahkan tangannya masih mengambang di udara dalam keadaan dia tidak bisa berkata apapun selain hatinya seperti di rajam benda begitu tajam.

Jimin langsung mengulas senyum saat dia sadar bahwa seseorang bersikap toxic kepada dirinya.

'apakah benar aku harus pulang? Secara tidak langsung, ayahnya Yoongi mengusirku secara halus.' ucapnya dalam gumaman. Tatapan mata teduh itu saja menjadi sendu seiring berjalan nya waktu. Tak ada yang menduga bahwa prioritas yang dia punya dianggap semu oleh salah satu pihak.

Pada akhirnya dia membuang nafas dan mencoba untuk menyimpulkan senyum bagi dirinya sendiri. Berharap kalau semua akan baik saja, saat Yoongi mengkhawatirkan dirinya. Benar-benar khawatir dalam hal tak pernah Yoongi ketahui.

,

Cuaca hari ini sangat dingin, tak cerah dan juga mendung yang sangat mengundang setiap orang di rumah menjadi malas juga. Kini dia duduk di satu tempat dimana dirinya bisa menikmati satu gelas kecil sebuah alkohol yang dia sembunyikan beberapa menit lalu. "Akan sangat menyenangkan kalau aku bisa menyesap sedikit demi sedikit rasanya, oh ya... Kini aku tidak takut kalau kau benar-benar keluar dari tempat laknat ini." Salah satu suara datang di telinga kanannya sengaja berbisik demi bisa bicara dengan wanita itu.

Jung Kyung tak harus menyebut namanya, dia malah menoleh ke sisi kanan tempat sosok pria berwajah pucat duduk.

Bau yang dia miliki bukan bau mayat melainkan melati. Tak satu pun manusia bisa lolos darinya, salah satu makhluk yang memiliki dendam sangat kuat dan sudah lama tinggal di sebuah gudang gereja bekas. Pria dengan pakaian kemeja kotor miliknya itu sudah lama hidup disana, bukan cuma duduk santai menyesap sisa minuman para manusia atau masyarakat yang lupa berdoa. Kadang kala dia juga suka mengganggu wanita hamil agar keguguran dan bisa mencicipi darahnya.

Itu hanya salah satu pekerjaan kecil yang dia lakukan demi mengisi kejahatan para iblis di dunia ghaib saja.

"Tidak, ini sangat mahal. Walau kau menjadi manusia kau tidak akan sanggup untuk membelinya."

Permainan pada permukaan gelas dalam genggaman tangannya, salah satu Santa Maria tengah memperhatikannya dirinya yang memang patung itu sudah membuat Jung Kyung merasa muak setiap waktu.

"Wajahnya sangat jelek, selain kekalahan apakah kau merasa muak saat patung di depanmu seolah membuat kau lemah?" Ini bukan pertanyaan biasa, jebakan dari sosok penampakan yang suka sekali membuat lelucon sampai darah mendidih di dalam tubuhnya.

Dia masih cantik dalam balutan pakaian hitam dan kerudung khas gereja itu. Bukan hanya sosok di sampingnya saja yang mati jika dia tidak termasuk kategori wanita sabar. Semua butuh proses, apalagi saat dia mendengar di salah satu mata-mata miliknya kalau Jungkook masuk ke dalam rumah sakit dimana sebagian kebutuhan normal sudah rusak. Ya, dia merencanakan semua untuk merusak salah satu putranya, berharap dirinya lega untuk membalas kedua anak yang durhaka itu.

"Kau sudah punya anak, kau masih cantik. Sayang aku sudah mati dan tak akan mungkin bisa menjadikan dirimu milikku," tiba-tiba saja penampakan itu mengatakan suatu hal yang sangat mustahil. Ingin rasanya dia membunuh sosok di sampingnya itu sekarang juga. Entah dia sendiri akui atau tidak, dia masih merindukan keberadaan suaminya saat dia masih bersamanya. Kalau saja Yoongi tidak membantu kedua putranya, maka segala impian juga harapan dia inginkan bisa tercapai juga. "Sembarangan! Kalau kau bicara seperti itu, aku akan membuat wajah pucatmu menjadi buruk rupa dengan air suci yang selalu aku bawa ini." Sedikit santai juga gelagat menantang yang cantik.

Terdengar lembut Jung Kyung tertawa saat sosok penampakan itu tak suka dengan ancaman membawa petaka. Air suci adalah musuh bagi para iblis juga setan, air suci malah menjadi teman para dukun juga cenayang yang suka mengusir kedatangan mereka. Tak ayal kalau Jung Kyung mulai menikmati ajaran dari salah satu sahabatnya yang kini tinggal tak jauh dari gereja tempat dia mengabaikan diri sebagai suatu pura-pura paling menjanjikan.

"Manusia seperti dirimu benar-benar sial!"

Apa peduli Jung Kyung? Dia lahir harus dalam keadaan serba berhasil walau gagal satu kali melawan Seokjin juga adiknya. Dia harus ucapkan terima kasih pada dukun muda, Yoongi kalau mereka berdua bertemu. Karena seorang pemuda sipit itu juga, dia bisa memiliki kemampuan yang tak akan bisa dia dapatkan. Dia mengakui bahwa melihat penampakan bukan suatu ketakutan besar atau tragedi. Melainkan kesempatan juga dia bisa memanfaatkan keadaan barunya ini.

"Pergilah sebelum aku benar-benar membuat kau tidak bisa percaya diri sebagai hantu lagi," kian lama keberadaan sosok itu di dekatnya membuat dia semakin tidak kuasa untuk sabar. Dia hanya mengulas senyum, cara bicaranya saja sudah berubah hingga sosok itu tak lagi ingin berbicara dengannya.

"Manusia sombong, aku tahu kalau kau sangat terpuruk dan merasa gagal sampai kau minum alkohol dari dalam gelas mu," ungkap dia dengan pelan.

Mata merah dia punya adalah salah satu khas hantu jahat yang ingin menghabisi siapa saja. Termasuk Jung Kyung, manusia yang sudah membuat dia merasa hina setelah menjadi hantu.

"Coba saja, kau tidak tahu lawan mu siapa. Kau merasa aku gagal, tidak ini masih awal. Aku sudah membuat diriku tetap dalam kemenangan, kau tidak tahu apapun. Jangan ikut campur, meski kau mengawasi ku dari jarak beberapa meter setiap hari."

Tidak disangka kalau wanita di depannya menyadari hal itu membuat dia ingin membuang hati nuraninya dan berpikir kalau memakan hati manusia akan menjadi sebuah hidangan paling menyenangkan dalam hidupnya yang begitu durjana. Andaikata dia bisa melahap manusia hidup maka dia akan lakukan pada saat itu juga.

Jung Kyung masih menikmati sisa teguk terakhir dari minumannya itu, kepalanya sudah pegal sampai dia gerakan ke kanan juga kiri demi mendapatkan kenyamanan di lehernya lagi.

Ada sumpah diucapkan oleh sosok itu diantara kedua mata penuh dendam juga emosi. "Aku akan pastikan kalau kau akan menjadi salah satu penghuni neraka bersama kami (iblis) kau juga tidak bisa memungkiri jika pada akhirnya kau akan mati membawa kemampuan mengerikan yang kau anggap hadiah dari surga itu." Disitulah dia berkata seolah akan terjadi ke depannya kemudian.

"Kau akan mati saat aku sudah keluar dari gereja ini, aku akan membuat dirimu masuk dalam daftar hitam ku," dia ancam sekali lagi makhluk yang sebenarnya tidak menunjukkan kalau dia akan membunuh manusia. Tapi, dia juga tidak mau kalah. Yoongi membuktikan kalau seorang manusia bisa mengalahkan setan kalau manusia itu punya kemampuan melihat mereka dan berbicara.

"Lihat saja, aku akan lihat sampai sejauh mana kau bisa membuat lingkaran setan terus berpihak padamu. Kau tidak tahu saja, kalau malaikat maut tidak akan diam saat daun berguguran menunjukkan namamu."

Dia dengar tapi tak bisa menjawab. Pendapat soal, bahwa dia akan mati suatu hari memang benar. Dia merasa heran kenapa matanya tidak bisa melihat malaikat kematian, tapi bisa melihat hantu yang notabene sama-sama ghaib.

Jung Kyung rasa hantu itu hanya membuat lelucon manis, agar dia takut. Sejak dia duduk di bangku sekolah dia tidak pernah percaya dengan malaikat. Hanya percaya jika manusia mati maka mereka akan lahir kembali.

Sesat memang!

Dia tidak menduga saja kalau sosok lain mendengarnya. Taehyung yang berada di atas atap gereja sana diam dengan penampilan barunya. Sangat dendam dan itu begitu kentara kala kebencian dia redam begitu lama mulai muncul ke permukaan. Masih menahan diri untuk tidak menyerang kala dia belum menemukan kelemahan wanita yang sudah membunuhnya itu.

"Seokjin Hyung, Jungkook.... Kalian sudah sangat menderita karena ibu kalian," ucap pelan dalam kepalan tangan. Tak jauh beda dengan kebencian juga dendam yang masih belum dia balas sampai akhirnya dia tidak bisa tenang di akhirat. Doggo mungkin akan semakin membencinya kalau dia pergi ke sisi neraka karena kenekatannya ini.

"Pergilah! Aku akan lihat kemenangan yang aku dapat, kau setan tidak berguna!" Kesombongan sudah merajalela hatinya.

Sosok itu tak ada suara dan diam, mata tajam juga nafas menderu sengit tidak terima. Dia akan membalas segala perbuatan wanita itu di depan Tuhan.

"Sombong...."

Suara yang dikatakan oleh sosok itu sampai akhirnya wujud astral tubuhnya hilang bagai debu diterbangkan oleh angin.

"Astaga, aku tidak tahu kalau bekerja keras itu sangat melelahkan. Aku ingin istirahatkan kakiku, jika saja di dalam gereja ini ada bak mandi juga pelayanan pijat. Rasanya.... Aku sudah tidak sabar menjadi seorang ratu lagi."

Jung Kyung mendongak penuh rasa bangga dalam senyuman khas cantik dia punya. Dia masih pandai menipu dan membuat permainan ini semakin seru.

Mimpi untuk membunuh atau menyingkirkan kedua anaknya semakin kuat, kiat-kiat dalam otak sudah dia susun. Tapi dia harus menunda semua itu saat pendeta memanggilnya, memanggil namanya untuk membuat salah satu jamuan makan di acara pembabtisan.

"Baiklah, aku akan siapkan semua..."

Semua dalam raut juga niat baik yang semestinya di lakukan dengan ikhlas, hanya palsu dan permainan semata saja. Wanita cantik yang pernah kaya itu bukan mencari amal, melainkan peluang waktu untuk bisa balas dendam.

Segalanya terbaca oleh Taehyung di atas sana, sungguh dia bisa membacanya dan membuat celah kebencian semakin lebar. Pisau di tangannya akan melesat, Taehyung ingin menghunuskan bulu tajam yang ada di belakang punggungnya. Hendak melepaskan benda tersebut ke arah leher itu malah hilang tanpa jejak. Taehyung merasa aneh, dia sudah membidik tepat sasaran dan kenapa bisa hilang begitu saja?

"Apa yang salah? Aku sudah melepaskan lemparan ku."

Wajah bingung hingga akhirnya dia mencoba lagi melempar bulu tajam miliknya. Begitu mengkilap dan sinar matahari membuat bulu tajam itu tampak sangat jelas. "Kenapa aku tidak bisa membunuhnya dengan bulu ini?" Tanya Taehyung pada dirinya sendiri.

Lagi-lagi dia gagal saat senjata kecil nan mematikan itu hilang lagi terbang tak mau menggapai daging manusia itu.

Taehyung hanya melakukan keinginannya untuk bisa menghabisi manusia selama dirinya menjadi iblis. Taehyung tidak mau kehilangan kesempatan itu sampai akhirnya dia melempar begitu banyak bulu tajam itu kembali, di harapan yang sama agar seorang wanita disana bisa mati di tempat penuh penyesalan.

Bulu kembali menghilang dan debu terbang kena hembusan angin. Taehyung masih terus bertanya pada dirinya sendiri, kenapa bisa wanita itu selamat dari serangannya. "Dia harus mati! Aku ingin dia mati!" Gertak keras menggunakan mata tajam miliknya. Hati Taehyung penuh rasa benci juga dendam kesumat sehingga dia lupa, kalau kedua sayap di punggungnya merupakan bagian asli dari ciptaan malaikat maut.

Tidak tahu kalau kedua sayap hitam itu suatu hal paling suci. Tuhan juga tidak merestui apa yang dilakukan oleh Taehyung selanjutnya.

"Taehyung cukup, kau tidak bisa melakukan hal ini juga. Sudah cukup, kau terlalu lancang karena hendak menggunakan kekuatan suci untuk membunuh!"

"Diam kau, kau bukan seniorku!"

Taehyung terlalu murka karena keadaan, dia gagal dan akhirnya melampiaskan segalanya dalam teriakan kuat dia punya. Tapi secara harfiah dia tidak sadar dengan siapa dia marah. Hingga akhirnya, Namjoon mengulas senyum lalu menarik Taehyung dalam pelukan hangatnya. Sebuah pelukan dari malaikat kematian yang merupakan musuh para iblis di dunia.

"Cukup, jangan lakukan ini lagi..."

Berat dan terlalu tidak sanggup, untuk mengatakan kalau kelakuan Taehyung tidak jauh dengan setan. Dia memang setan tapi tidak sepenuhnya setan, saat logika masih separuh dalam nalurinya.

"Lepaskan aku, aku bukan lagi Taehyung seperti yang kau tahu. Aku mohon... Senior," pelan dalam suara. Kedua mata melihat kebawah tepat wajahnya memelas.

Taehyung hanya....

Merasa lelah, Jungkook yang cacat membuat dia menangis dalam hati untuk jangka lama. Benar-benar terlalu berat dalam hatinya, sungguh dia tidak tahu.

,

TBC ....

Aku harap kalian suka dengan part ini, mungkin tidak akan seram. Tapi aku mengubah sedikit sudut pandangku, misteri fantasi merupakan seri kedua lantaran konfliknya beda.

Jangan lupa untuk jaga kesehatan selalu. Tetap semangat dimanapun kalian berada, gomawo and saranghae ♥️

#ell

12.03.2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro