Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1 월 9 일 윤기 (1)

"Kupikir aku telah normal. Aku menjadi manusia biasa dengan pekerjaan sebagai pengajar paruh waktu. Semua yang aku inginkan terjadi sedikit demi sedikit, seperti aku yang tak lagi bisa melihat mereka. Para arwah gentayangan."

.

9 Januari 2021

Seoul, adalah bagian kota dimana aku lahir. Tempat aku tinggal juga hidup berdampingan dengan orang sekitar. Hari ini cuaca panas, tidak seperti biasa yang hujan angin karena badai siklon. Ya, tadi pagi sebelum sarapan roti panggang telur mata sapi dan secangkir teh hijau hangat. Aku menyaksikan bagaimana pembawa acar berita favoritku sudah menjelaskan cuaca hari ini.

Katanya hanya akan mending dengan intensitas hujan rendah saat matahari mulai naik begitu tinggi, tepatnya tengah hari. Jika tahu begini, aku tidak harus memakai jaket hitam ku karena pagi ini cerah. Cerah sekali sampai sesekali mataku silau saat melintasi beberapa daun dari pepohonan sekitar.

Oh iya, ini hari Sabtu. Hari dimana aku selalu libur akan tugas. Yeeeaaayyy libur aku juga senang, kebanyakan para murid akan request hari itu untuk... Ya, sekedar malam Minggu dengan pacarnya mungkin. Satu tahun ini aku lulus dari sekolah tercinta, dimana disana tidak ada kesan atau pesan sama sekali selama tiga tahun ada disana. Sejak kejadian itu. Tepatnya saat aku kelas dua, aku belajar banyak hal.

Tidak semua sih, karena ayahku sendiri suka mengomel dengan diriku. Yang katanya masih belum memahami separuh perjuangannya. Ah, orang tua. Aku sangat memahami hal seperti itu, berfikir bahwa ayolah Yoongi... Besok pun kau akan jadi orang tua.

Mungkin ini gila, tapi aku tidak ingin mengingat hal itu lagi. Ada alasan sendiri kenapa aku melakukannya. Ya... Memang tak ada alasan spesial sih, disana juga aku tidak terlalu tenggelam akan masa lalu yang membuat ku harus susah payah melupakannya.

Kali ini aku pergi ke halte bus, sesekali aku merenggangkan kerah jaket ku. Rasanya leherku terasa gerah dan sedikit panas. Kalau aku melepaskannya aku tidak percaya diri, aku bego karena memakai kaus tipis dan terlalu transparan putih yang biasa aku gunakan untuk tidur. Ini semua karena aku harus bangun subuh untuk menyiapkan diriku juga sarapan sendiri tentunya. Aku sudah berjanji dengan seseorang, jika tidak dia akan marah dan tak mau bicara denganku.

Bisa kalian bayangkan, bagaimana repot nya diriku. Kalau dia marah semua orang akan sibuk membujuknya, lalu aku lagi yang disalahkan. Tak apa, aku sudah biasa. Lebih baik seperti ini daripada aku harus kehilangan dirinya lagi. Seperti dulu. Sekarang aku mengusap tanganku dengan membuang nafas agar telapak tangan putih pucat ku ini hangat.

Banyak orang yang menganggap aku seperti mayat hidup baru saja keluar dari rumah sakit karena penampilanku sekarang. Bodoh memang, tapi aku sadar bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan kelebihan mereka. Termasuk para netizen yang terkadang kehilangan otak sebelum menulis sesuatu di dalam ketikan. Daripada mencari masalah lebih baik aku diam, tanpa menganggap bahwa mereka hidup.

Beruntung sekali aku membawa earphone. Setia menemani walau dia benda yang mati. Benar-benar mati.

Aku mendongak, menatap ke atas langit. Warna biru cantik seperti kesukaan seseorang yang kini tengah berjuang mengejar paket C. Dia selalu merengek minta tolong padaku kalau sedang ingin. Dia pintar dan lucu. Manis dengan dua gigi kelincinya. Kalian pasti sudah mengenalnya, karena dulu dia juga yang membuatku mendapatkan motivasi ini. Meski dia lupa bagaimana kebersamaan kami kala itu.

Biarlah semua telah berubah begitu juga denganku, yang aku tahu bahwa.... Aku sudah berusaha keras untuk semua ini. Aku bukan Yoongi yang dulu. Melainkan Yoongi yang berbeda, seperti bangun dari mimpi masa kecil dan menjadi nyata. Jika kakek melihatku sekarang, aku yakin.... Dia pasti bangga lantaran aku mampu mengatasi masalahku sendiri.

"Kuharap Jungkook tidak marah padaku karena aku terlambat." Aku dengan kedua tangan masuk ke dalam kantung jaket ku. Aku butuh kehangatan dan jaket ini sangat membantuku. Hadiah yang bagus bukan?

Ini dari adikku...

Jeon Jungkook.

~

Guk! Guk! Guk!

Suara dari sebelah mengejutkan dirinya, seorang pemuda dengan tatapan fokusnya pada layar ponsel di depannya. Dia menoleh ke sana dan melihat seekor anjing kecil dengan bulu putih seperti rumbai. Terlihat begitu jelas bagaimana pemiliknya begitu kaya telah merawat hewan kecil itu di dalam salon.

Ada pita di bagian puncak kepala anjing kecil itu. Meski cantik, Yoongi merasa bahwa hewan seperti itu nampak tidak nyaman sepertinya. Bagaimana tidak? Kaki itu saja menggaruk bagian puncak kepalanya beberapa kali.

Entah kenapa Yoongi merasa aneh, dimana suara gonggongan kecil itu. Gerakan ekor dan pantatnya menjadi salah satu objek yang mengundang ingatannya.

"Doggo. Astaga, dia sangat mirip dengannya. Hanya bulu dan jenis kelamin yang beda. Ah, aku jadi kangen." Yoongi bicara pada diri sendiri sembari menatap ke langit dengan senyuman manis seperti permen gulali. Tak jarang dia mendapatkan panggilan Suga. Seokjin yang kadang memanggilnya begitu sampai Yoongi meminta dengan sangat karena dia sedikit malu.

Yoongi sekali lagi menatap anjing kecil yang juga menatapnya dengan kepala bergerak ke kanan seperti penasaran. Tiba-tiba saja firasat Yoongi meminta tangan itu untuk bergerak memberikan lambaian tangan pada anjing kecil disana.

Meski begitu seorang wanita dengan tali panjang dari leher anjing kecil keturunan ras miliknya, menatap tidak suka ke arah Yoongi yang sembarang mengumbar senyum. Sadar dia mendapatkan tatapan mata mengintimidasi dari sana membuat Yoongi mendengus dan menoleh ke kiri.

"Ya ampun, kenapa bisa ada pemilik sepelit itu. Padahal aku hanya menyapa anjing kecil itu, tapi dia seperti terganggu. Anjing saja tidak masalah, dasar wanita." Sadar betul bahwa dia mengatakan hal itu dengan sengaja. Bukan berarti semua wanita seperti itu, ada satu dibanding seratus orang seperti itu.

Oke, pemuda sipit itu kini mengabaikannya. Walau dia kasihan dengan si kecil yang mencoba merayunya dengan gerakan mencoba mendekati dirinya. Meminta dengan memaksa agar lepas dari tali di lehernya.

"Hey lihat, bukankah dia lucu. Darimana kau membelinya, apakah dia jenis anjing Chihuahua terkenal sekarang?" Seorang wanita bersuara, berjongkok dengan tangan mengusap bawah dagu anjing kecil itu dengan senangnya. Tidak ada larangan baginya, sementara dia juga membawa anjing besar berjenis Bulldog.

Bangga sekali ketika apa yang dia punya menjadi pusat perhatian oleh orang kaya lain. "Kau benar, suamiku begitu sayang padaku karena dia memberiku hadiah ini. Kau tahu, aku suka melihat anjing kecilku selalu terlihat cantik, diantara anjing ras lainnya." Sesekali dia mendorong sisi rambutnya yang jatuh ke pipinya. Mengatur ke belakang telinga agar tidak mengganggunya.

Disana Yoongi mendengar ucapan wanita itu. Tersenyum setelahnya ketika bayangan di dalam otaknya terlintas. "Tanpa sadar suamimu menginginkan dirimu menjadi budak peliharaan mu." Senandung dalam hati, masa bodoh jika wanita itu mendengarnya. Apa yang dikatakan Yoongi memang benar adanya. Itulah kenapa kebanyakan manusia tidak bisa mengurus hewan peliharaan lebih baik.

Dalam perhatiannya, dia menatap secara hati-hati bagaimana anjing besar itu seolah mengendus bau kakinya.

"Tidak! Tidak! Menjauh lah! Apa yang kau lakukan, sana pergi!" Usir Yoongi dengan tegas, sampai membuat gadis itu menatap tak suka. Yoongi adalah pembenci anjing pikir mereka. Dalam keadaan mencoba untuk cuek, mata itu masih menatap dengan sedikit penasaran. Apalagi matanya menatap anjing besar itu seperti tidak suka dengan anjing kecil disana, beberapa kali kedua tangan pemiliknya seperti kewalahan.

Bukankah itu anjing penjaga yang sering digunakan orang agar aman dari pencuri? Sedikit menakutkan bagi Yoongi karena dia tidak suka dengan anjing besar dan terlihat galak. Walau dia jinak, bukan berarti anjing seperti itu akan selalu aman. Yoongi harus menggeser beberapa kali ke kanan karena dia sendiri tidak nyaman.

Dalam artian ngeri.

Yoongi beragurmen, kalau dia digigit pasti tulangnya akan patah dan menjadi santapan makan malam anjing itu. Merinding sampai dia mengusap kedua tangannya cepat dan menepuknya beberapa kali. Hawa menggigil dan dingin, membuat wanita dengan kacamata hitamnya itu melihat Yoongi dalam keadaan sombong. Dia takut jika anjing rasnya menjadi korban penculikan.

Dirasa sangat berlebihan memang.

"Baiklah, aku percaya. Aku yakin sekali kalau kau akan terkenal saat membuat Instagram untuk hewan peliharaan mu itu." Tertawa di akhir kalimat. Hidungnya juga kembang kempis dengan kedua mata memejam sipit.

"Itu bisa diatur. Asal kau juga mengajak lainnya menjadi followers setiaku. Aku adalah orang yang akan menyambungkan nama kalian karena keberhasilanku." Ujarnya, melepaskan kacamata lalu memasukkan ke dalam tasnya dengan pelan dan hati-hati. Barang begitu mahal akan mudah rusak.

Makin lama matahari naik, dimana ramalan cuaca sepertinya memang benar ada kenyataannya. Saat ini Yoongi jenuh dengan pembahasan dua wanita dari kejauhan, dia sampai duduk dan memainkan kaki seperti anak kecil. Ketularan Jungkook kalau saat dia merasa bosan.

Yoongi jadi tersenyum sendiri saat mengingat Jungkook pernah menjadi arwah. Mengganggunya, mengikutinya dan membujuknya ini itu seperti anak kecil minta hadiah pada papanya. Yoongi merasa rindu akan itu semua, karena dia akui kalau saat ini Jungkook juga sibuk dengan urusannya. Membuat Yoongi merasa bahwa hubungan akrabnya sedikit merenggang.

Wajahnya kembali sedih dan suasana hatinya menjadi mendung seperti langit di atas.

Anjing kecil ras itu menyalak padanya, membuat Yoongi tersenyum dengan manis ke arahnya. Dia hendak menyentuhnya untuk memberikan usapan sayang sebagai ucapan terima kasih, nampak seperti Doggo. Tapi tangan itu melayang di udara tepat di puncak kepalanya, dimana mata itu memandang ke arah kanan dengan dia dan juga dua orang pemuda menempati bangku dua wanita tadi.

"Eh, kemana perginya mereka tadi?"

Suara klakson bus dari kejauhan berbunyi. Tubuhnya langsung bangkit dan mengantri di urutan lima setelah wanita tua dengan belanjaannya yang cukup banyak.

Guk! Guk! Guk!

Tidak ada tali di lehernya seolah anjing kecil itu bebas bergerak kemanapun sepertinya. Yoongi merasa bisa saja pemiliknya sengaja agar peliharaannya tidak bosan, baguslah... Dia bisa memaklumi kalau sifat dasar manusia itu labil pendirian. Saat anjing kecil itu menyalak lagi dan ingin berada di dekat Yoongi, pemuda itu tidak ingin timbul masalah baru.

Dia berjongkok dan memberikan usapan itu akhirnya. "Pulanglah ke pemilik mu. Kalau kau sampai hilang maka semua akan repot, maaf ya aku juga buru-buru." Tersenyum dengan manis, terpikat akan kecantikan hewan manis di depannya. Tak sadar bahwa seorang supir telah menunggunya agar segera naik.

"Hei anak muda! Kau jadi naik atau tidak?!" Dengan nada marahnya membuat Yoongi panik dan mengangguk. Dia dengan sangat terpaksa mengabaikan gonggongan kecil peliharaan mahal itu. Dulu Doggo juga begitu kalau tidak mau ditinggal sendiri. Disini Yoongi langsung mengambil posisi bangku kosong dekat jendela. Pandangan matanya terfokus pada anjing putih yang menjulur lidah seolah ingin mengatakan sesuatu padanya.

"Daaaa.... Jadilah anjing yang baik untuk tuanmu." Nasihatnya kemudian dengan lambaian tangan seperti ucapan sampai jumpa, selamat tinggal. Yoongi nampak asik sampai dia merasa bahwa bus telah berjalan maju setelah posisi duduknya seperti tertekan ke depan karena supir menginjak pedal gas.

Bus berwarna hijau dengan nomor 1342 itu pergi dengan membawa penumpang yang tak terlalu penuh. Yoongi duduk dengan nyaman sembari menatap jendela hingga tak menyadari sisi lain dari area dia duduki. Tepatnya di sisi lain halte tempat orang-orang menunggu.

Yoongi tak melihat ada beberapa orang berkerumun lantaran ada mobil pickup besar telah menghalangi background tersebut. Seorang wanita menangis keras dengan memeluk sesuatu yang penuh darah hingga cairan merah itu menempel di mantel mahalnya. Salah seorang wanita juga tengah menenangkan wanita itu, tapi dia mendapatkan sentakan marah. Dia masih menangis dengan keras sembari memeluk erat seperti kumpulan bulu cantik berwarna putih salju.

"Nyonya Ahn, maafkan aku. Sungguh aku tidak tahu Yon-eul akan melakukan hal ini padamu-"

"Diam! Kau dan anjingmu sama saja! Anjingmu sudah membunuh Yeoppo kesayangan ku! Dia sudah pergi dan kau minta maaf?! DIMANA OTAKMU SAAT KAU TAHU BAHWA ANJINGMU RABIES. AKU AKAN MEMBUAT ANJING MU MATI!"

Semua keributan itu tidak akan terjadi jika anjing Bulldog tersebut tidak membuat masalah. Kini peliharaan garang itu di bawa ke tempat dimana satwa terinfeksi penyakit bahaya akan di karantina. Seekor anjing kecil Cihuahua telah mati dengan kepala yang hampir putus setelah berjuang menyelamatkan diri dari anjing lainnya.

Dia mati meninggalkan nama dan harapan. Bahkan tangisan wanita kaya itu lebih memekik dengan bumbu sendunya. Kabarnya dia tidak punya anak, itulah kenapa suaminya memberikan dia anjing putih itu. Agar istrinya tidak merasa kesepian selama suaminya pergi ke luar negeri untuk bekerja.

Pupus sudah. Karena yang bernyawa pasti akan mati. Kembali ke sang pencipta dan tinggal di semesta seperti lainnya.

Kini hal janggal terjadi, saat masalah sudah muncul bahkan Yoongi belum menolaknya. Kemungkinan besar timbul pertanyaan besar, yang akan menjadi pertanyaan dari Yoongi saat melihat hal ini secara langsung ialah, "lalu... Yang tadi itu apa. Siapa yang aku usap kepalanya dan memberikan gonggongan manis itu?"

Kalau anjing kecil itu saja telah meninggal lima menit sebelum datang pada Yoongi. Hal itu menandakan bahwa, Yoongi dia...

Tebak lah...

~

Suara pintu berdecit, mendapati begitu banyak ketidak-aturan dalam kamar ini. Tempat tidur yang berantakan, baju yang tidak rapi dalam almari, sepatu berada di sisi ranjang dan bukan tempatnya, juga bau makanan nasi nasi yang merupakan orderan tiga hari sebelumnya. Seokjin tahu karena dia melihat ada bungkusannya disana.

Sungguh ketidakbersihan ini adalah hal paling tidak dia sukai. Selama ini dia selalu bertindak rapi, walau menjadi bos besar di perusahaan miliknya. Kadang suka mengomel jika salah satu maid saja kurang menjaga kebersihan. Itulah kenapa banyak yang berkomentar bahwa bos muda sepertinya terkenal dengan sebutan bapak rumah tangga.

Ini bukan kamarnya, tapi kamar adiknya yang selalu dia sayangi. Selama ini rasa sayangnya membuat Jungkook menjadi semakin manja. Kemungkinan besar lebih parah dari sebelumnya. Dia akui, saat pemikiran mengenai sikap Jungkook sekarang ketika dia secara bersamaan mengambil pakaian dan langsung melipatnya.

"Apakah aku terlalu memanjakan Jungkook sampai dia seperti ini? Tuhan... Tidak biasanya dia begini, bahkan dia termasuk rajin juga menjaga kebersihan." Seokjin mengeluh kemudian dengan kedua mata penuh teliti. Bukan hanya itu saja, dia belum sempat mandi pagi karena sibuk dengan sarapan untuk adiknya. Terdengar begitu jelas di pendengarannya, shower air jatuh dari dalam kamar mandi.

Juga bau sabun buah jeruk yang Jungkook sukai sebagai bau badannya. Selepas membersihkan pakaian berserakan di atas tempat tidur, kini dia mengambil sapu untuk menghilangkan debu di lantai. Di rumahnya ada begitu banyak maid, tapi dia tidak yakin jika harus membuat mereka masuk ke kamar adiknya.

Seokjin begitu trauma dengan kecelakaan dan Jungkook yang sakit hingga nyawanya melayang. Hal yang sama tak akan dia ulangi lagi, bahkan untuk bertemu dengan ibunya sekedar menjenguk. Dia harus mempunya pengawal begitu ketat, atau adiknya akan menjadi korban amukan. Di rumah sakit jiwa, itulah kenapa Seokjin selalu mencoba memaafkan ibunya.

Mengingat bagaimana wanita yang sudah melahirkan dirinya dalam keadaan tidak baik dan semakin parah. Saat ini matanya fokus pada salah satu media foto di atas meja dekat tempat tidur. Mengangkat benda itu sembari menatap dalam keadaan diam dengan maksud membayangkan, kejadian dulu. Tersenyum melucu dengan jempol mengusap wajah sang adik berusia delapan tahun. Secara keseluruhan tidak ada yang berubah dari Jungkook selain penampilan juga sifatnya.

"Baiklah Kim Seokjin, saatnya kau harus melanjutkan pekerjaanmu kembali- eh..." Kedua matanya menjadi gagal fokus ketika ketidaksengajaan datang padanya. Ini seperti Tuhan membuka tabir yang baru.

Entah kenapa hatinya meminta agar dia menoleh ke sudut dinding. Melihat ada ujung ekor nampak pada lantai di sana. "Semoga saja itu bukan ular." Ucapnya sembari menelan ludah pelan. Memegang gagang sapu lantai dengan erat, mengangkat dengan semangat walau sedikit takut di akhirnya. Ada fakta lain di dalam otaknya, suara melirih dengan harapan dan bayangan kalau yang bersembunyi itu adalah tikus.

Suara gaduh terjadi saat Seokjin langsung mendorong meja itu ke depan dengan kuat.

Bangkai tikus.

Ada juga lalat disana, membuat Seokjin menutup hidung nya dengan cepat guna menahan muntah. Aneh sekali, kenapa bisa ada bangkai tikus di kamar ini. Juga baunya cukup menyengat sampai kedua matanya perih. Percuma rasanya kalau dia memegang sapu tapi tidak digunakan dalam keadaan mendesak seperti ini.

"Ya ampun... Ak-aku tidak tahan baunya." Hampir keluar makanan kemarin di dalam perutnya. Lalat juga terbang menyebar sampai menempel di dinding putih dimana-mana. Jijik tak tertahankan, mencoba untuk mengambilnya tapi tidak sanggup. Ada belatung di tubuh bangkai, juga diantara perutnya yang mengembung. Saat dia bisa mencium bau busuk itu, pikiran Seokjin menyalahkan adiknya yang begitu jorok.

Yang terjadi adalah dia malah keluar sembari menutup pintu dengan keras. Membuat Jungkook yang ada di kamar mandinya terkejut karena kamarnya terdengar bising. Dia sedang menikmati kegiatannya dalam mencuci rambut.

"Siapa yang ada di dalam kamar?" Jungkook menekan off untuk mematikan shower. Dia memutuskan sendiri untuk menyudahi mandinya dengan cepat-cepat menghilangkan bisa di atas kepalanya yang begitu banyak.

Jungkook keluar dengan keadaan separuh basah. Menengok ke kanan dan ke kiri untuk melihat semuanya dalam keadaan baik-baik saja. Sepi tapi lumayan rapi, hanya ada debu yang belum sempat dibuang dan masih ada di tengah pintu kamarnya.

Mendadak dia merasa mual dengan bau juga lalat yang terbang ke sana kemari mengerubungi sesuatu. Jungkook lantas mendekat, tak disangka ekspresi yang sama seperti Seokjin lakukan beberapa menit lalu.

Tak disangka dia merasa perutnya di aduk. Jungkook langsung masuk ke dalam kamar mandinya lagi, tanpa peduli bahwa Seokjin tengah menarik nafas beberapa kali sekedar melupakan tragedi tadi meski sebentar. "Baiklah tak apa, hanya tikus yang sudah mati. Tapi kenapa harus ada belatung, aku benci dengan belatung!" Bentaknya pada diri sendiri sembari melihat di belakang pintu di punggungnya. Situasi bebersih kali ini sangat tidak mendukung dirinya.

Sementara itu di luar gerbang sebuah perumahan besar. Seseorang berdiri di sana dengan leher terasa pegal dan sedikit ngilu. "Akhh... Sepertinya aku salah bantal. Seharusnya aku tidur tengkurap saja." Ucapnya pelan dengan tangan menepuk bagian belakang lehernya. Dia memaksakan diri untuk tidak mengeluh karena malaikat akan mencatat perbuatannya.

Yoongi masuk karena si penjaga gerbang sudah mengenal dirinya. "Apakah Jungkook masih di dalam sana?" Yoongi ingin memastikan, agar kejadian yang sama tidak terulang. Dia pernah di PHP Jungkook, hal itu membuat dia marah full selama seminggu kepada kelinci menyebalkan itu. "Ada tuan, dia tidak pergi sama sekali sejak pagi. Hanya tuan Seokjin yang baru pulang dari rapatnya." Sudah biasa kalau Seokjin selalu pulang malam untuk pekerjaannya.

Yoongi mengangguk paham sembari mengucapkan terima kasih. Dia malas membawa buah tangan karena apa yang Jungkook punya semua telah lengkap. Di sisi lain dia juga sedang krisis uang, tidak bisa meminta pada ayahnya karena beliau juga harus punya uang untuk perkembangan adik bayi.

Yoongi punya adik perempuan. Baginya hal itu luar biasa, dia tidak perlu lagi takut tersaingi ketampanan dan perdebatan pria tidak berguna. Memiliki adik perempuan akan menyenangkan pastinya karena mereka akan menangis kalau di usil.

Saat pintu melangkah masuk dia bisa mendengar bagaimana Jungkook dan Seokjin marah dengan perdebatan cukup keras. Yoongi menepuk pundak salah satu pembantu di rumah itu dan bertanya, "apa yang terjadi? Kenapa mereka bertengkar lagi?" Yoongi merasa ini tidak beres. Selama ini Jungkook selalu akur, lalu dia marah dengan kakaknya sampai beberapa maid memperhatikan mereka.

Disana dia melihat ada bangkai tikus yang telah membusuk separuh dengan banyak belatung diantara kulitnya. Yoongi mencium bau menyengat yang membuat perutnya seperti melilit sakit. Aneh....

Tak seperti bau biasanya. Sampai dia memutuskan untuk mengambil salah satu plastik yang tak sengaja dibawa oleh wanita yang bekerja disana. "Tolong berikan padaku, aku akan menanganinya." Tunjuk Yoongi ke arah bangkai disana. Setuju sekali, karena sebagian besar wanita jijik dengan hewan busuk penuh belatung.

Jungkook pergi masuk ke kamar dengan diikuti Seokjin yang menasihatinya dengan nada sedikit kesal. Suara langkah kaki menaiki tangga hilang dan digantikan dengan pintu tertutup keras.

"Aku tidak mau bicara dengan Jin hyung lagi! Aku tidak suka di nasihati. Jangan beritahu aku tentang hal tidak penting!" Perintahnya dengan suara membentak. Suasana semakin memanas dengan kakaknya yang mengetuk pintu dengan keras. "Dengarkan aku Jungkook! Aku juga bicara seperti ini demi kebaikanmu. Kau itu salah makanya aku benarkan, jangan melawanku Jungkook. Buka pintunya!"

Yoongi menggeleng tidak percaya. Amarah semakin menjadi diantara keduanya. Bangkai tikus itu telah masuk ke dalam kantung plastik berkat usahanya menahan jijik dengan sangat. Keluar dengan langkah kaki lumayan cepat tanpa mau menoleh ke isi plastik itu, "ayo Yoongi... Jangan menatap ini. Jangan atau kau akan menyesal." Menyemangati diri sendiri dengan menahan baunya. Semua yang ada disana tampak menyingkir saat Yoongi melewati mereka.

Tung!

Masuk sudah bangkai itu ke dalam tong sampah. Tepukan diantara kedua tangan agar tidak ada debu atau kotoran yang menempel di telapak tangannya. Saat ini Yoongi bisa merasa tenang, untuk sekarang dia memikirkan ide terbaik agar hubungan Seokjin juga Jungkook membaik. Selama ini dia punya rencana perdamaian yang lanjut, selama tidak buntu ide. Entah Yoongi yang kebetulan atau mereka melewati masa pubertas.

Hal disini diutamakan adalah Jungkook. Dia sudah besar begitu pula jiwanya yang kini semakin waras. Apalagi dia menjadi keras kepala. Perubahan yang drastis membuat pemuda mantan indigo ini hanya mengeluarkan nafas pasrah.

Hendak pergi tapi sesuatu seperti meniup di belakang lehernya. Bulu kuduknya merinding dengan perasaan aneh, menoleh dengan cepat dan ada yang bergerak di semak-semak belakang rumah.

"Siapa itu, apakah ada orang?" Yoongi refleks bertanya seperti itu. Wajar baginya, karena dia juga was-was kalau disana ada pencuri. Secara harfiah dia akui dalam hati bahwa perasaan juga situasi seperti ini sama halnya dengan waktu dia berhadapan dengan mereka. Bau busuk tikus membuat alasan bagaimana Yoongi enggan mendekat ke sana. Entah sejak kapan, bau tersebut telah mengundang begitu banyak lalat untuk mendekat. Aneh sekali jika hanya dalam waktu satu menit saja tong sampah itu penuh dengan lalat hijau.

Yoongi merasa ada yang janggal disana. Melihat bagaimana kulit tubuh tikus itu sobek dengan ukuran besar juga begitu dalam hingga tulang putih nampak. Tidak... Ini bukan karena efek pembusukan, dia mengira tikus ini mati selama tiga hari. Paling tidak perut hewan pengerat itu membengkak seperti manusia yang mengalami busung lapar.

Dengan ranting pohon dekatnya dia mencoba menusuk badan itu hingga tikus itu bergelimpangan. Tumpah dengan tong sampah yang seolah bergerak sendiri seperti di dorong seseorang.

"Apa ini? Kenapa seperti dimakan sesuatu. Uhhh..." Yoongi dengan cepat menutup hidungnya dengan lengan bajunya. Membuat wajah itu mengernyit dan mundur beberapa langkah, sementara semak disana bergerak pelan dengan daun yang bergoyang. Seperti seseorang sengaja melakukannya, kedua mata itu fokus pada dedaunan itu seperti memancing agar Yoongi mendekat.

Sialnya, bau busuk semakin menjadi dengan beberapa lalat mendekatinya dengan terbang mengelilingi kepalanya.

Terganggu!

Tangan itu juga memberontak berusaha menyingkirkan mereka yang sepertinya tidak mau manusia berada di kawasan tong menjijikan itu. Yoongi merasa tidak nyaman dan akhirnya memutuskan untuk pergi dengan segera, mengabaikan bangkai tikus yang menjadi seonggok daging menjijikan. Belatung disana bertambah beberapa saat jatuh dari atas.

Di sampingnya ada kaki yang membusuk dan berwarna hitam. Dekat sekali dengan bangkai, tak bergerak sama sekali hingga akhirnya satu tong lagi jatuh. Tak seorang pun menyadarinya, berfikir bahwa angin yang telah membuat ulah.

Salah satu maid membereskannya dan tangannya sangat dekat dengan kaki seseorang itu. Tidak disangka dia tidak menyadarinya. Lalu siapa dia? Apakah dia manusia atau memang sosok lain yang suka mengawasi para manusia di rumah ini?

.

Yoongi tergopoh dan sedikit oleng karena dia merasa mual juga aneh. Perasaannya menjadi kacau dengan bau tidak mengenakkan yang mengganggu. Otaknya menjadi tak bisa berfikir dengan tenang. Tangan kanannya menahan tubuh pada bagian dinding di depannya, berdiri di dekat pintu keluar rumah besar itu.

"Anda tidak apa? Aku akan panggil dokter. Wajah anda begitu pucat." Salah seorang pria datang, dia salah satu asisten kepercayaan Seokjin yang kebetulan ada di luar untuk merokok. Melihat seorang pemuda menahan mual seperti ini membuat dia iba. Yoongi memaksakan diri supaya dirinya baik saja. "Tidak apa, aku hanya mencium bau bangkai tikus. Masih terbayang makanya aku mual." Menahan muntah di dalam mulutnya. Tersenyum dengan ramah supaya tidak menimbulkan rasa khawatir besar.

"Kau yakin? Aku bisa mengantarmu. Jangan paksakan keadaan kalau hal itu akan membuatmu semakin parah." Tetap memaksa, tapi tangannya terangkat dengan mulut yang bergerak bergetar. Yoongi tidak suka merepotkan orang lain tapi dia sendiri suka direpotkan oleh lainnya. Sungguh timbal balik yang mumpuni sebenarnya, kadang itulah mengapa beberapa orang tidak nyaman dengan sikap Yoongi yang sok kuat.

"Aku tidak apa. Aku akan membaik, kalau Jungkook sudah-"

"CUKUP AKU LELAH KALAU HYUNG TERUS MENGEKANG KU!" Teriakan juga suara dobrakan pintu. Membuat Yoongi terkejut dengan sang supir yang mengusap dadanya pelan. Keduanya melihat bagaimana Jungkook mengamuk dan marah sebesar ini, hal pertama mereka tahu. Seokjin ada di belakang dengan menahan tangan sang adik agar tidak keluar dari rumah ini tanpa ijinnya.

"Dengarkan aku! Yang kau lakukan ini sangat keterlaluan. Apa kau tidak bisa mengubah sikapmu? Kau sudah besar dan aku mengatakan kebenaran kalau kau dulu tidak seperti ini."

"Diam Hyung, karena ini semua aku merasa terkekang. Aku sangat stres dengan yang aku jalankan sekarang."

Mendecih dengan tidak suka. Dia berusaha pergi sampai memanggil supir untuk menyiapkan mobil. Alasan simpel kenapa Jungkook bisa menginginkan perginya dia. Ketika pria yang bekerja secara penuh itu mengangguk, Seokjin memarahinya dalam maksud melarangnya. "Pak Han, aku yang menggaji mu. Jangan turuti keinginan anak ini!" Sentak Seokjin dengan tegas.

Mau tidak mau, sang supir melangkah mundur. Jungkook merenggut tidak suka dan membentak supir itu dengan keras. Apalagi disana ada Yoongi juga, sontak saja dia paling marah karena semua ini. Seokjin masih bersikap sedikit halus dengan adiknya karena rasa sayangnya.

Beda dengan Yoongi yang membentak dari sana ketika melihat Jungkook memainkan ponsel pemberiannya. Hadiah di ulang tahunnya, hasil tabungan gajinya. "Jeon Jungkook, bisakah kau tidak membangkang!" Yoongi seperti ayahnya yang galak. Suara kerasnya membuat Seokjin menoleh dengan pandangan kagetnya. Selama ini dia tidak menggunakan suara sekeras itu, itulah kenapa Yoongi menganggap bahwa seorang kakak yang salah akan memperburuk keadaan adiknya.

Suara Yoongi hanya dianggap angin lalu. Jungkook sama sekali tidak mau menanggapi, justru dia memainkan layar ponselnya dengan sibuk. "Anak itu! Sejak kapan dia membangkang yang aku ingat dia selalu menurut. Kenapa bisa Jungkook kehilangan rasa polosnya, ini tidak benar!" Ingin mendekat kesana. Tangan sempat di cekal oleh seorang kakak sengaja menghalanginya, tapi Yoongi tidak se-sabar itu sampai dia menepis tangannya kasar.

"Kalau kita diam saja. Maka dia akan kurang ajar! Dia tidak boleh seperti ini!" Yoongi mengingatkan tanpa mau menoleh ke belakang. Baginya, seseorang sudah memanjakan Jungkook sampai dia bersikap tidak dewasa. Dirasa benar membuat dia diam saja. Kini dia harus percaya dengan tindakan Yoongi yang bisa saja mengubah pola pikiran Jungkook.

"Jeon Jungkook!"

PLAAAKKK!

Tamparan keras di bagian pipi kanannya. Jejak telapak tangan seseorang ada di wajahnya. Alangkah teganya Yoongi dan dia tidak akan tanggung-tanggung untuk menertibkan bagaikan tentara. Disana pemuda itu menatap dalam keadaan diam, kedua matanya melotot. "Kenapa kau melakukan ini padaku?" Jungkook tak terima, apalagi dia menyentuh pipinya yang terasa perih.

Saat ini Jungkook semakin semrawut akan masalah, disini pula Yoongi mengatakan salah satu kata ajaibnya.

"Padahal saat kau menjadi setan. Kau lebih baik dari sekarang, kenapa kau tidak jadi setan saja Jungkook."

Yoongi dengan segala ucapannya. Ucapan adalah doa.... Itulah kenapa Mingyu melihat dari atas pohon. Pandangan matanya dingin tak bisa ditebak.

"Hati-hati. Yang kau katakan itu bisa saja dikabulkan."

........

TBC...

Bagaimana menurut kalian saat aku menulis chapter satu ini. Apakah bagus atau masih ada kekurangan bagi kalian?

Tolong masukan juga dukungannya. Agar aku bisa menjadi penulis favorit dan lebih baik ke depannya.

Saranghae ❤️

#ell

16/04/2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro