생물 사냥꾼 (21)
" Di tempat manapun akan ada, selalu ada sosok yang mengawasi juga memperhatikan. Setiap gerak-gerik manusia akan selalu di amati, tingkah juga etika. Walau kadang orang baik saja juga mendapatkan gangguan, dari mereka, tak kasat mata..."
.
Lebih sedikitnya, waktu yang sudah habis sebenarnya. Bagi dia, salah satu makhluk paling dendam dan menjadi babu manusia. Keluar dari tubuh seorang anak manusia yang hendak membunuh manusia lainnya secara licik. Jungkook merasakan tubuhnya enteng namun tak sadarkan diri. Kim Seokjin terluka kakinya, tapi bisa mendekati sang adik dengan pincang.
Kakak mana yang tak panik? Salah satu suster syok di pojok sana. Melihat kejadian menakutkan sekaligus menguras energinya. Dia masih duduk di atas lantai dalam keadaan lemas, tak terluka karena dia memang jatuh akibat kaget. Keberadaan Jungkook mengacungkan pisau ke arah kakaknya membuat siapapun panik juga berusaha membantu. Teror itu membuat si suster berjalan mendekat ke arah Jungkook dalam keadaan sedikit blank juga.
Itu mengerikan.
"Jungkook! Bangun, jangan lakukan ini padaku, Jungkook?!"
Kim Seokjin yang panik, resah juga tak bisa berpikir jernih. Situasi semakin tak karuan sehingga si suster menekan bel darurat di pojok rumah sakit itu.
Dokter dan suster lainnya akan segera datang. Kemungkinan besar dia masih tidak sanggup dan tidak bisa membantu akibat perbuatan makhluk tadi. Makhluk yang kini bertatapan langsung dengan makhluk lainnya. Si pemilik mata safir nan tajam, sosok lain yang tampil rupawan juga tampan. Kian menjadi satu sehingga sosok itu merasa kalau, makhluk di depannya bisa menipu manusia dengan penampilannya.
"S-siapa kau?"
Pada akhirnya, dia bertanya. Dalam keadaan gugup tercekik oleh tangan yang nyatanya kuat mencengkram lehernya. Taehyung dia sudah gelap mata akan kemarahan. Kemarahan yang dia rasakan begitu melihat keadaan Jungkook tak berdaya dan dikendalikan bagai boneka. Dia salah satu arwah yang menuntut agar para arwah dendam lainnya tidak mengganggu saudaranya itu. Kedua saudara yang membuat dia harus menjadi seperti ini tanpa sia-sia.
"Lucu ya? Aku datang menjemput kematian mu! Kau sudah membuat masalah denganku dan aku jamin kau iblis! Masuk dalam daftar jumlah penghuni neraka," ucap pelan Taehyung.
Dia tidak mengembang sayap hitamnya. Taehyung membuat sisi hitam dalam dirinya mengintimidasi sosok mengerikan di depan matanya itu. Sosok arwah penasaran itu mencoba melepaskan diri dari Taehyung. Sosok yang menantang Taehyung dengan tawa jahat miliknya. Kedua mata yang mengeluarkan siluet mengerikan itu berusaha untuk menjebak Taehyung, masuk dalam pengaruhnya bisa dibilang. Tetapi, kemampuan itu tak bisa membuat Taehyung pergi atau melepaskan dirinya.
Jauh dari kata lebih kuat. Sosok mengerikan itu bukan sebanding melawan Taehyung yang sudah banyak pengalaman juga mengatasi banyak masalah. Taehyung akan mengeluarkan pedang tajam di balik sayap hitamnya. Sesuai harapan Taehyung, makin besar dia mengeluarkan energi dalam tubuhnya maka semakin kuat juga dia bisa mendorong mundur makhluk itu guna menjauh. Taehyung melihat ke belakang sejenak, memperhatikan bagaimana lemahnya Jungkook dan luka di lengan Seokjin yang lebar.
Darah menetes dari kulitnya, membuat sosok Taehyung menatap nyalang dan memberikan mata tajam tanpa jeda. "Kau menyakiti mereka yang tak punya masalah, urusan apalagi berkaitan dengan kematian mu. Kau sungguh keterlaluan, tanpa maaf aku akan membuat kau hidup dalam neraka," ucapnya pelan.
"Sosok yang bodoh, kau tidak tahu dan mengganggu! Tahu apa kau hah?!" Sentak nya keras ketika dia berusaha melawan dan berhasil membuang tangan yang ada di lehernya. Taehyung sedikit oleng dan sosok itu menghilang pergi secara cepat.
Hingga pada akhirnya Taehyung melangkah maju perlahan. Kiat-kiat ucapan di dalam otaknya tak bisa dia bendung. Akan tetapi, rasanya tidak akan adil kalau dia tidak melakukan pembunuhan pada iblis di depan matanya kali ini.
"Kau tidak akan bisa lari, aku sungguh tidak akan membiarkan kau bebas kesana-kemari membuat keputusan dan cara agar bisa menyakiti dua saudaraku, lagi...." Satu hentikan jari berbunyi dan membuat Taehyung menghilang.
Dia mengejar sosok itu dan tak akan bisa melepaskan sosok itu. Kematian yang dia harapkan bagi dia, ibu dari dua anak yang selalu mencoba menghabisi Jungkook dan Seokjin secara kejam.
Sosok yang dipanggil Gujo itu kini berada di luar rumah sakit. Iblis yang suka kegelapan diantara rimbunnya pohon, diantara sempitnya batang besar yang membuat sempit dalam ruang. Dia akan bersembunyi dan keluar setelah semua tampak. Gujo tersenyum senang, dia merasa bisa membebaskan dirinya dari kematian yang dijanjikan oleh Taehyung. Keberuntungan bagi Jungkook sendiri karena dia punya pelindung dari silsilah keluarga.
"Aku akan melarikan diri, mengatakan pada nona Jung Kyung. Anak itu punya pelindung tak kasat mata dan akan terus mengganggu ku."
Begitu dia memperhatikan sekitar, dia merasa aman memang. Tidak ada yang akan memberikan serangan juga sejujurnya dia merasa takut jika sosok iblis dengan sayap itu akan membunuhnya. Gujo mulai berlari, mulai berlari dan diam di tempat dengan kedua kaki yang kaku. Saat tubuh itu tertusuk ujung tombak tajam tepat di belakang punggungnya.
Makin perlahan tangan dan tubuhnya kaku semua, tak bisa digerakkan. Terasa sangat menyakitkan kala puncak kepala itu bagai abu yang lepas dari intinya dan terbang perlahan karena angin malam yang menjadi terakhir bagi Gujo. Iblis suruhan yang digunakan untuk membunuh manusia itu bak kehilangan jati dirinya sekarang.
"Kau pikir.... Aku tidak bisa membunuhmu? Tentu saja aku bisa, lihat bagaimana aku melakukannya. Apakah sekarang kau merasakan tubuhmu sakit?"
Taehyung di belakangnya. Menepuk tangan di bahu hingga sosok itu melihat dia. Taehyung kejam dan itu benar sampai dia mengulas senyum itu dan tidak bisa dia berhenti bahagia di dalam hatinya. Ketika kematian sosok lain di depan matanya adalah hal paling epic, menyenangkan saat itu juga dia paham jika setan serta iblis di luar sana merasakan hal sama seperti ini. Riang dalam hati, jantung berdetak cepat penuh adrenalin. Penuh semangat sehingga dia diam memperhatikan apa yang dia lihat.
Dulu, ketika dia adalah malaikat pencabut nyawa. Ada begitu banyak drama manusia yang mengalami penyesalan juga belum siap mengalami kematian. Antara mawar hitam atau putih, Taehyung tidak lagi memilihkan hal itu. Semua yang dia lakukan adalah keinginannya tanpa suruhan Tuhan.
"Adikku kau gunakan sebagai mainan. Kau hendak mencoba membunuh kakakku, kau akan hidup dalam neraka kekal selamanya. Tidak ada yang akan menolong mu, kau dan darah para manusia pendosa mu kini menjadi satu."
Taehyung menarik tombak itu, belum langsung pisah dari tubuhnya. Dia butuh tenaga untuk menariknya, sehingga Gujo merasa kalau di tubuh bagian belakangnya bagai terpisah menjadi dua. Taehyung diam sejenak saat dia mendengar lengkingan rasa sakit itu.
Biasanya manusia yang dicabut nyawanya akan berteriak sakit. Kenyataannya iblis akan merasakan dua kali lipat rasa sakit ketika senjata di tubuhnya ditarik sampai beberapa bagian tulang serta daging itu tergores. Keluar dari tubuh itu adalah suatu proses paling mengerikan memang.
"Owh, kau merasa kesakitan ya? Apakah kau tidak ingin merasakan lagi?" Tanya Taehyung secara sederhana.
Dia melirik ke depan dari belakang. Sosok di depannya mengeluarkan dari mulutnya, darah yang kental menghitam juga bau menyengat paling menjijikan yang Taehyung tahu.
"Sial, a-aku akan pastikan k-kau mati!" Gagap dalam bicara.
Gujo menjadi bahan lelucon sosok Kim Taehyung yang jauh lebih menikmati kematiannya. Tangannya kian erat memegang ujung pedang. Dia ingin sekali melepaskan beban kesakitan Gujo.
"Tenanglah dan siap saja. Sebentar lagi aku akan melakukan hal paling baik yang aku lakukan padamu, kau bisa melihat? Bagaimana aku bisa menarik benda tajam panjang dalam tubuhmu ini sekali sentak. Rasa sakit dari punggungmu ini tidak akan lama dan sebentar saja...." Bicara dalam nada lembut. Mata kematian itu tidak bohong, Taehyung ingin tuntaskan semua dendam.
Iblis itu mencoba melawan dan memberikan gerakan tangan ke belakang untuk mendorong tubuh Taehyung agar menjauh dari jangkauannya. Gujo berhasil mengenai tubuh Taehyung tapi dia tidak bisa sepenuhnya terluka. Karena angin terhempas hanya mengenai bagian bawah kakinya dan bukan tubuhnya.
"Kau tidak bisa menyakitiku, kau ingat itu." Taehyung menggeleng kepala tenang. Baginya, kesalahan besar yang dianggap dosa ini menjadi piala kemenangan baginya.
Taehyung ingin mengembangkan dua sayap hitam mengkilap dia punya. Ingat bahwa, tidak butuh tenaga besar untuk membunuh sosok di depannya itu. Cukup saja cara sederhana di belakang punggung itu maka luka itu menyelesaikan sisanya.
"Bajingan!" Ucap satu kata dan akhirnya dia ambruk. Rasa sakit hingga bagian tubuh setiap keping nya akan pecah menyebar lalu hilang sekejap. Semua itu butuh waktu satu sampai dua menit. Taehyung tidak suka itu.
"Akhiri saja. Aku akan lakukan cepat," pertimbangan segera.
Dunia ini luas, iblis itu malah tidak bisa melarikan diri. Taehyung murka melanjutkan tendangan maut dengan kaki kanannya. Menendang keras sampai Gujo terbang ke udara lalu membentur lantai keras di depan rumah sakit.
Evil Taehyung bangkit. Kedua sayapnya bisa ditahan lalu keadaan Taehyung bahagia selalu. Mantan malaikat itu meringis menandakan keadaan hatinya sedang bahagia, segala kepuasan. Namjoon tidak suka dan memperhatikan ulah mantan juniornya dari atas atap rumah sakit.
Namjoon akan mendapatkan hukuman dan harus segera mencegah tindak jauh ini.
Saat dia mulai melerai dan menyelesaikan masalah ini agar Taehyung tidak melakukan kesalahan besar. Sesuatu telah membuat dia ambruk dan kedua lututnya menyentuh beton di bawahnya.
Tubuhnya ambruk di balik jubah dia pakai. Sakit di dadanya tiba-tiba datang dan tak jauh bedanya dengan tusukan ujung panah beracun. Andai saja dia tahu rasa sakit ini sejak awal maka dia akan memikirkan cara lebih baik lagi untuk membuat kematian iblis yang dia seorang dengan sedikit lembut. Ya, lembut dengan menggunakan tebasan pedang atau menghancurkan kepala mereka bagi iblis tertentu saja. Contohnya Lisa, yang kini berada di neraka kekal dengan banyak api yang membuat tubuhnya selalu mencair bagai lilin.
"Sakit, akh- ke-kenapa bisa jantungku t-terasa sakit? Tuhan, apa yang ingin kau tunjukkan padaku?"
Berusaha keras tapi sakit itu akan ada. Taehyung sudah melakukan aksi brutalnya dan menyakiti sosok itu tanpa aba-aba. Namjoon bisa mendengarnya.... Suara kesakitan dari sosok makhluk jahat. Begitu melengking dan memecah gendang telinga manusia yang tak tahan mendengarnya. Beruntung Tuhan tidak membuat suara itu terdengar jelas oleh makhluk berakal ini.
Namjoon ingin kesana, dia tidak ingin melihat Taehyung lakukan hal paling bodoh. Mencabut pedang dari tubuh iblis itu akan membuat dusta luar biasa.
"Jangan lakukan itu akhhh- Taehyung, hentikan sekarang. J-jangan lakukan itu, KIM TAEHYUNG!"
Meski dia berteriak, bersuara dan melarang apa yang menurutnya salah. Taehyung sudah melanggar ketentuan akhirat. Dia membunuh makhluk di luar kesepakatan, harusnya Namjoon yang melakukannya agar semua terkendali. Sakit di dadanya, kedua sayap hitam yang rontok di belakangnya. Sesuatu membuat dia menahan sakit di kepala juga entah itu apa. Rasa sakit yang sangat sulit dijelaskan oleh nalar, Tuhan tidak mungkin memberikan hukuman kecuali kalau dia sendiri melakukan kesalahan.
"HAHAHAHA!"
Pada akhirnya suara itu lolos juga dari bibir Taehyung sendiri. Suara kemenangan yang keras dan kedua tangan terbentang seolah siap untuk mendapatkan pelukan selebrasi.
"Kenapa Taehyung? Apakah kau lupa kesepakatan kita? Menjadi seperti saat ini bukan berati kau-" mulai bicara sendiri kemudian jatuh juga.
Rasa sakit dan nyeri menjadi satu. Namjoon tidak kuat sampai dia tidak lagi menyangga pada ujung pedang yang menancap di atas beton. Energi dalam tubuhnya mendadak hilang dan membuat dia pucat pasi. Namjoon bagai mayat mati yang tak diurus.
Kedua sayap hitam mengembang sendiri, hitam mengkilap menjadi abu-abu. Namjoon merasa susah dan tidak nyaman pada dirinya sendiri, di belakangnya Hanbin disana melihat keadaan. Namjoon tidak mengijinkan dirinya untuk membantunya atas alasan lain. Banyak iblis atau makhluk penasaran hendak mendapatkan kesempatan demi membebaskan beberapa makhluk juga keluarga penuh dendam mereka. Mereka yang dikurung dalam debu suci di kantong Namjoon yang hendak dia bawa ke neraka.
"Namjoon, aku tidak bisa mendengar perintah mu. Tapi, kalau kau kubiarkan maka kau akan meninggal!"
Hanbin mengeluarkan pedang besar miliknya, dia menebas beberapa makhluk yang terbang di atas Namjoon juga. Tak apa kalau Taehyung tak tahu, selama ini mereka sudah biasa mendapatkan hal tidak terduga.
,
Yoongi terkapar, dia terkapar jauh dari tempat dia awalnya bertarung. Pagi mulai datang dan matahari menyembulkan hangatnya, tiada yang bisa menolak rasa penasaran beberapa orang yang melihat tubuh pulas di atas tanah.
Min Yoongi, layaknya gelandangan gila tanpa tempat tinggal juga. Bajunya terkoyak entah apa, beberapa luka di lengan, sudut bibir juga bagian mata yang membiru di bagian kanan. Masih ada goresan segar di pipinya, bagai anak geng yang habis dikeroyok massa oleh para musuhnya.
"Uhhh...."
Gerakan halus diantara jemari diatas tanah yang basah karena embun pagi. Guratan kantuk serta rasa lelah menghiasi keberadaan keruh Yoongi saat ini. Pemuda tangguh kalah juga saat kehabisan energi, semua itu adalah tulisan tangan Tuhan sebagai takdirnya. Beberapa orang yang ada di sekitarnya mengaku kalau mereka takut juga jika pemuda tak sadarkan diri ini adalah pelaku kejahatan atau korban kejahatan.
Gembel disana, tolong selamatkan dia. Begitulah isi pemikiran beberapa orang di sekitar yang hendak takut membangunkannya.
"Uhhhhmm..." Yoongi mengigau suaranya. Dia merasa sakit di dadanya, sesuatu menindihnya. Anehnya dia sedikit kesulitan untuk bangun, mata sipitnya memperhatikan tubuh seseorang yang berada di dekatnya. Berada di dekatnya dalam keadaan yang sama seperti dirinya, mengenaskan dalam rasa tidak sadar. Jimin mungkin masih beruntung karena tak ada luka di wajahnya, melainkan bagian punggung yang sobek cukup dalam karena suatu tebasan atau cakaran kuku yang panjang.
Yoongi merasa takut kalau Jimin lebih terluka dan parah. Berusaha bangun di atas tubuh salah satu makhluk yang tak sadarkan diri. Ceritanya cukup panjang saat makhluk besar di tubuhnya tengah menindihnya dan berakhir dengan datangnya pagi. Yoongi memaksa diri untuk bangun dan membiarkan tubuh makhluk itu ambruk terlentang di atas tanah. Beruntungnya sosok itu tak bangun karena gerakan ngawur Yoongi.
Cukup dramatis saat dia melakukan ini. Yoongi menarik nafas panjang demi menghilangkan rasa kesalnya. Repot juga, dia hanya anak manusia biasa tapi memiliki pekerjaan lebih berat dari manusia lainnya. Semoga saja dia mendapatkan bayaran pantas.
"Astaga Yoongi, sepertinya satu malam penuh kau mengalami banyak hal," ucapnya pada diri sendiri.
Jimin masih belum menunjukkan tanda kalau dia sadar. Seorang wanita datang menghampiri Yoongi yang mulai mengumpulkan nyawa. Terasa pusing kepalanya dan rentetan kejadian-kejadian semalam. Yoongi membalikkan keinginan untuk membunuh mereka, tapi nafsu itu hilang kala dia ingat akan ada banyak yang terluka.
Jimin menjadi korban, melihat demikian tatapan kosong Yoongi menjadi salah satu intensitas wanita di dekatnya. Dia menawarkan air minum untuk menolong pemuda yang dia kira mabuk. Yoongi melihat wanita di sampingnya samar sedikit buram.
"Anak muda, minumlah. Kau sangat tidak baik," si wanita menawarkan satu kebaikan. Yoongi belum sadar itu dan beberapa detik dia abai. Kepalanya masih terasa sangat sakit dan pening, Yoongi menolak karena dia tidak ingin merepotkan orang lain memang.
"Maafkan aku- tapi, aku ingin menolong temanku dia pingsan juga," ujar Yoongi berusaha bangun. Berfikir sendiri dan bingung sendiri, katakanlah wanita itu tengah merasakan keadaan demikian.
Diam diabaikan dan membuat wanita itu pergi begitu saja. Dia merasa kalau anak muda jaman sekarang sangat sombong dan menolak bantuan kecil. Bukan begitu maksud Yoongi, dia melihat Jimin makin pucat. Aura hitam mencuat dari luka di belakang punggung itu. Yoongi mencari garam suci yang dia ingat Jimin pasti membawanya, benda itu malah tidak ditemukan saat dia benar-benar membutuhkannya.
Decakan sebal lolos dari bibirnya. Yoongi menyumpahi dirinya sendiri yang begitu lemah dan bodoh dalam waktu begitu lama. Sosok di samping tak sadarkan diri itu dilihat oleh Yoongi sehingga harapan penuh akan sosok yang tak akan pernah datang dan kembali itu menjadi suatu kenyataan manis baginya. Yoongi selalu memberikan kepedulian dan cinta tapi semua itu ada saat Jungkook tinggal bersamanya dulu.
Hal kedua kali yang dia rasakan dengan Jimin, untuk saat ini. Yoongi duduk di sampingnya, yang awalnya hanya mengguncang tubuh itu dengan tangan yang bisa dikatakan Yoongi cukup malas untuk saat ini.
Berharap jika dia bangun dan mengejutkan Yoongi dengan wajah bodohnya adalah hal paling diinginkan oleh Yoongi. Keberadaan Jimin memang mengubah suasana hari Yoongi beberapa hari ini. Takut kehilangan dan sesak dalam dada Yoongi membuat rasa takut yang namanya kehilangan muncul.
Jantung berpacu cepat dan suara Yoongi kian random. Oh ini tidak baik, sama sekali tidak ada alasan kenapa Yoongi tidak boleh panik.
"Jimin, hei kawan! Kau tak apa?" Yoongi masih belum bisa bangun sempurna. Suaranya bergetar menahan sakit di ulu hatinya. Mendekat ke arah Jimin dan mencoba mengguncang tubuhnya. "Hei, jangan bercanda. Bukankah semalam kau paling hebat beraksi, kenapa kau malah ambruk dan terluka begini?" Perasaan tidak tenang, tubuh Jimin tak bergerak dan Yoongi hanya bisa duduk di dekatnya.
Yoongi merasa kalau masih ada nafas yang dilakukan Jimin juga suara dengkuran halus. Bocah itu malah tidur nyenyak tanpa tahu waktu juga keadaan Yoongi yang mulai panik tak ketulungan.
"Kau apakan kawanku sialan? Kau sudah mati tapi membuat ulah hhhh..." Yoongi bicara kesal dan memberikan tatapan tak sukanya pada makhluk itu. Ingin menghancurkannya di muka bumi ini tapi bukan hak nya juga. Makhluk itu sebenarnya tidak ingin menyakiti, tapi para makhluk lain yang mulai membuat suasana tidak karuan. Yoongi duduk pasrah di atas tanah sambil mengusap rambutnya kasar lalu ke wajah lelah dan pusingnya.
"Jimin, oiiii... Bangun, kau sudah kesiangan. Aku senang kau baik saja tapi jangan bikin aku repot."
Terdapat sesuatu yang aneh dalam diri Yoongi, ingatan memori yang dia simpan dalam benaknya. Jika saja Jungkook tidak berubah dia pasti sudah mengalami kejadian sama dengan cara beda. Kadang Yoongi ingin sekali bisa menginap dan satu kamar dengan Jungkook setelah kehabisan bosan. Cara yang dia lakukan agar dia bisa menikmati waktu dunia yang begitu membosankan.
Pemuda indigo itu bisa melihat bagaimana para penampakan menjauh dari jangkauan matanya. Mereka tak ingin terlihat meski mereka tahu Yoongi masih bisa melihat mereka. Ketakutan atas pedang besar yang Yoongi dapatkan dari Jimin. Entah kenapa pusaka sang kakek terkenal kuat dan hebat dalam sekali tebasan dahsyat. Aturan main tanpa keji, salah satu faktor keberhasilan Yoongi bisa mengendalikan benda ini.
Benda yang ada di dekat kakinya dan beruntung sekali tidak ada orang lain yang mengambilnya. Jika di jual kolektor maka harganya akan mahal, katanya pedang ini peninggalan dari para makhluk yang membantu nenek moyang Yoongi dulu. Cerita soal pengkhianatan dalam sebuah marga menjadi tetek bengek terciptanya keluarga Min. Ah, sudahlah sejarah sudah lewat masanya. Yoongi cukup senang akan jatuh cinta pertama nya pada pedang di dekatnya selain dengan bantal dan guling di rumahnya.
Yoongi menjatuhkan tubuhnya di atas tanah ini lagi. Sangat santai tanpa mau menanggapi tanggapan para masyarakat yang memandang dirinya aneh. Tidur di atas tanah dengan pemikiran random. Siapa yang bisa menebak? Yoongi sangat acuh dan dia menikmati nafas di mulutnya. Entah kenapa dia tidak begitu khawatir dengan luka di punggung Jimin kala melihat pemuda bantet itu malah mengeluh dalam tidurnya.
Tidur bagai bayi, tidak ada bedanya dengan Jungkook ketika menjadi setan.
"Kau sangat mirip dengan Jungkook, kiranya aku peduli padamu karena kau sama seperti Jungkook-ku. Ah, maafkan aku Jimin. Aku tidak ingin membohongimu, tapi... Kau tidak bisa menjadi lebih dekat melebihi Jungkook. Cukup jadi teman dan kita mengenal, aku tidak ingin memberikan satu tempat yang bisa membuat aku kecewa lagi," rasa sakit ini mana mungkin bisa dia tahan.
Jungkook sudah menyepah dia, maka dia akan berusaha untuk bisa menjadi satu manusia yang menepati janji.
Untuk bisa menangkap seseorang yang membuat perkara baru dan meneror keluarga Jungkook. Meski Yoongi sedikit jahat untuk memberikan waktu menerima Jimin sebagai teman barunya. Ego atau bukan, untuk masalah hati memang semua ini tidak bisa dikatakan pembohong.
Baru beberapa menit dia merasakan hangatnya matahari. Sebelum seseorang datang dan menutupi wajah Yoongi dengan siluet kedatangannya. Seseorang begitu peduli padanya dan mengacungkan sebuah tongkat untuk dipegang oleh Yoongi.
"Cepat bangun dan bangunkan temanmu. Kalian harus diberikan obat atau nanti para setan akan menunggu lemahnya kalian," jelasnya dalam pandangan mata tajam. Seorang wanita yang begitu tua dan elegan. Dia bicara klasik dengan rokok di mulutnya.
Bau nikotin yang dibenci oleh Yoongi walau dalam hati dia juga ingin mencicipi.
,
"Min Yoongi, aku senang mendengar kalau kau bisa melihat lagi mereka. Para makhluk juga kelebihan yang hilang sudah kembali."
Ucap Ma, dia senang dipanggil seperti itu. Seorang wanita yang pernah menolong Yoongi waktu sekolah dasar. Saat makhluk dengan wajah mengerikan yang menyamar sebagai seorang guru mengganggunya. Ma, dia ingat rupa dan bagaimana menyedihkannya bocah itu. Saking takutnya, waktu itu Yoongi tidak bisa bicara dan hanya menangis meminta pulang.
Sawan!
Suatu hal paling lumrah dirasakan oleh anak kecil ketika dekat dengan hal yang berkaitan dengan seseorang baru saja meninggal.
"Aku ingat kau, dulu saat itu aku pernah kau obati dengan daun kelor juga beberapa mantra lainnya. Aku pernah lari keluar dan kau menolongku," pelan Yoongi yang sebenarnya dia tidak Sudi mengingat itu semua. Rasa takut dan payah, membuat dia muak. Ma memberikan teh herbal kesukaannya pada Yoongi, sekedar membagi kehangatan dari satu cangkir ramuan mujarab.
"Kau tidak akan pernah lupa dan aku benar. Meski kau menyangkal juga mengatakan kalau itu hanya mimpi, jika kau tidak bertemu denganku anak muda. Kau sudah mati dengan kepala terlindas truk," lanjut Ma dalam senyuman cantik di usia tak muda lagi. "Kau akan menjadi arwah penasaran dan bisa jadi ikut bergabung dengan mereka." Tunjuk nya pada tiga makhluk tak kasat mata disana. Tiga bocah yang berdiri di dekat Jimin dan memperhatikan seorang Jimin tidur dalam keadaan tengkurap pulas.
Setidaknya ini tempat paling aman dan bisa diandalkan jika Yoongi butuh bantuan. Dia masih merasa pusing terlebih saat dia menggunakan kemampuan lebih lama dari dulu. Ini lebih sulit, di masa modern para arwah melakukan balas dendam paling sadis. Seolah energi manusia menjadi makanan utama mereka dan bukannya ketakutan. Apakah para makhluk juga mengalami perubahan bersamaan dengan manusia?
Yoongi melihat ada banyak jimat dan senjata yang di punya wanita ini. Foto pajangan dari tahun 90-an. Posisi seorang wanita berfoto dengan seorang wanita bule dengan rambut keritingnya. Hitam putih masa lalu dibingkai dalam pigura kuno. Jujur, siapapun akan akui kalau masa muda Ma memang cantik. Tak lebih bedanya dari masa tuanya yang kini melihat Yoongi memperhatikan sekitar, hingga melihat tubuh Jimin disana lagi.
Satu teguk Yoongi minum tehnya. Salah satu makhluk mencoba mendekat pada minuman itu tapi tak sampai. Seseorang rupanya sudah berdoa agar minumannya tidak dinodai bekas atau air liur para makhluk yang suka meludah sembarangan. Yoongi sangat tanggap dan hati-hati. Si pemilik mata berkemampuan lebih itu sangat mirip dengan mendiang ibunya. Percaya pada Tuhan namun tegas.
"Kau sangat mirip dengan ibumu. Sifat yang kau punya dan secara fisik kau punya pengalaman yang tak bisa dijelaskan, aku salut padamu."
"Simpan saja rasa salut mu Ma. Aku tidak hebat seperti kakekku, aku juga tidak sekuat ayahku atau selembut ibuku. Aku keluarga mereka bagian anak dari kedua orang tuaku, tapi.... Perasaanku mengatakan aku tidak ada peluang sama seperti mereka sikap-sifat."
Yoongi tersenyum memberikan curhatan pada dirinya sendiri. Menatap dinding di sebelahnya saja cukup ampuh untuk sembunyikan separuh beban dalam hatinya. Yoongi meneguk habis teh herbal di depannya saat dia inginkan itu. "Ini beban, aku selalu siap setiap saat. Tapi aku merasa kalau situasi krusial juga kritis selalu menekan aku setiap waktu." Jelasnya dengan mengepal tangan di atas meja entah karena apa.
Jungkook menjadi masalah dalam benaknya. Siapa yang menyakiti dan siapa pelaku itu. Yoongi ingin menemukannya dan mengakhiri cerita sedih Jungkook.
"Kau ingin membantunya, Jungkook yang menjadi sosok penting dalam kisah mu." Tebakan yang tepat, baru saja dibahas Ma sudah membahasnya secara baik. Kedua orang di dalam ruangan sunyi ini saling menatap, entah mereka melakukan telepati atau hal lainnya. Ma memberikan lingkaran dupa berbentuk lampion naga, menunjukkan pada Yoongi juga salah satu tusuk konde yang dia gunakan. Ya, dia gunakan selama dia menjadi sejarah sebagai pembasmi hantu paling handal.
Salah satu alis Yoongi terangkat, mencoba tahu dengan pertanyaan datarnya. "Apa?" Singkat dan begitu tidak ingin mengetahui dengan caranya yang efisien. Ma tersenyum mendengar tanggapan santai pemuda ini. Sangat beda saat Yoongi masih kecil bisa dikatakan dia murah senyum dan supel. Bisa dikatakan hal lain membuat dia menjadi dingin begini, bisa dia duga kalau banyaknya iblis sudah membuat dia menganggap dunia ini begitu jahat.
"Hadiah, untukmu. Kau akan membutuhkannya dan selalu," ucap penuh percaya diri dari wanita di depannya itu. Yoongi beberapa kali berkedip. Melihat benda di depannya dan mengangkat, dia melihat ini tempat dupa. Asap yang dikeluarkan akan banyak juga jumlahnya. Efisiensi untuk dia melihat para penampakan yang menyerangnya bisa lebih luas dibandingkan satu puntung rokok yang terbatas.
"Tepati janjimu Min, kau pernah mengatakan akan menjadi pengganti ku. Membunuh makhluk, menangkap mereka dan melakukan tugas lainnya."
Apakah Yoongi salah dengar?
Begitu tiba-tiba dan membuat pertanyaan itu muncul. Apa hubungannya dengan suatu perjanjian yang dibuat berdasarkan kakeknya. Ya, Yoongi tidak lupa apa itu janji. Janji itu dibuat oleh kakeknya, sumpah demi Tuhan. Kakeknya tidak ingin Yoongi menjadi pembunuh makhluk.
Diam sejenak untuk mendapatkan jawaban paling lugas. Yoongi harus memegang janji pada kakeknya agar hidup layak juga normal walau dia indigo. Entah dia merasa kalau ini sesak, ruangan ini penuh dengan para makhluk yang menunggu. Menunggu jawaban atas pengharapan mendasar. Mereka bukan makhluk biasa, Yoongi merasa curiga pada wanita di depannya ini.
Mencurigai kalau Ma sekutu dengan mereka. Sosok tak nampak dan begitu banyak ini.
"Bagaimana kalau aku tidak mau?"
Jika aku menjadi Yoongi maka aku tidak akan mengatakan itu. Sebaliknya, ada senyum paling licik yang pernah Yoongi lihat. Dia ingin pergi tapi tidak mungkin meninggalkan Jimin.
"Janji adalah janji Min, jangan abaikan itu. Konsekuensi yang kau dapatkan adalah kematian. Jika kau terima tawaranku maka kau akan mendapatkan bantuan."
Terdengar sangat bagus, meski Yoongi masih ragu. Bantuan apa? Dia selama ini melakukan secara mandiri. Percaya pada Tuhan agar semua berjalan baik. Jika Yoongi disuruh menyimpang dan musyrik dia tidak mau. Hendak pergi dari tempat itu sampai dia mendengar Ma berkata lagi. Berkata bahwa dia sangat punya peluang besar untuk pemuda berbakat di depannya.
"Kau bisa gunakan posisi yang aku tawarkan untuk menolong dia, Jungkook Kim."
Yoongi tertegun dan diam di tempat. Rasa penasaran menyelimuti, begitu banyak hal yang dia pikirkan. Posisi apa dan dalam hal apa.
Ma melihat Yoongi menoleh ke arahnya lalu tersenyum. Ma tersenyum yang mengatakan jika, keputusan Yoongi tidak bisa diambil untuk kedua kalinya. Apa yang dia butuhkan dia punya semuanya.
Apakah dia mengambil tindakan?
........
TBC...
Hai semua alhamdulilah aku bisa updete tulisanku. Semoga kalian gak kapok, semoga kalian masih suka dan selalu jatuh cinta dengan tulisanku.
Tetap semangat dimanapun berada. Gomawo and saranghae ♥️
#ell
22/05/2022
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro