Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Alasan Ketiga Puluh Satu Entah Kenapa Masih Kupertahankan

Seandainya tidak saling merusak pertalian. Pasti. Sangat terprediksi, kita masih berbincang.

***

Aprilio datang lima menit lebih cepat dari waktu yang telah dijanjikan. Aku tahu itu ketika Ibu bilang ada cowok seumuranku dengan seragam sekolah yang datang. Jadi, begitu selesai sarapan, aku segera mencangklongkan tas ke bahu dan berpamitan. Ibu sempat bertanya siapa cowok tersebut tapi terpaksa kujawab sambil lalu karena tidak ingin menjelaskan detail.

Dengan motor nouvo kuning keemasan, kami berangkat sekolah. Aku memikirkan tentang dari mana ia tahu komplek perumahanku. Tapi itu bukan topik pembuka yang bagus.

"Fin, udah sarapan?" tanya Aprilio.

"Udah, kok. Kamu juga udah sarapan?"

Aprilio mengacungkan jemplo. Hening lagi. Hanya deru suara motor. Aku meletakkan tangan ke siku. Melihat-lihat jalan demi membunuh sepi.

"Fina, nanti kita pulang bareng aja sekalian," komentar Aprilio. Ia melepas tangan kirinya dari stang dan memperbaiki arah spion. Kini spion kanan itu menghadapku. Luar biasa. Aku bisa melihat wajahku yang menjadi konyol karena memakai helm kebesaran.

"Emang rumahmu di mana? Kita searah?"

"Di belakang Kedai Samudra," jawabnya ringan.

Aku mengangguk. "Kalau kamu mengantar aku pulang justru malah berputar-putar. Dari arah sekolah, kamu bisa langsung lurus ke arah Kedai Samudra. Enggak perlu belok ke kanan arah komplek perumahanku."

"Anggap aja jalan-jalan sore," kata Aprilio sambil terkekeh. "Ngomong-ngomong, nanti pulang sekolah ada acara nggak, Fin?"

"Eh?" Aku tergeragap. Aku pernah membaca artikel di internet. Di mana cowok akan memulai pembicaraan pembuka sebagai basa-basi dan berakhir di penutup saat akan mengajak kencan. Percakapan Aprilio sudah mencapai tahap penutupan. Ia menanyakan kesediaanku untuk berkencan dengannya.

Tujuanku membaca artikel semacam ini agar siap. Jika sewaktu-waktu Achmat Renaldi menanyakan hal serupa. Nyatanya, justru cowok lain. Fakta yang harus dipikirkan secara serius. Kurasa opiniku bahwa Aprilio luwes bergaul, juga termasuk luwes mengajak kencan cewek.

"Kalau kamu nggak ada acara dan ada waktu luang, aku mau minta tolong ajarin cara buat resensi buku, Fin," ujar Aprilio.

Oh. "Kamu ada PR buat resensi buku?" Suaraku terdengar tidak fokus.

"Iya. Sebenarnya aku juga nggak suka baca buku," jawabnya ringan. "Jadi bingung sendiri mesti milih buku kaya gimana yang gampang di resensi."

Sebelum aku mencoba mengklarifikasi apa yang kudengar, motor Aprilio sudah memasuki pagar sekolah. Melaju dan berhenti di parkiran. Kami turun. Aprilio merapikan rambutnya dengan bercermin di spion motornya.

"Aku minta ajarin kamu, karena gurunya nyuruh buat belajar darimu dan May," sambungnya sambil nyengir.

"Oh," sahutku, dengan menyembunyikan seluruh kepercayaan diriku yang kelewat berlebihan. Menyadari bahwa artikel tentang relationship itu terlalu menggerogoti logika.

Aku berjalan beriringan dengan Aprilio ke koridor sekolah. Seakan pagi itu belum cukup, aku melihat May sedang berbincang bersama Achmat Renaldi. Dengan raut wajah serius. May bersandar di tembok dekat mading sambil bersedekap, sedangkan Achmat Renaldi ekspresif berbicara dengan menggerakkan tangan. Tapi aku tak mendengar pembicaraan mereka.

Karena terlambat berpaling, May menoleh ke arahku. Dua detik. Waktu yang aku gunakan untuk bertahan mengamati. Sebelum aku membuang muka dan berjalan tergesa-gesa ke kelasku sendiri.

Saat ini, aku tidak ingat kapan terakhir kami seperti ini. Canggung. Kehabisan topik pembicaraan bahkan sebelum percakapan dimulai. Sekarang, aku juga tidak tahu mengapa memilih menjelma kelinci yang berloncat-loncat menghindar. Dibanding singa yang kukuh di tempatnya.

Bagian terlucunya, separuh diriku masih memanggil nama cowok di dekat May. Meski aku tahu persis, dia tak peduli. Tiga puluh lima alasan untuk menghindarinya kini membara kembali. Ternyata benar. Tidak pernah ada yang benar-benar kedaluwarsa di dunia ini. Hanya rusak lalu tersisihkan. Bisa kembali jika diberi kesempatan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro