17. Sura (dongeng putri salju dan tujuh kurcaci sesad)
Penulis ketujuh belas: Oneechan semua shota
Jadi nanti bakal ada festival budaya. Enggak aneh sebenernya kalau sekolah ini mengambil konsep sekolah orang Jepang, karna pemiliknya seorang wibu. Kayak biasanya bakal ada festival olahraga, festival kembang api, festival kuda, dan festival budaya (iya, dia juga penyuka harvest moon).
Biarpun siswa-siswi sini bukan wibu semua, tapi tetep aja mereka dituntut harus ngikutin budaya Jepang. Ya namanya juga sekolah blasteran Jepang. Ada konsekuensinyalah kalau mau masuk.
Karena itu pula, sapaan ohayou sering kali terdengar di sepanjang lorong sebelum bel masuk pertama berbunyi. Kalau sampe si pemilik tau ada yang gak bilang ohayou melainkan malah ngucap good morning, siap-siap besoknya kamu akan dikasih tugas harus ngapalin huruf Kanji.
Kerad, yaw.
Tapi gak masalah, sih. Orang yang pada dasarnya dia sudah pernah nonton Doraemon, pasti sudah ada modal untuk sekolah di sini. Minimal tau aja arti dari kata minna. Jargon sekolah ini kan, 'Satu Untuq Minna' (source; Eris Chell, 10.33, Senin 17 Mei 2021, Four-Leaf Clover, WhatsApp).
Oke, tjukup ngelanturnya. Kembali soal festival budaya. Sekolah ini sebentar lagi akan mengadakan event tahunan itu. Semua kelas dan klub di sana harus mempersiapkan kegiatan untuk berpartisipasi. Seperti mengadakan kafe miaow, rumah jurig, atau pentas dorama. Dan klub epelsi, setelah dirundingkan selama event market, akhirnya klub epelsi akan mengadakan ....
Jeng jeng.
Badumtas.
Tebak-tebakkan dulu, yuk.
Clue: member yang suka disebut oneechan oleh para shota.
Jawabannya adalah ....
Selamat untuk Pentas Dorama. Sertifikatnya tolong diambil di Admin Desain, yaw. Yey gorok poinnya!
Pentas Dorama
94-89-1= 4
@Puri
Begitu, klub epelsi akan mengadakan teater. Untuk ide ceritanya, jika dirunding lagi ah bisa sampe ke event market selanjutnya gak akan kelar-kelar kayaknya. Jadi untuk ini, bagi siapa sadja yang punya ide, tolong dituangkan, lalu dikumpulkan ke dalam sebuah toples. Nanti sama ponder akan dicabut.
Q juga nyumbang satu prompt. 'Semua member cowok kelas 10, jadi shota, terus oneechan-nya q'.
Dan yang kepilih adalah yang punya q.
E.
Pas kertas itu kepilih, padahal gak ada nama q-nya. Tapi mereka langsung pada tau kalau ide itu punya Sura. Aneh, yaw.
Akhirnyalah meski agak bingung, kita mulai latian dorama juga. Tadinya kata Mih Puyu sangking banyaknya duit bendahara, sampe mau ngundang Fajar Bustomi buat jadi sutradara. Aneh-aneh sadja. Padahal gedein ajj hadiah kuis pulsanya, yaw (puyo bilek: ehe).
Oia, di sini q yang jadi oneechannyaw. Untuk shota-nya ada Ren, Mpok Alpa, Haruya, Bin, Yumyum, Andrew, sama Rai. Pokoknya yang usianya di bawah q. Yang ngebuat naskah dialognya entah siapa q gak tau. Tau-tau aja uda disuru latian.
*
Sepanjang latian, q gak bisa fokus. Karna ini bertepatan dengan giliran q yang harus nulis kelanjutan 35 chapter. Kenapa bisa gitu, sih. Endaq adil.
Oya soal ide ceritanya. Jadi di sebuah istana, q yang jadi Putri Salju-nya, mereka bertujuh jadi kurcacinya. Aneh ini juga, kenapa bisa pas yaw jumlah shota-nya ada tujoh.
Untuk pemeran pembantunya yang jadi penyihir jahad ada Hanaru (hasil cap cip cup), yang jadi adek sama kakak tiri ada Shia sama Rimuru (hasil cap cip cup juga, kebetulan admin wp semua). Terus yang jadi ibu angkatnya ada Kak Filla (cap cip cup juga kok). Terus yang jadi aladin, teko ajaib, kancil, kura-kura .... (karna q kebanyakan ngelantur, sama Mih Puyu disekip, dongengnya uda belok).
Oke, saatnya latihan (540 kata euy belum ada adegan fluffy-nya, padahal ini orderan pupuyuyu).
Hng, mari kita jabarkan pake gaya narasi ala-ala dongeng.
Di suatu negeri dongeng bernama FairytaLeClover, hiduplah seorang Putri Salju bernama Sura. Dia mempunyai adek dan kakak tiri yang sableng, namanya ShiMa (Shia dan Rima, sebenernya gak jelas ini mana yang jadi adek mana yang jadi kakak). Ibu angkatnya bernama Kak Filla. Nenek jahatnya bernama—dahlah lama. Udah dijelasin di atas kok.
Sura ini meski seorang Putri Salju, tapi dia hidup di musim kemarau. Di istana, Sura selalu menjahati adek dan kakak tirinya (nda patod). Sementara sang ibu angkat sedang sibuk oleh profesinya sebagai editor. Enggak ada yang tau soal aksi jahat Sura tersebut, selain ketujuh kurcaci berwarna-warni (Mejikuhibiniu).
Suatu waktu, saat Sura sedang minum teh di depan istana, kurcaci mejiku datang.
"Riito, Kurcaci Merah."
"Haru, Kurcaci Jingga."
"Ren, kurcaci kuning."
(Bergaya bak power renjer).
"Neechan ...." sahut keempat-empatnya mendekati Sura (Bin, si kurcaci ungu tiba-tiba datang, harusnya kurcaci hijau dulu yang datang).
Sura yang terkaget, hampir menjatuhkan cangkir yang sedang digenggamnya. Gaunnya cuma terciprat oleh genangan teh.
"Ih, Neechan Neechan, maaf." Haru merasa bersyala. Iyasi dia emang kurcaci ternackal. Haru lalu melepaskan topi kurcaci jingganya, dan mengulurkannya ke Sura. "Ini, lap pake topi Haru aja."
Tanpa babibu, Sura melakukan hal yang diperintahkan Haru.
"Neechan Neechan," Riito berseru. "Ayo, kita jahadin lagi Shia sama Rima-nya." Memang anak ini buset.
"Eh, jangan," sahut Ren. "Kacian mereka kita jahili terud."
Bin menyela. "Tidak kawan, itu bukan menjahili, tapi bermain dengan gaya."
Oke dengan ini semua kurcaci telah kebagian dialog. Saatnya untuk memunculkan tiga kurcaci yang lain. Si hibini. Eke mana mereka. Apa bolos latihan?
"Andrew, Yumyum, sama Rai ke mana?" Sura bertanya, menengok ke arah hutan yang berada di belakang keempat si kurcaci. "Q cari dulude."
"Ikut!" kompak mereka berlima (Andrew, si kurcaci hijau tiba-tiba datang dari dimensi lain).
Aksi pencarian Yuma dan Rizal pun dimulai. Sepanjang berjalan di tengah hutan, mereka berenam (sama Sura, kan?) bernyanyi lagu Mary Punya Domba Kecil.
Kelelahan.
Elupa italic.
Kelelahan, mereka bertujuh memutuskan untuk beristirahat.
Hari telah berubah menjadi sore, angin malam yang mengudara semakin membuat dingin.
Melihat satu-satunya gadis di tempat itu terlihat kedinginan, Yuma si Kurcaci Biru lantas berkata kepada semua khalayak. "Eh. Saya mau buat api unggun dulu, ya. Mau bikin donat bakar."
Bin menengok, serasa mendengar suara perut yang berbunyi. Lalu dia pun menyadarinya, Sura tampak kelaparan. Bin kemudian pergi menuju arah sungai dalam diam. Andrew yang menyadari itu, bertanya. "Mau ke mana, Bin?"
"Menangkap ikan dengan gaya."
Mengetahui teman-teman yang lain tampak sibuk, Ren berjalan ke tepi lingkaran yang terletak di tengah-tengah hutan itu. Duduk, mengambil pensil dan kanvas dari tasnya, segera membuat gurat. Dia terus menyunggingkan senyum, memandangi sang Putri Salju dari kejauhan, menyempurnakan hasil.
Riito, Haru, dan Andrew berkerumun tanpa mengenakan masker.
"Gak ada yang deketin Tuan Putri?" tanya Riito pertama.
Andrew menyenggol pundak Haru. "Kamu aja pertama."
"Ih, Haru udah tumpahin teh ke gaun dia. Haru udah gak punya muka."
"Itu mukanya masi ada."
Andrew nahan ngakak. Lalu sebuah ide terbersit di dalam pikirannya. "Eh, kasih bunga, yuk."
Mendengar itu, Riito segera menyapu pandangan ke sekitar lingkaran. "Oh ya tuh, ada mawar. Sambil kasih puisi aio."
"Puisi tentang mawar?"
"Mawar itu biru. Violet itu merah. Haru harus pergi ke kamar mandi." Saat itu juga, Haru benar-benar berdiri, lari tunggang langgang entah ke mana. Padahal di hutan tidak ada kamar mandi.
"Tuan Putri lagi ngapain itu, hey." Kali ini yang disenggol oleh Andrew adalah pundak Riito.
Riito segera melihat ke arah tujuan. Tampaklah di situ Sura sedang menulis sesuatu di atas kertas menggunakan pena bulu, entah benda itu datang dari mana. "Nulis diary mungkin," tebak Riito.
"Mau dideketin gak?"
Kening Riito berkerut. Senyumnya menampilkan sebuah keraguan. "Kamu aja deh."
Tapi Andrew juga diam saja. Dan pada akhirnya, mereka berdua hanya bisa diam-diam menatap Putri Salju dari salah satu sudut lain lingkaran.
Sementara Sura, dia masih fokus menulis sesuatu di atas kertasnya. Itulho, Sura kan yang kebagian nulis kelanjutan 35 chapter. Saking gak mau telatnya, dia sampe mendalaminya ke dalam peran.
Sura menghela napas, menghentikan gerakan menulisnya, menatap kawanan burung yang terbang membentuk garis horizontal di langit berwarna oranye.
"Ahem."
Sura menoleh.
"Sendirian aja?" Rizal si Kurcaci Nila mengambil duduk di sebelah Sura, di atas batang kayu yang sama.
"Iyaw." Sura memandangi teman-teman kurcacinya yang pada asik sendiri.
Di sampingnya, Rizal tersenyum. "Nih," dia mengulurkan sebuah apel berwarna merah. "Laper, kan?"
Sura memandangi apel beracun itu dengan berbinar. "Iyaw. Ma'acih." Dia langsung memakannya. "Dapet dari mana, Rai?"
"Dari Naru."
Dan si penyihir jahat pun hidup bahagia selamanya.
*
penulis ketujuh belas selesai
Selanjutnya promo terbatas: bagi yang mau bagiannya ditulisin di sini, aio tjuma satu slod, harga poin marked bisa dibicarakan 🌚🙌🏼
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro