
11. Yuma (azab izin ke toilet tapi malah belok ke kantin)
Penulis kesebelas : Handsome Doughnout
Karena semalam saya begadang (ngabisin batre 150% buat main Bandori), saya jadi ngantuk banget pas besoknya.
Sumpah, karena kejadian ini, saya gak akan lagi begadang pas hari sekolah.
Jadi gini.
Saya mulai ngantuk pas pelajaran PPKN. Gurunya itu killer banget. Sungguh gak beruntung banget saya.
Saya udah berusaha banget nahan ngantuk. Saya juga udah pake berbagai cara biar gak keliatan ngantuk. Salah satunya dengan izin ke toilet.
Tapi, pas saya izin lagi untuk yang ke-10 kalinya, guru itu mulai mencurigai saya. "Kamu daritadi ke toilet ngapain aja sih?"
"Cuci muka, Pak. Saya ngantuk banget."
Pak Guru menghela nafas. "Baiklah, saya kasih jatah satu kali lagi ke toilet. Sehabis ini kamu tidak boleh izin ke toilet lagi. Mengerti?"
"Tidak."
"Heh."
Saya pun pergi ke toilet untuk terakhir kalinya di pelajaran itu. Ah, sepertinya saya harus mampir dulu ke kantin. Rasanya 9 kali cuci muka gak berpengaruh terhadap kengantukan saya.
Akhirnya, saya pun belok ke kantin.
Sampai di kantin, saya kira bakal ada member epelece di sana. Rupanya tidak. Dan sialnya lagi (entah kenapa hari ini saya sial mulu), kantin benar-benar sepi. Gak ada satupun siswa yang bolos yang saya lihat. Meja-meja kantin malah dipenuhi sama tukang bangunan yang lagi istirahat nguli.
Bodolah. Saya tidak peduli. Mungkin saya harus pesen kopi, sama seperti para tukang bangunan itu.
Saya pergi ke stand kopi. Penjual kopinya langsung kaget pas ngeliat saya. "Lho. Tukang bangunannya kok ikemen. Kamu anaknya Pak Misykah, ya?"
Hah?
Siapa Pak Misykah?
"Kamu gak sekolah, Nak? Kenapa malah ikut bapakmu nguli di sini?"
Apaan sih.
"Berapa penghasilan kamu selama sebul-"
"Bu, mana ada tukang bangunan pake seragam."
"Hee?"
Ibu penjual kantin itu hanya tertawa saja. Entah masih menganggap saya tukang bangunan atau enggak.
"Mau pesen susu ya, Dek?"
"Kopi."
Kaget.
Ibu itu terkaget.
Ah, saya salah ngomong.
"Kamu kalau mau sekolah di sini jangan nyuri seragam siswa sini juga kali, Nak. Ndak baique."
Loh?
Jangan-jangan dia ibunya Vara.
Mengabaikan ocehannya, saya pun berkata, "Sekalian donatnya, Bu."
"Oke, Donat Ikemen."
*speechless
Saya kemudian beranjak pergi mencari meja yang kosong. Ah, timing-nya gak pas banget sih. Bau rokok di mana-mana. Seharusnya para tukang bangunan itu di-skors saja karena telah bolos dan ngerokok di sembarang tempat. Kalau perlu di-DO. Seharusnya juga, si ketua osis berpatroli buat nyiduk orang-orang kayak mereka.
Kemudian, saya pun berhasil menemukan meja yang kosong. Biarpun letaknya di tengah-tengah (yang mana bila ada orang datang ke kantin, orang itu bakal langsung ngeliat saya).
Saya membuka hape. Berniat mengajak warga epelece ke sini.
Yuma
Gaes, ke kantin yuk
Yuma
Saya sendirian
Dila
Maap yuma, biarpun Dila pendiri Yumalicious, tapi Dila masih sayang diri Dila sendiri
Zensei
Hooh. Gak berani keluar kelas
Yuma
Kok gitu
Icha
Etto
Icha
Hari ini ketua osis keliling sekolah buat nyiduk siswa yang bolos dan ngerokok
Apa gimana kenapa siapa kapan?
Vara
Jangan-jangan, Yumanii ngebolos buat ngerokok, ya?
Hanaru
Kak yuma tadi kan izin ke toilet
Bintang
Nah loh Ayah ngebolos
Yuma
Mending saya nge-uninstall Bandori daripada harus ngerokok
Fuyu
Yum, kalau nanti kamu keciduk, jangan ngaku dari epelece ya 😊
Andrew
Bener tuh yum. Kamu mencemari nama baik epelece
Yuma
Trus sekarang saya harus gimana
Yuma
Udah terlanjur beli kopi sama donat nih
Yuma
Lagian kalian gak ngasih tau hari ini ada patroli
Terkacangi, gaes.
Yuma
Tolong bantu saya, sahabat
Yuma
Var, tadi saya ketemu sama ibu kamu lho
Yuma
Masa saya dikira tukang bangunan
Yuma
Mana ada tukang bangunan yang imut kayak saya
Sialan.
Terkacangi lagi.
Rupanya, kalian gak setia.
Hmm...
Kabur aja, a-
"Ini kopinya. Sama donatnya juga." Ibunya Vara datang mengantarkan kopi dan donat yang saya pesan. "Makasih ya kamu udah pesen di stand Ibu. Kamu tau Nak, anaknya Ibu udah dari lama ngalamin penyakit aneh. Masa dia suka ngarungin anak kecil cowok di jalan. Kan Ibu sebagai Ibu tirinya ini malu. Udah dari lama Ibu pengen nyembuhin dia. Maka dari itu, Ibu berterimakasih padamu Nak, karena telah menyumbang uang untuk kesembuhan anak Ibu dari penyakit shotacon."
*speechless
Jadi gak tega buat kabur. Saya juga sebenarnya mendukung kesembuhan Vara dari penyakit shotacon-nya. Biar dia waras lagi. Dan gak nyusahin Ibunya sampe harus jualan kopi di kantin sekolah segala.
Tapi saya tetap harus menyelamatkan diri saya.
Maka, dengan itu, saya langsung menghabiskan kopi saya dalam sekali teguk. Untungnya kopinya dingin.
Kemudian, saya pergi ke stand Ibunya Vara. Berniat untuk membayar. Tapi ibu itu malah berkata, "Tidak perlu, Nak. Biar Pak Misykah aja yang bayar. Mending sekarang kamu pulang. Belajar. Jangan nguli terus. Biar kamu beneran bisa sekolah di sini."
*speech-
Eh gak ada waktu buat speechless. Saya harus segera pergi dari tempat ini. Biar gak keciduk.
"Oh ya, Nak. Tadi Pak Misykah beli rokok. Tapi kayaknya dia lupa ngambil deh. Ibu titipin ke kamu aja ya. Nanti kamu kasih ke Bapakmu." Ibu itu memberi saya sebungkus rokok.
Mam-
"Hayoloh!"
....
***
(Di ruang OSIS)
Saya kaget di sana ada Rizal. Apalagi, dia pura-pura tidak mengenal saya.
"Berani ya kamu ngerokok di kantin pas saya ada jadwal patroli. Mau jadi apa kamu?"
"Donat."
Rizal menahan tawanya.
"Emm. Emang tadi Kakak ngeliat saya lagi ngerokok? Enggak, kan?"
"Tapi tadi kamu lagi transaksi pembelian rokok dengan Ibunya Vara. Saya menyaksikan itu dengan kepala mata pundak kaki saya sendiri."
Chotto. "Kakak kenal Vara?"
"Kenal lah. Orang saya emaq nya dia."
*speechless
"Pun10, Teh." Rizal nimbrung. "Ieu budak mening langsung dihukum weh. Tuman."
"Ngomong apa kamu?"
"Mending dia langsung kita hukum."
"Eh. Kamu kok gitu sih, Zal. Saya pikir kita sahabat. Taunya saudara."
Ketua Osis itu kaged. "Kamu kenal sama Rizal?"
"Kenal lah. Kakak jangan salah, ya. Dia ini salah satu warga sableng. Saya kenal sama dia soalnya kita sekelas. Dia sering ngutang ke saya." Saya teringat soal perkataan Kak Fuyuu yang nyuruh saya buat nyembunyiin identitas asli.
Ketua Osis betina itu tambah kaged. "Kamu ikut ekskul epelece, Zal? Kenapa gak bilang ke saya? Saya kan mau daftar."
*speechless
"Opmem-nya udah dibuka belum?"
"Tunggu, Kak." Saya memberontak. "Saya juga warga sableng Kak, biarpun saya gak sableng sih. Kalau Kakak mau daftar jadi member kami, Kakak harus biarkan saya bebas."
"Oke."
....
*speechless lagi
"Eh. Kamu namanya siapa?" Ketua Osis itu bertanya kepada saya.
"Yuma. Tapi panggilannya donat."
"Oh jadi kamu yang namanya Yuma. Dila sering cerita soal kamu. Katanya ada cowok di ekskulnya yang ikemen. Ternyata aslinya jauh lebih Ikemen."
*terdiam
"Mulai sekarang, saya mau daftar jadi anggota Yumalicious juga. Kenalkan, nama saya Nana."
***
Setelah kejadian emezing itu, saya kembali ke kelas (saya melupakan tujuan awal saya, yaitu pergi ke toilet). Pak Guru masih ngajar PPKN dan untungnya beliau tidak sadar saya kelamaan pergi.
Saya pun kembali duduk di bangku saya.
Semenit kemudian, saya ketiduran.
***
Chapter Yuma selesai
Chapter selanjutnya langsung masuk ke bagian Elbinchi
Dengan penulis pertama-
-Milkita
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro