Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

27. Mengenyam

Andi menghela napas berat di balik tumpukan gulungan dokumen negara. Setelah peristiwa ia gagal kabur, ia dikurung di dalam ruang kerjanya bersamaan dengan tumpukan gulungan dokumen yang harus ia selesaikan. Mengingat ia sempat mangkir selama seminggu penuh untuk menyelidiki secara langsung kasus di wilayah barat, tak heran bila tumpukan dokumen itu sangat menggunung.

Andi menatap dokumen-dokumen itu penuh dendam. "Dasar! Sial! Kenapa kalian tak becus kerjanya? Seharusnya kalau mau kerja dan sudah diberikan gaji kalian kerja yang benar!" geramnya setelah membaca surat-surat komplain dari rakyat. "Haruskah kupotong dulu tangan dan kaki mereka sebagai contoh agar tak menyelundupkan bantuan kepada rakyat?"

Andi menyeringai kejam. Terlalu larut dalam pikirannya, ia bahkan tak tahu ada seorang dayang yang masuk untuk menyuguhkan teh untuknya. Dayang tersebut memucat saat mendengar gumaman kejam Andi dan gemetar ketakutan hingga tak sengaja menjatuhkan sendok tehnya.

Andi mengangkat wajahnya. Cemilan! Kebetulan saat ini ia sedang membutuhkan asupan gula. "Kemarikan," ujarnya tegas membuat dayang tersebut kelabakan.

Takut-takut ia mengantarkan teh tersebut ke hadapan Andi dan meletakkannya secara hati-hati di atas meja. Setelahnya, ia langsung bergerak mundur karena Andi telah menyuruhnya keluar. Andi menyesap teh tersebut sembari menatap matanya—mengenyam rasa manis yang meluncur turun ke kerongkongan. Beristirahat sejenak setelah mengerjakan setumpuk dokumen adalah hal yang sewajarnya, bukan?

Andi mendesah puas. Ia bangkit dari duduknya dan menuju kursi santai yang ada di tengah ruangan—kursi yang biasa ia gunakan ketika menerima tamu di ruang kerjanya. Begitu bokongnya mendarat sempurna, ia meletakkan tehnya di atas meja dan mencomot sebuah kue kering yang ada di atas nampan.

"Sempurna!" desahnya senang. Makanan manis memang obat untuk mengurangi stres.

Kunyahan kue keringnya baru saja meluncur turun, tiba-tiba pintu dibanting dengan keras hingga membuatnya kaget. Akibatnya, remahan kue tersebut salah melewati jalur dan membuatnya terbatuk-batuk. Cinta—pelaku pembantingan pintu—menatap Andi sambil meringis pelan.

"Maafkan hamba, Yang Mulia," ujarnya merasa bersalah. "Seharusnya kau mati tersedak saja, Iblis Sialan!" lanjut Cinta lagi dengan suara yang amat sangat pelan.

Walau begitu, Andi bisa mendengarnya. "Apa kau baru saja menyumpahiku, Cinta?" tanya Andi sambil menaikkan sebelah alisnya penuh tanya.

Cinta tersenyum manis. "Mana mungkin hamba begitu, Yang Mulia." Cinta kemudian berjalan ke samping Andi. "Apakah pekerjaan Anda untuk hari ini sudah selesai, Yang Mulia?" lanjut Cinta lagi masih dengan senyum manis yang terpasang di wajahnya.

"Apa kau tak liat aku sedang istirahat sejenak? Tak bisakah aku membiarkanku menikmati camilan beserta teh ini?" omel Andi gusar. 




-------------------
402.27122021
Sisa 4 hari lagi, Gengs! Semangat pejuang dwc!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro